MOJOK.CO – Cara Anies Baswedan yang terkesan menyindir Giring dengan menyaksikan Nidji cek sound jadi komedi politik pertama tahun ini.
Ada banyak cara politisi untuk menyindir lawan-lawan politiknya, tapi cara Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, cukup unik (kalau nggak mau disebut nggatheli). Anies Baswedan memposting penampilan band Nidji saat uji coba sound untuk acara seremoni pembukaan Jakarta Internasional Stadium melalui akun Instagramnya.
Iya, ini band Nidji yang sama yang sudah ditinggalin Giring Ganesha. Calon presiden dari PSI yang sudah punya pengalaman sukses mengorganisir band bertahun-tahun (setidaknya begitu pengakuannya).
Sebelum Giring aktif jadi politisi yang vokal, Anies adalah satu-satunya “lawan” bagi sebagian masyarakat Jakarta. Kebijakannya sering dipertanyakan, kerap dikritisi, bahkan kadang juga jadi bahan olok-olokan.
Semua berubah sejak band Nidji kehilangan vokalis dan tiba-tiba Jakarta “dianugerahi” politisi vokal yang omongan dan gesturnya sangat memeable.
Mulai dari (secara berani) bilang, “Indonesia akan suram jika yang terpilih kelak adalah seorang pembohong dan juga pernah dipecat oleh Pak Jokowi karena tidak becus bekerja,” untuk Anis Baswedan…
…sampai kalimat yang penuh aura penjilat kayak gini, “Dengan kerendahan hati yang paling dalam, saya ingin mengajak Sis and Bro yang berada di ruangan ini dan yang sedang nonton live untuk semua berdiri, memberikan penghormatan kepada presiden terbaik yang pernah dimiliki oleh republik ini, Presiden Joko Widodo!”
Duh, Mas Giring mantannya Nidji. Muji-muji orang itu hambok yang biasa aja, nggak usah yang terlalu over begitu. Kesannya jadi rada jijik-jijik gimana tahu nggak?
Saya bahkan yakin Jokowi pasti nggak nyaman dibilangin begitu sama sosok yang—bahkan belum membuktikan apa-apa di medan politik kayak Mas Giring. Dalam tradisi Jawa, omongan Mas Giring begitu malah patut dicurigai, terutama kalau baik-baikinnya polpolan sampai nggak kontrol begitu.
Lagipula kalau mau mengkritik Anies Baswedan itu hambok yang rada elegan. Sampean itu jika dilihat-lihat bukan malah jadi “vokalis” kelompok oposisi Anies Baswedan, tapi justru jadi duri dalam daging. Sangat kontraproduktif kalau mau mencegah elektabilitas Anies makin tinggi jelang 2024.
Gara-gara Giring pula, orang-orang yang tadinya ramai mengkritik Anies Baswedan malah jadi ogah disama-samain satu kubu dengan Giring. Ya gimana, politisi kok norak betul begitu. Kelihatan banget ingin naik panggungnya dengan ngolok-ngolokin Anies Baswedan tanpa henti.
Bahkan saya yang tidak mendukung Anies Baswedan selama jadi Gubernur DKI Jakarta, berasa merugi mengetahui bahwa oposisi seorang Anies ternyata hanya sekelas Giring. Seorang politisi hijau yang lagaknya kayak udah senior banget
Kalau boleh jujur, bagi saya keberadaan Giring di PSI yang kerap menyentil setiap kebijakan Anies dengan cara yang wagu itu justru jadi anugerah terbesar bagi tim Anies Baswedan sendiri.
Apa yang dilakukan Giring itu mengingatkan saya dengan cara Amien Rais ketika berkali-kali mencoba menyerang Jokowi jelang Pilpres 2019. Bukannya mendapat simpati, omongan Amien Rais pun malah lebih meme-able ketimbang quote-able. Kadang-kadang bikin kaget, bikin geli, dan menggemaskan.
Bahkan ada yang curiga bahwa jangan-jangan Amien Rais itu adalah tim sukses Jokowi yang tertukar? Lah, ketimbang menaikkan elektabilitas Prabowo, yang dilakukan Amien justru jadi bahan lawakan untuk kelompoknya sendiri.
Ibarat kata, Giring ini seperti menyediakan banyak alternatif punchline untuk tim Anies Baswedan. Itulah kenapa apa yang dilakukan Anies Baswedan saat mendengarkan cek sound Nidji untuk gladi resik pembukaan Jakarta Internasional Stadium disambut begitu banyak tawa oleh netizen.
Bukan, bukan karena netizen kini banyak yang semakin banyak menjagokan Anies Baswedan, tapi lebih ke perasaan gedhek saja sama kelakuan Giring selama ini. Postingan di Instagramnya Anies itu rasanya itu jadi “pembalasan” yang manis. Dan seperti inilah langkah yang pas untuk seorang politisi sekelas Gubernur.
Bukan kayak ketua partai yang terus-menerus pansos tanpa sadar diri bahwa dirinya belum jadi siapa-siapa di dunia politik. Sudah begitu, bisa-bisanya kepedean nyalon presiden lagi. Howalah rai gedek ndas tank.
BACA JUGA Giring dan Pasha Memang Perlu Belajar dari Ariel atau tulisan ESAI lainnya.
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Ahmad Khadafi