Harun Masiku Fans Club dan Sahabat Juliari Bersatu Tak Bisa Dikalahkan

Mendukung Langkah KPK Menggandeng Napi Koruptor dalam Program Penyuluhan Antikorupsi

koruptor

MOJOK.COTiba-tiba di halaman Gedung DPRD DKI, muncul karangan bunga dari “Harun Masiku Fans Club” dan “Sahabat Juliari”. Hehe.

Karena nila seucrit, rusak susu sebelangga. Pepatah inilah yang termanifestasikan dengan paripurna di halaman Gedung DPRD DKI Jakarta, di Kebun Sirih, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Buat kamu yang belum tahu, sejak Kamis 2 September 2021 kemarin, sudah muncul karangan bunga sebagai bentuk dukungan fraksi PSI dan PDIP di DPRD Jakarta. Kedua fraksi ini kabarnya telah menggulirkan hak interpelasi ke Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengenai Formula E.

Kalau kamu bingung apa itu hak interpelasi, intinya itu hak dari anggota DPRD Jakarta untuk meminta keterangan kepada Pemerintah Daerah Jakarta (yang dipimpin Anies) mengenai suatu kebijakan strategis. Nah, kebijakan strategis itu ya soal Formula E itu tadi.

Lanjut. Sejak PDIP dan PSI menggulirkan hak interpelasi itu, karangan bunga dukungan bermunculan. Intinya karangan bunga itu kelihatan banget menjilatnya mendukung dan menyindir Pak Gubernur.

Salah satunya, misal, tertulis begini: “Terima kasih PDI-P & PSI penjaga amanat & uang rakyat DKI.”

Lalu di bawahnya tertulis dari “Pemerhati Makan Malam”. Pesan yang merupakan sindiran ke Anies Baswedan yang sempat mengadakan acara makan malam dengan 7 fraksi DPRD DKI Jakarta.

Lucunya, di tengah-tengah rimbunnya karangan bunga tersebut, tiba-tiba muncul dua karangan bunga yang juga memberi ucapan selamat ke PDI-P dan PSI tapi dengan embel-embel menusuk ulu hati (buat orang-orang yang ngerti).

Tulisannya gini: “Mendukung Penuh PSI & PDIP, dari kami Harun Masiku Fans Club”, dan begini: “Pecinta Koruptor Bansos Indonesia (PKBI) Mengucapkan Bravo PDIP & PSI, ttd Sahabat Juliari Batubara Indonesia”.

Dua karangan bunga yang langsung merusak pesan-pesan karangan bunga lainnya.

Tentu saja, begitu foto dari dua karangan bunga ini muncul di media sosial, netizen Indonesia langsung terbelah jadi dua.

Ada yang menganggap ini tindakan yang memalukan, ada juga yang mendukung gerakan ini sebagai bentuk sindiran (terutama) ke PDI-P yang saat ini jadi partai penguasa di Indonesia.

Sindiran dari Harun Masiku Fans Club dan Sahabat Juliari ini lebih tepat guna lagi, karena beberapa waktu sebelumnya ada berbagai macam wajah pembungkaman kritik ke publik yang dilakukan aparat pemerintah. Yang terakhir masih anget-anget tai ayam, tentu saja ketika terjadi penghapusan mural.

Sejak tindakan semacam itu dilakukan oleh Pemerintah, harus diakui, masyarakat tidak bisa lagi bersuara secara bebas. Ada ketakutan-ketakutan untuk mengkritik. Oleh sebab itu, kemunculan karangan bunga dari Harun Masiku Fans Club dan Sahabat Juliari seolah menjadi oase, sehingga lumayan “dirayakan” oleh sebagian netizen Indonesia.

Kalau kritik sudah semakin sulit, ya sudah kita puji-puji dan sindir-sindirin saja pemerintah yang sekarang. Kira-kira begitu premisnya.

Ide dari kelompok yang mengatasnamakan Harun Masiku Fans Club dan Sahabat Juliari ini sebenarnya harus disambut baik. Jangan sampai ide menarik kayak gini hanya berhenti di halaman Gedung DPRD DKI Jakarta doang.

Cara-cara seperti ini sebenarnya bisa lho dilanjutkan untuk menyindir tindakan-tindakan aneh pemerintah kita yang lain-lain. Maksudnya, nyindir dengan serius.

Seperti misalnya soal kasus Wakil Ketua KPK, Lili Pantuali Siregar, yang terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar kode etik dengan membocorkan perkembangan kasus ke tersangka. Blio pun dihukum dengan cukup kejam, yakni gajinya dipotong 1 juta rupiah.

Jika mau mengikuti logika kelompok yang mengatasnamakan Harun Masiku Fans Club dan Sahabat Juliari, lebih baik rakyat yang geram melihat itu jangan langsung kritik, jangan langsung ngegas. Soalnya percuma juga, nggak bakal didengerin. Selain percuma, juga berisiko terancam bui kalau salah ketik komentar.

Oleh sebab itu, mending masyarakat bikin gerakan #koinUntukBuLili, misalnya. Lantas dibikinkan donasi di kitabisa.com. Duit dari donasi itu lalu dikumpulkan secara menyeluruh.

Kalau duit itu udah ngumpul, ya terus dikasihkan saja ke KPK sebagai wujud solidaritas rakyat untuk mendukung kebocoran-kebocoran informasi untuk tersangka korupsi. Lalu saat bantuan untuk Bu Lili itu diberikan ke perwakilan KPK, kita bisa teriak bareng-bareng, “Bersama KPK, kita bocor bersama!”

Atau ketika kasus Jaksa Pinangki yang uniknya naudzubillah itu. Dapat berbagai fasilitas-fasilitas (masih digaji ASN ketika dalam proses persidangan berbulan-bulan btw) dan dapat keringanan hukuman meski terbukti terima suap sebagai penegak hukum.

Sebenarnya masyarakat bisa saja bikin karangan bunga ke Kejaksaan Agung. Isinya kurang lebih, ucapan terima kasih. Sebab Kejaksaan sudah menunjukkan bahwa persahabatan dan kesetiaan ke sesama teman satu profesi itu lebih penting dari hukum dan keadilan itu sendiri.

Cara-cara yang saya sebutkan tadi, setidaknya lebih aman ketimbang langsung ngegas ngritik. Soalnya, kalau pun akhirnya dikasuskan, kan tidak ada kata-kata kebencian di sana, tidak ada penghinaan sama sekali. Semuanya juga adalah kata-kata positif.

Jadi seharusnya sih aman (seharusnya lho ya, ya kan situ tahu sendiri hukum di negara kita kayak gimana modelannya) kalau memakai cara mengkritik ala kelompok Harun Masiku Fans Club dan Sahabat Juliari, yang saya cukup yakin, kalau dibikinkan akun fans page atau akun Twitternya, bakalan laku dan tak bisa dikalahkan.

Lagiaaan, kapan lagi kita bisa bercandain elite-elite yang sudah kelewat lama ngebecandain rakyatnya kayak gini.

Kapan lagi?

BACA JUGA Brutalnya Hidup di Negara kayak Indonesia: Negara ‘Survival of The Fittest’ dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.

Exit mobile version