MOJOK.CO – Aksi terakhir Setya Novanto tunjukkan kalau blio lebih konspiratif daripada teori konspirasi itu sendiri. Saatnya Ustaz Rahmat Baequni turun tangan nih.
Di saat isu teori konspirasi Illuminati dari Ustaz Rahmat Baequni sudah mereda secara perlahan, di sudut daerah Jawa Barat yang lain muncul konspirasi yang terlihat nyata dan melibatkan narapidana konspirasi paling lucu di negeri ini, yakni “Lord” kita semua: Setya Novanto.
Ketika masih ada orang yang terpukau dengan segala macam teori konspirasi Ustaz Rahmat Baequni soal rencana kemunculan Dajjal dan persekongkolan Illuminati, Setya Novanto berhasil menyadarkan publik bahwa konspirasi memang betulan ada di negeri ini.
Tak perlu sampai jauh-jauh memakai referensi dari bukunya Muhammad Isa Dawud soal Dialog dengan Jin Muslim atau Dajjal akan Muncul dari Segitiga Bermuda yang dipakai Ustaz Rahmat Baequni, Setya Novanto menunjukkan kalau dirinya benar-benar tak bisa dideteksi melalui berbagai macam teori konspirasi.
Tidak perlu repot memakai gambar segitiga, gambar mata satu, simbol menara, atau tafsir-tafsir njlimet ala Ustaz Rahmat Baequni, Setya Novanto menunjukkan bahwa konspirasi yang nyata justru muncul dalam wujud yang tak bertele-tele. Praktis, mengejutkan, dan jelas tujuannya apa.
Jauh sebelum ramai kasus bentuk arsitektur Masjid Al-Safar yang dicurigai Ustaz Rahmat Baequni merupakan “titipan” desain dari agen Illuminati, Setnov sudah menggebrak negeri ini dengan berbagai konspirasi demi konspirasi. Bahkan sampai sekarang.
Kalau mengikuti bagaimana tata cara membedah teori konspirasi ala Ustaz Rahmat Baequni, kita bisa melacak Setya Novanto sejak ditetapkan sebagai terduga “pemufakatan jahat” saham Freeport pada 2015. Kasus yang bermula saat Sudirman Said, ketika itu menjabat sebagai Menteri ESDM, melaporkan Setnov ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dengan menyertakan petunjuk rekaman suara.
Dari rekaman yang didapat dari Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin itu, diduga Setya Novanto membicarakan bagi-bagi saham. Publik langsung merespons dengan gemas. Julukan “Papa Minta Saham” pun trending berminggu-minggu, sebagai wujud kekesalan publik atas dugaan perbuatan Setnov.
Setya Novanto memang sempat mundur dari posisinya saat itu, Ketua DPR RI, karena polemik yang menyeretnya ini menghancurkan reputasinya. Namun tak berselang lama, ketika sidang MKD dibuka dan beberapa anggota dewan diganti secara mendadak, Sudirman Said yang melaporkan malah dicerca habis-habisan saat sidang. Bukannya diakomodasi dan diadvokasi, justru Sudirman yang “dihabisi” saat sidang. Setnov sendiri santai-santai saja kayak di pantai.
Sampai akhirnya kita semua tahu, justru Sudirman Said yang akhirnya harus lengser dari kursi Menteri ESDM dan digantikan oleh Arcandra Tahar, Luhut Binsar Panjaitan, sampai kemudian jatuh ke Ignasius Jonan.
Usai, geger kasus “Papa Minta Saham”, Setya Novanto memang sempat menghilang dari hiruk pikuk sampai tiba-tiba tanpa diduga beliau maju lagi menjadi Ketua DPR RI. Sebuah manuver yang sangat ciamik tanpa embel-embel simbol konspirasi yang menggegerkan kayak ceramah-ceramah ala Ustaz Rahmat Baequni.
Terbukti tak sampai dua tahun, Setya Novanto pun kena kasus lagi. Kali ini nggak main-main, pada 2017, dirinya ditetapkan sebagai tersangka pada kasus mega-korupsi E-KTP. Jalannya kasus korupsi E-KTP ini pun seru banget. Bahkan jauh lebih seru ketimbang konspirasi Illuminati.
Demi bisa lolos dari status tersangka, segala macam konspirasi Setya Novanto pun dijalain tanpa malu-malu. Satu yang paling diingat tentu saja “kecelakaan buatan” mobil Fortuner yang menabrak tiang listrik. Lalu Setnov masuk rumah sakit dan harus menjalani perawatan sehingga tidak bisa mengikuti sidang kasus korupsi E-KTP.
