3 Dosa Pengusaha Bakpia Jogja yang Merugikan Pembeli demi Mengejar Cuan tanpa Peduli Akibatnya bagi Nama Baik

3 Dosa Pengusaha Bakpia Jogja, Rugikan Pembeli demi Cuan (Wikimedia Commons)

3 Dosa Pengusaha Bakpia Jogja, Rugikan Pembeli demi Cuan (Wikimedia Commons)

Bakpia Jogja akan selamanya menjadi oleh-oleh wajib bagi siapa saja. Mau wisatawan luar daerah, hingga warga lokal. Iya, warga lokal sering menjadikan bakpia sebagai buah tangan ketika silaturahmi. Rasa yang familiar dan tahan lama membuat makanan ini menjadi pilihan menarik untuk berbagai acara.

Namun, ada saja pengusaha bakpia Jogja yang serampangan demi mengejar cuan. Mereka mengubah beberapa “setting” dari setelan umum bakpia. Hal ini tentu merugikan pembeli. Ingat, bagi beberapa orang, harga bakpia itu nggak murah. Sudah begitu, kecurangan ini justru bisa merusak nama baik oleh-oleh khas Jogja ini.

Inilah 3 dosa pengusaha bakpia Jogja yang merugikan pembeli. Pesan saya, hati-hati dalam menentukan produsen mana yang akan kamu jadikan langganan.

#1 Pengusaha bakpia Jogja nakal, mengurangi kualitas bahan baku 

Menurut saya, banyak pengusaha kuliner yang melakukan kecurangan ini. Harapannya adalah mengurangi biaya untuk membeli bahan berkualitas. Sehingga, mereka bisa mengerek keuntungan setinggi mungkin.

Untuk bakpia Jogja, ada 3 bahan yang sering menjadi “korban” kecurangan pengusaha. Pertama, pengusaha nakal mengganti tepung terigu berprotein tinggi ke protein rendah. Alasannya sederhana, harga lebih murah. Padahal, bakpia yang dibuat dengan tepung terigu protein rendah akan terasa kurang kenyal dan cepat keras.

Kedua, mencampur kacang hijau murni dengan kacang tanah atau kentang tumbuk. Tujuannya adalah supaya isian bakpia terasa lebih banyak dan berat. Namun, rasanya jadi agak hambar dengan tekstur kasar. Ini jahat sekali karena kacang hijau adalah jiwa dari isian bakpia.

Ketiga, menggunakan minyak goreng curah. Secara spesifik, oknum pengusaha nakal menggunakan minyak goreng  yang kualitasnya sudah menurun dan sering dipakai berulang kali. Bakpia Jogja yang digoreng dengan minyak seperti ini akan menghasilkan aroma yang tidak sedap dan meninggalkan rasa tengik.

Baca halaman selanjutnya: Bisa merusak nama baik brand.

#2 Mempermainkan berat dan ukuran produk

Banyak oknum pengusaha yang berusaha “menipu” pelanggan dengan berat dan ukuran produk. Salah satunya dengan mengurangi Gramasi. Misalnya, bakpia Jogja yang seharusnya 30 gram per buah, dibuat hanya 25 gram. Konsumen sering tidak sadar karena kemasan tetap terlihat penuh.

Lalu, ada juga yang menipiskan kulit bapkia. Kulit bakpia itu seharusnya ideal dalam artian seimbang; tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal. Nah, di sini, oknum pengusaha menipiskan kulit supaya isiannya terlihat banyak. Padahal, dia mengurangi isiannya juga. Makanya, bakpia Jogja bikinan dia mudah hancur.

#3 Tidak menjaga kebersihan rumah produksi

Tahun lalu, Rizqian Syah Ultsani, salah satu penulis di Terminal Mojok pernah bercerita tentang “dosa” pengusaha bakpia Jogja satu ini. Jadi, mereka tidak menjaga kebersihan rumah produksi.

“Lantaran panas, para pekerja laki-laki melakukan tugas mereka dengan telanjang dada alias nggak pakai baju. Meski nggak pakai baju, jangan berharap mereka memakai sarung tangan atau masker. Kebetulan mereka mengolah adonan dan memasukkan isian bakpia Jogja secara manual dengan tangan. Jujur saja saya agak terkejut melihat pemandangan tersebut,” tulis Rizqin.

“Masalah belum selesai. Ada lagi yang bikin saya geleng-geleng kepala. Terkadang para pekerja menyeka keringat atau menggaruk bagian tubuh mereka yang gatal dengan tangan yang sama digunakan untuk membuat bakpia. Yang bikin tambah combo lagi adalah di saat bersamaan, mereka bekerja sembari mengisap rokok di dalam ruangan tersebut,” tambahnya.

Kejadian ini, mungkin, hanya terjadi di pengusaha bakpia Jogja rumahan. Namun, tetap saja, pembeli harus hati-hati.

Terakhir, jika “kecurangan” ini terus dijaga, ada 2 kegelisahan yang saya rasakan. Pertama, seiring harga bakpia yang makin mahal, warga lokal akan jaga jarak. Udah kualitasnya nggak dijaga, eh mahal. Kedua, nama bain brand bakpia sebagai oleh-oleh khas, akan jadi jelek.

Jadi, nggak cuma pembeli yang rugi, tapi juga pengusaha itu sendiri. Ada yang kepikiran sampai ke sana?

Penulis: Yamadipati Seno 

Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 4 Bakpia Jogja yang Bikin Kecewa, Wisatawan yang Mau Beli Mending Pikir Dua Kali

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version