8 Tips Sederhana Public Speaking yang Baik dan Lumayan

public speaking

pidato tanpa teks adlun fais imat mop sulawesi mop papua tenaga kesehatan kisah nabi luth kisah nabi ayyub penjual lampu LED ikan cakalang mojok.co

MOJOK.COPublic speaking adalah salah satu skill yang seharusnya dikuasai oleh banyak orang. 

Sebagai anak yang —untuk tidak menyebutnya pemalu— tak punya kepercayaan diri yang mumpuni, dulu saya tak pernah membayangkan bahwa ternyata kelak saya akan sering berada di posisi sebagai seorang pembicara publik.

Profesi saya sebagai penulis ternyata turut mendorong saya untuk banyak berbicara di depan umum, entah untuk keperluan acara launching buku maupun mengisi acara dengan tema seputar kepenulisan.

Tentu saja itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Lha jangankan bicara di depan audiens yang banyak dan umum, wong berbicara di depan bapak-bapak warga kampung yang saya sendiri kenal saja rasanya begitu sulit.

Maka, tak bisa tidak, saya memang wajib banyak belajar untuk menguasai teknik berbicara di depan umum atau public speaking ini.

Saya pun belajar dari beberapa kawan dekat yang memang saya anggap piawai dalam urusan public speaking. Saya juga belajar dari video-video di Youtube.

Nah, dari proses belajar saya yang agak panjang itu —bahkan sampai sekarang, saya mengamati setidaknya ada 8 tips sederhana yang bisa menjadi kunci kesuksesan seseorang dalam meningkatkan kemampuan public speakingnya.

Tiga menit pertama

Saya pikir, tiga menit pertama dalam public speaking adalah waktu yang amat krusial. Menit-menit pertama adalah waktu yang paling menentukan bagi seorang pembicara publik dalam membangun kemistri dengan audiens.

Dalam tiga menit pertama itulah, sebisa mungkin, bikin audiens merasa nyaman dengan Anda. Tampakkan citra dan kesan bahwa Anda adalah pribadi yang ramah, supel, dan komunikatif.

Jika audiens sudah dibikin nyaman dan merasa dekat dengan Anda bahkan sejak menit-menit pertama, maka menit-menit berikutnya akan menjadi lebih mudah dan akan semakin mudah.

Kontak mata

Saya paham, Anda tidak sedang mencoba untuk jatuh cinta dengan audiens Anda —walau kalau ada yang cakep, saya tidak yakin Anda bisa menolaknya—, kendati begitu, kontak mata tetaplah penting. Ini semata untuk membangun suasana yang lebih nyaman.

Audiens akan merasa dianggap berharga jika Anda sering memberikan kontak mata kepada mereka. Hindari menatap langit-langit gedung atau lantai bangunan, se-nervous apa pun Anda.

Lontarkan guyonan

Guyonan itu menyenangkan, guyonan itu mendekatkan. Maka, lontarkan guyon-guyon ringan untuk membuat suasana antara Anda dan audiens menjadi hangat. Ini juga bisa membantu Anda membangun kesan ramah dan tidak kaku sehingga audiens juga tidak sungkan jika ingin menanggapi atau butuh berkomunikasi dengan Anda

Pahami audiens

Menjadi pembicara publik dengan audiens mahasiswa tentu akan sangat berbeda dengan menjadi pembicara publik dengan audiens. Komunikasi yang digunakan tentu saja harus menyesuaikan. Baik penyampaian, gaya, bahkan humor. Tentu saja humor “Bersatu kita teguh bercerai kawin lagi” tidak akan masuk untuk audiens mahasiswa muda. Memang usia tidak bisa ditipu, namun usaha untuk mengimbangi komunikasi, setidaknya tentang bahan pembicaraan tentu akan sangat berguna. Hal ini berfungsi agar tidak ada kesan sok akrab.

Interaksi

Interaksi dengan audiens, selain untuk membangun suasana, juga berfungsi untuk membuktikan bahwa Anda adalah pembicara yang interaktif dan komunikatif.

Hindari filler word

Filler word adalah kata-kata yang keluar ketika jeda berpikir sebelum berbicara, misal “Ehmm” atau “Ehhh”.

Sebisa mungkin hindari penggunaan filler word tersebut. Ganti dengan diam sejenak dan tarik napas. Hal itu akan lebih membuat Anda tampak lebih rileks sekaligus membuktikan bahwa Anda sangat menguasai apa yang sedang Anda sampaikan.

Tempo bicara dan bahasa tubuh

Anda bukan rapper, juga bukan Dodit yang sedang stand up di Kompas TV. Maka, jagalah tempo bicara, jangan terlalu cepat, pun jangan terlalu lambat. Anda bisa menguji tempo bicara Anda apakah sudah pas atau belum dengan kawan Anda sesaat sebelum tampil ke depan.

Gunakan juga bahasa tubuh yang meyakinkan. Itu akan membuat komunikasi jauh lebih menyenangkan dan mudah dimengerti. Dalam hal ini, saya sangat menyarankan Anda untuk menonton video-video James Gwee.

Membiasakan diri

Kesempatan public speaking pertama saya terjadi saat bedah buku pertama saya di sebuah perpustakaan di temanggung. Agak lucu saat disebut sebagai publik sebenarnya, sebab peserta yang hadir hanya empat orang. Dengan peserta yang jumlahnya kurang dari rukun Islam itu, saya bahkan tetap gagal dan tidak bisa berbicara dengan baik.

Kesempatan kedua terjadi satu bulan setelahnya, dan kali ini lebih mendingan, dengan peserta belasan, saya mulai lancar berbicara, walau tentu saja kepercayaan diri saya masih sangat buruk.

Setiap kesempatan membuat saya semakin lancar dan semakin lancar. Saya mencatat, saya butuh setidaknya satu setengah tahun untuk bisa berada di fase tidak nervous dan bisa percaya berbicara di depan banyak orang.

Poinnya adalah, public speaking adalah perkara belajar dan jam terbang. Semakin sering seseorang terbiasa berbicara di depan umum, semakin lancar dan percaya dirilah dia.

Karena itulah, untuk para pemula, tak ada cara lain yang lebih ampuh untuk meningkatkan kemampuan public speaking selain mencoba memulai mempraktikkan public speaking dalam kesempatan apa saja.

BACA JUGA Tips Memahami Maksud di Balik Ucapan Cewek dan artikel AGUS MULYADI lainnya.

Exit mobile version