Akhir ceritanya kita semua tahu, konspirasi tiang listrik tersebut ketahuan dan menyeret pengacara Setya Novanto, yakni Fredrich Yunadi dan dokter yang merawat sebagai tersangka kasus “menghalangi penyidikan KPK terhadap Setya Novanto”. Keduanya pun divonis penjara.
Tanpa menggunakan konspirasi seperti sebelum-sebelumnya, Setya Novanto pun akhirnya dijebloskan ke Penjara Sukamiskin karena terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai pelaku korupsi E-KTP. Kasus korupsi yang bikin banyak rakyat Indonesia—sampai beberapa bulan usai kasus—masih kesulitan untuk bisa bikin E-KTP.
Lalu apakah ketika Setnov sudah dibui, konspirasi ini berhenti? Oh, tidak semudah itu, Verguzo.
Ketika Setya Novanto dipenjara, keadaan seolah tenang-tenang saja. Tapi ternyata justru di keadaan tenang itulah konspirasi demi konspirasi berikutnya terjadi.
Entah dapat wangsit dari mana, program Mata Najwa pada Juli 2018 yang melakukan sidak ke Penjara Sukamiskin. Ketika sampai sel Setya Novanto, Najwa Shihab mencurigai sesuatu yang tidak beres.
Benar saja, tak sampai 1-2 bulan, sel Setya Novanto “yang asli” pun ketahuan. Sebuah rekaman video tersebar di sosial media dan mendapati sebuah sel sudah disulap menjadi semacam kamar hotel bintang 5. Lengkap dengan ornamen dan peralatan yang sangat mewah. Dari toilet duduk, televisi, dan kasur empuk.
Setya Novanto pun dihukum, kepala penjara juga kena hukuman—meski publik nggak benar-benar tahu, hukuman macam apa yang diterima Setnov.
Ketika geger Setnov tertutup oleh isu Pilpres 2019, tiba-tiba April 2019, publik dikejutkan lagi dengan kemunculan narapidana korupsi E-KTP ini di sebuah Rumah Makan Padang di Jakarta.
Uniknya, respons publik hampir sama saat konspirasi tiang listrik. Nggak ada yang emosi berlebihan, yang ada malah ketawa.
Hm, hal ini tentu sangat mencurigakan. Kok bisa-bisanya narapida korupsi jalan-jalan makan nasi padang, tapi kita semua malah ngetawain? Ini kan aneh banget. Sumpah.
Bahkan saat Setya Novanto ketahuan lagi sedang “cari angin” di salah satu toko bangunan di Padalarang, Jawa Barat, baru-baru ini, rakyat ketawa-ketawa aja tuh.
Pihak berwenang cuma bilang kalau ini khilav dan akhirnya memindahkan penjara Setya Novanto dari Penjara Sukamiskin ke Penjara Gunung Sindur.
Lagi dan lagi, publik merespons berita ini bukan dengan kemarahan di ubun-ubun tapi malah ngakak. Paling mentok cuma komentar, “Ealah, dia lagi, dia lagi.”
Bahkan ketika tak pernah muncul kabar bahwa Setya Novanto ini harus kena hukuman karena aksi renovasi sel, makan nasi padang, sampai jalan-jalan di toko bangunan, publik merasa tidak apa-apa. Nggak terus dendam atau emosi. Biasa aja.
Malah respons terhadap aksi-aksi Setnov itu ditanggapi dengan guyonan belaka. Mulai dari menjadikannya meme, bahan ejekan, bahkan menganggap bahwa Setnov adalah kejaiban dunia ke-8 yang luput belum dimasukkan.
Duh, duh, ini jelas bahaya sekali. Konspirasinya benar-benar terlihat nyata. Pelanggaran di depan mata kok malah tertawa? Apa kalian nggak merasakan ada yang aneh?
Melihat fenomena seperti ini, kayaknya anomali respons publik terhadap koruptor perlu dikaji lebih jauh. Jauh lebih urgent untuk dibongkar ketimbang simbol Illuminati tersembunyi di Masjid Al Safar—misalnya.
Lha gimana? Cuma dipaparkan secara kronologis kayak gini aja aroma-aroma konspirasinya udah tercium, apalagi dibikin Power Point-nya sama pakar konspirasi Illuminati Ustaz Rahmat Baequni lalu dibungkus dengan teori di bukunya Muhammad Isa Dawud.
Wah, pasti bakal jauh lebih canggih lagi penemuan-penemuan yang bisa tersaji. Baik untuk umat, maupun untuk negeri ini. Gimana, Taz?