MOJOK.CO – Ada banyak cara untuk mempersiapkan puasa Ramadan. Selain soal rohani yang disapin, kondisi fisik juga perlu. Biar tubuh nggak kaget pada awal-awal puasa.
Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan tinggal beberapa hari lagi. Beberapa orang mungkin mempersiapkan puasa Ramadan dengan mengincar tempat-tempat ngabuburit, melingkari kalender untuk persiapan buka bersama bareng teman-teman, siap-siap pelantikan Presiden baru, atau siap-siap berkas gugatan ke Mahkamah Konstitusi.
Meksi begitu, bagi mahasiswa, bulan Ramadan jelas merupakan salah satu momen yang ditunggu. Bukan, bukan karena takjil akan bisa ditemui pada setiap masjid di mana saja, melainkan karena puasa Ramadan sangat mendukung laku tirakat yang sudah dilakukan rutin dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya—wabilkhusus bagi mahasiswa tidak berkecukupan alias miskin alias kere.
Akan tetapi, buat mahasiswa kere yang merasa bahwa bulan Ramadan merupakan bulan di mana Tuhan sedang ingin membuat umat Islam sedunia merasakan penderitaan mereka, ada baiknya mahasiswa juga mempersiapkan kondisi tubuh.
Jangan mentang-mentang umur masih muda, lalu seenak udelnya sendiri menyia-nyiakan tubuh fit tersebut. Apalagi ketika sudah masuk bulan puasa, ketika di bulan lain kuat nggak makan nggak minum karena nggak punya duit, giliran puasa malah bercita-cita kepingin mukah karena merasa nggak kuat. Terutama pada hari-hari awal puasa.
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Ya karena tubuh memiliki jam biologisnya sendiri. Jadi kalau kamu terbiasa sarapan pada pukul 12 siang—karena kepingin ngirit biar sarapan dan makan siang ongkosnya bisa dirapel—maka lambung dan organ-organ pencernaanmu akan memulai “kerja” sesuai dengan kebiasan makanmu.
Itulah kenapa, penyakit pencernaan (seperti maag) biasanya terjadi karena organ pencernaan tidak memahami waktu makanmu. Nggak menentu dan nggak konsisten blas sehingga bikin perut jadi ngamuk karena kamu PHP-in.
Itu juga jadi sebab, pada awal-awal puasa Ramadan, tubuh seseorang akan terasa begitu lemas. Hal ini dikarenakan tubuh sedang kaget dengan perubahan pola makan kita. Biasanya jam 12 udah ke kantin makan buanyak, kali ini kamu nggak makan sama sekali—bahkan minum aja kagak.
Biasanya pola seperti ini terjadi sampai 4-5 hari puasa. Tubuh akan berangsur-angsur memahami bahwa kamu makan hanya pada waktu sahur dan sehabis berbuka. Ketika itu terjadi, kondisi tubuh yang mudah lemas pada periode awal puasa akan berubah secara berangsur-angsur.
Memasuki minggu pertama puasa Ramadan tubuhmu akan segar seolah-olah kamu nggak puasa. Mulut memang terasa kering dan ada rasa haus, perut kosong dan sedikit ada rasa lapar, tapi kondisi itu tidak bikin tubuhmu lemas. Karena tubuh udah bikin cadangan energi yang cukup dari makan sahurmu.
Itu yang jadi sebab, kenapa ada tuntunan untuk umat muslim agar berpuasa beberapa hari pada bulan Sya’ban. Selain karena puasa sunah yang diutamakan, puasa pada bulan Sya’ban juga membuat tubuh menjadi sangat siap untuk memasuki full satu bulan puasa Ramadan.
Ibarat puasa pada bulan Ramadan adalah pertandingan yang sebenarnya, maka puasa pada bulan Sya’ban adalah pemanasannya.
Seperti ketika berolahraga, kalau langsung main masuk lapangan tanpa pemanasan, tubuh akan langsung lemas luar biasa ketika baru lari beberapa meter, tapi kalau kita sudah pemanasan yang cukup tubuh akan terasa ringan dan aktivitas olahraga jadi lincah.
Kalau pun sulit melakukan puasa Sya’ban, puasa sunah seperti puasa Senin-Kamis juga membuat tubuh lebih bisa memahami sedang terjadi apa pada hari-hari pertama puasa Ramadan.
Selain puasa, kamu juga bisa mulai mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang kadar gulanya tinggi—disertai juga dengan memperbanyak air putih. Hal ini penting untuk membuat tubuh terbiasa dengan pengurangan kadar gula saat memasuki bulan puasa nanti. Sehingga tubuh jadi lebih bisa menyimpan cadangan gula dengan baik agar tubuh nggak lemas-lemas amat karena sadar kamu sedang berpuasa.