Kiat Menetralisir Nyeri Perut karena Suduken Ketika Berolahraga

MOJOK.COAlih-alih bikin segar dan bugar, cara berolahraga yang salah justru dapat memunculkan kemungkinan sakit di perut bagian atas yang biasa kita sebut suduken.

Pasti kita pernah mengalami ketika sedang berolahraga seperti berlari atau beraktivitas yang cukup berat—misalnya angkat galon dari pagar rumah sampai dapur—merasakan rasa sakit pada perut bagian atas. Rasa sakit ini seperti ditusuk-tusuk jarum sehingga terasa sangat nyelekit. Biasanya orang Jawa menyebutnya sebagai suduken, meski dia memiliki istilah ilmiah yang lebih susah disebut yakni side stitch.

Suduken ini memunculkan rasa sakit pada perut bagian atas hingga samping bahkan rasa nyeri tersebut akan semakin menjadi-jadi ketika kita menarik napas dalam. Tentu saja, rasa sakit ini cukup menganggu kegiatan kita. Ia bisa terjadi baik di sisi kanan maupun sisi kiri perut. Meski beberapa orang lebih sering mengalaminya di sebelah kanan tepat di bawah tulang rusuk.

Hal ini dapat terjadi pasalnya, ketika kita sedang beraktivitas seperti lari ataupun olahraga lainnya, darah dalam tubuh kita akan bergerak menjauh dari diafragma. Nah, diafragma ini sendiri merupakan otot yang memisahkan bagian perut dengan jantung dan paru-paru.

Jika dalam aktivitas kita tersebut kita ngos-ngosan, maka otot-otot diafragma kita bakal semakin kekurangan oksigen. Kurangnya asupan oksigen yang masuk ke dalam tubuh bisa dikarenakan cara mengambil napas kita yang salah, misalnya kita bernapas pendek-pendek. Padahal teknik pernapasan yang disarankan dalam berolahraga adalah melalui perut atau dengan mengatur napas panjang.

Nah, kondisi itulah yang akan menyebabkan otot-otot diafragma kita mengalami kram sehingga perut bagian atas terasa sakit yang kemudian kita sebut suduken. Meski aktivitas berat tanpa kontrol pernapasan yang baik memicu munculnya suduken. Namun ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko munculnya rasa sakit ini. Di antaranya,

Pertama, ketika kita kurang atau bahkan tidak melakukan pemanasan sama sekali sebelum berolahraga. Tentu saja, hal ini dapat membuat badan kita kaget. Mungkin kalau dia bisa bersuara, dia akan berteriak. Oleh karena kaget, lantas napas kita pun belum dapat menyesuaikan. Padahal salah satu cara untuk mencegah suduken adalah pengaturan napas panjang yang mumpuni. Maka, tidak dapat dibantah, bahwa pemanasan ini sangat diperlukan. Selain untuk mencegah suduken muncul tiba-tiba, juga supaya otot tubuh kita tidak mengalami cedera dan menderita.

Kedua, langsung beraktivitas setelah makan—apalagi makan berat yang sangat mengenyangkan. Perut yang penuh setelah diisi makanan, butuh waktu untuk diistirahatkan sebentar. Pasalnya, meski kita menganggap telah menyelesaikan makan, namun sebetulnya lambung dan usus kita belum betul-betul selesai menjalankan tugasnya untuk mencerna makanan. Maka, kondisi yang masih begah tersebut menjadi tidak nyaman ketika dipaksa untuk langsung membakar kalori dari makanan—yang baru aja dicerna. Ya, emang siapa siapa sih, yang nyaman-nyaman aja kalau dipaksa~

Ketiga, mengkonsumsi minuman yang manis-manis sebelum beraktivitas berat. Pasalnya, minuman manis usut punya usut dia tidak semanis seperti yang dirasakan di depan. Diam-diam dia menghanyutkan. Dia dapat menekan otot perut kita ke arah diafragma sehingga memicu kram pada otot perut.

Keempat, tulang kita yang memiliki kecenderungan scoliosis, yakni keadaan tulang belakang kita yang bengkok ke kiri atau ke kanan. Kondisi ini dapet memunculkan risiko yang lebih besar seseorang mengalami suduken.

Nah, jika kita mengalami suduken, jangan hanya mengeluh, berputus asa, dan menangisi keadaan tersebut. Tenang saja, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menetralisir rasa sakit di perut bagian atas itu.

Hal pertama yang dapat kita lakukan adalah duduk dengan tenang dan nyaman. Lalu menarik napas dalam-dalam tapi saya mohon, nggak perlu juga dikeluarkan dari lubang belakang. Selanjutnya, menekan perut yang terasa nyeri dengan tangan kita, soalnya kalau pinjem tangan orang lain takutnya ganggu dan kembali mengatur napas kita pelan-pelan.

Selayaknya cara bernapas pada umumnya yang biasanya digunakan dalam proses meditasi, tarik napas melalui hidung lalu tahan beberapa detik—ya, beberapa detik saja jangan beberapa jam, soalnya bahaya—lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Lakukan ini berulang-ulang kali, sampai rasa nyeri tersebut berangsur-angsur menghilang dengan tahu diri sendirinya.

Latihan dengan pernapasan perut ini tidak hanya untuk meredakan nyeri yang terjadi saat suduken. Namun juga dapat meredakan nyeri di ulu hati saat tahu bahwa ternyata dia memilih mengkhianati komitmen untuk berbahagia dengan seseorang yang lebih mungkin mendapatkan restu orang tua. (A/L)

Exit mobile version