MOJOK.CO – Meski berada di lingkungan religius, santri juga selalu punya cara kreatif buat nyontek saat ujian. Metode yang nggak ada di tempat lain.
Seorang santri tetaplah mengalami fase kenakalan remaja. Lagian santri juga manusia biasa yang tak lahir ujug-ujug gede kayak kera sakti. Dan salah satu kenakalan itu adalah menyontek ketika ujian.
Jika pada umumnya seorang murid SMA atau SMP menyontek menggunakan kode-kode khusus, seorang santri pun melakukan hal yang sama. Hanya saja ada perbedaan signfikan dari cara, metode, maupun eksekusinya.
Nah, ini tiga di antaranya.
Menulis contekan pakai aksara arab
Dalam ujian sekolah yang dilalui seorang santri, kadang-kadang guru pengawas tidak berasal dari universe yang sama. Maksudnya, guru pengawas tidak punya pengalaman menjadi santri.
Ini hal yang umum saat dilakukan ujian-ujian kelas berat seperti UN. Di mana pertukaran guru pengawas antara satu sekolah dengan sekolah yang lain terjadi.
Biasanya, santri akan merasa girang jika tahu guru yang mengawasi dari sekolah lain bukanlah guru dari pesantren lain. Soalnya peluang keberhasilan metode ini nyaris 90 persen tingkat keberhasilannya.
Jika hal tersebut terjadi maka santri biasanya akan menulis contekan pada secarik potongan kertas kecil. Menulis beberapa rumus atau materi pelajaran dengan aksara arab. Tergantung dengan mata pelajaran yang sedang diujikan.
Ada dua metode menggunakan cara ini. Pertama, menulis dengan bahasa Arab. Ini cukup efektif untuk pelajaran seperti Biologi, Geografi, atau Sejarah. Kedua, menulis pegon, alias bahasa Jawa atau bahasa Indonesia tapi memakai aksara arab untuk pelajaran-pelajaran Matematika, Fisika, atau Kimia.
Salah satu hal yang bikin aman ketika metode ini dilakukan adalah ketika ketahuan guru pengawas, kamu bisa berkelit secara paripurna.
“Heh, itu kertas apa? Kamu nyontek ya!” pergok guru pengawas—misalnya.
Lalu kamu dengan santai membuka kertas contekan itu dengan tenang.
“Ini bukan contekan, Bu,” katamu biasa aja.
“Lah, terus apa ini? Kenapa isinya tulisan semua,” kata guru pengawas siap-siap mengeluarkanmu dari kelas.
“Ini lho, Bu. Monggo silakan lihat sendiri,” katamu masih santai.
Lalu guru pengawas melihat tulisan kriting di secarik kertas itu. Penuh aksara arab yang ia tak paham.
“Ini apa sih? Kertas doa?” tanya guru pengawas lagi.
Lantas kamu cuma mengangguk tenang, seolah itu memang adalah potongan doa-doa untuk memperlancar ujian.
“Ya sudah, disimpan aja kertasnya jangan dikeluarin di meja gitu. Bikin orang suudzon aja tuh,” kata guru pengawas takut dianggap sebagai penista agama. Mission accomplished.
Menulis materi ujian di papan tulis
Metode contekan dengan aksara arab di kertas kurang efisien? Kurang efektif? Oh, santai, santri punya metode yang jauh lebih klasik saat harus nyotek saat ujian. Menggunakan strategi perang Sun Tzu. Yakni, menyembunyikan sesuatu di tempat terbuka dengan mengklamufasekannya sebagai aktivitas sehari-hari.
Oke, oke, saya akan jelaskan.
Begini. Cara kedua ini adalah dengan menulis seluruh materi ujian di papan tulis. Iya saya tahu, kamu mungkin kepengin langsung nyemprot, “Lah ya bakal langsung ketahuan lah, Blooook!”
Tunggu dulu, tunggu dulu, santri tidak akan menulis materi pelajaran sepolos itu dengan bahasa dan aksara latin, materi yang ditulis pun menggunakan bahasa atau aksara Arab. Tidak sembarang aksara arab, melainkan dibikin kaligrafi meliuk-liuk. Seolah itu menjadi ornamen penghias kelas.
Bagi guru pengawas yang tidak begitu familiar dengan aksara ini, metode semacam ini sangat tepat guna. Selain bisa melihat materi di depan mata, pengawas mungkin mengira santri yang mereka awasi adalah kelompok anak-anak yang kreatif.
Iya, kreatif buat nyontek. Pfft.
Bikin rekaman di Walkman atau MP4 Player untuk ujian hafalan
Selain ujian di dalam kelas, santri juga memiliki tanggungan ujian lain yang beragam. Salah satunya adalah ujian hafalan. Ujian yang diujikan bagi santri untuk hafalan nadhom di kitab-kitab seperti Al-Fiyah atau Umriti. Jumlah hafalannya pun nggak main-main, bisa sampai ratusan sampai seribu nadhom. Pusing, pusing sampai koprol dah itu.
Masalahnya, tidak sedikit pesantren yang bikin ujian hafalan sebagai persyaratan ikut ujian sekolah. Artinya, bakal percuma kalau kamu pintar di sekolah tapi nggak lulus setoran hafalan di pesantren. Percuma karena nggak boleh ikut ujian juga woy.
Nah, demi bisa ikut ujian sekolah, ada beberapa cara nyontek yang bisa jadi nggak bakal ditemukan oleh murid-murid di sekolah negeri. Salah satunya adalah dengan merekam nadhom di kaset atau MP4 player sebelum ujian, lalu disetel menggunakan headset ketika ujian hafalan dimulai.
Oke, kamu mungkin udah kebelet mau nyemprot lagi, “Ya bakal ketahuaan laaah, Bloook! Itu kan headsetnya keliataaan!”
Nah itu lah masalahnya, metode ini hanya bisa berlaku untuk santriwati. Dengan balutan jilbab, headset ini bisa disembunyikan dengan paripurna. Lalu habis itu tinggal mengikuti rekaman audio yang disetel diam-diam.
Wangun, Lur, udah jadi intelejen sejak dari hafalan di pesantren.
BACA JUGA Pondok Pesantren Memang Tempatnya Bocah Nakal! atau tulisan soal Pesantren lainnya.