3 Ciri Angkringan Jogja yang “Nggak Enak” bagi Pelanggan, Cuma Bikin Kesal Aja

3 Ciri Angkringan Jogja yang “Nggak Enak” bagi Pelanggan, Cuma Bikin Kesal Aja Mojok.co

3 Ciri Angkringan Jogja yang “Nggak Enak” bagi Pelanggan, Cuma Bikin Kesal Aja (wikipedia)

Bagi orang Jogja, makan di angkringan tidak sekadar mengisi perut. Angkringan sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial. Tempat makan sederhana ini jadi ruang bagi warga Jogja untuk berjumpa dan ngobrol. Itu mengapa, pemandangan orang-orang duduk dan ngobrol setelah makan nasi kucing jadi hal yang sangat biasa dan wajar. 

Akan tetapi, sepertinya tidak semua penjual angkringan Jogja menyadari betapa penting kehadiran mereka bagi warga. Mungkin mereka menganggap berjualan angkringan itu sekadar menyediakan makanan dan minuman kali ya. Itu mengapa penjual angkringan kerap melakukan hal-hal yang bikin “nggak enak” bahkan dongkol di hati pelanggan. 

#1 Sering tutup sesuka hati 

Angkringan yang tutup sewaktu-waktu, sesuka hati, itu menyebalkan. Pelanggan yang kelaparan jadi kecele. Soal makanan, pembeli mungkin bisa beralih ke angkringan lain. Toh makanan di angkringan sebenarnya juga berasal dari pemasok yang sama. Namun, yang tidak kalah penting dari itu, pelanggan jadi nggak punya teman ngobrol.  Soal obrolan, ada faktor cocok-cocokan dan kebiasaan dengan lawan bicara. 

Wahai para penjual angkringan, kehadiran kalian itu diharapkan oleh para pelanggan. Itu mengapa, kalau mau  ambil libur mending menginfokan ke pelanggan dari jauh-jauh hari. 

#2 Pindah tempat dan tidak ada yang tahu

Mirip dengan angkringan yang sewaktu-waktu tutup, angkringan yang pindah tempat tanpa berkabar pada pelanggan benar-benar bikin kesal. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mereka yang datang ke angkringan tidak melulu soal makan. Mereka juga mencari teman. Ketika angkringan pindah, rasanya seperti kehilangan tempat nongkrong, kehilangan teman sepermainan. 

Itu mengapa, seperti saran sebelumnya, mbok ya kalau pindah tempat itu berkabar. Minimal pasang pengumuman di tempat yang ditinggalkan. Atau, setidaknya beri tahu orang di sekitar tempat lama lokasi angkringan yang baru. Jangan hilang tanpa pesan dan membuat pelanggan kebingungan. Kalau boleh request lagi, pindahnya jangan jauh-jauh hehe.

Baca halaman selanjutnya: #3 Angkringan yang …

#3 Angkringan yang tidak punya penerus

Rasanya seperti ditinggal ketika sedang sayang-sayangnya. Itulah yang dirasakan pembeli ketika penjual angkringan Jogja pensiun dan tidak punya penerus. Selain akan merindukan sosok penjual dan pelayanannya, orang juga bakal rindu pada racikan minumannya. 

Soal makanan yang disediakan, kebanyakan angkringan Jogja tidak memasaknya secara langsung. Para penjual mengambil dari pemasok. Itu mengapa, variasi dan rasa makanan di angkringan satu dengan angkringan lain tidak jauh berbeda. 

Pembeda angkringan satu dengan angkringan lain memang pada racikan minumannya. Walau menggunakan bahan-bahan dan resep yang sama, entah mengapa minuman yang dihasilkan bisa berbeda. 

Itu mengapa, sangat disayangkan kalau penjual angkringan tidak menurunkan pengetahuan meracik minuman itu ke penerusnya. Segarnya minuman yang pernah disesap pelanggan tidak akan bisa dirasakan lagi. 

Tolonglah para penjual angkringan, segara siapkan penerus sekiranya ingin segera penerus. Pelanggan masih ingin makan, duduk-duduk, atau ngobrol di angkringan ditemani segelas minuman yang disukainya. 

Di atas ciri angkringan yang “nggak enak” untuk pelanggan. Terdengar biasa saja memang, tapi percayalah, kehilangan angkringan kesayangan rasanya benar-benar patah hati. Perlu waktu juga untuk move on. 

Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Derita Penjual Gorengan, Sehari-hari Menghadapi Fitnah yang Bisa Menjatuhkan Usahanyadan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.

Exit mobile version