Rivalitas Yamaha Jupiter MX-King vs Honda Supra GTR, Penegas Eksistensi Motor Transmisi Manual

Matik memang enak, tapi transmisi manual selalu bisa “menghadirkan rasa yang berbeda”. Persaingan Jupiter MX-King dan Supra GTR menjadi penegasan eksistensi transmisi manual itu.

Rivalitas Yamaha Jupiter MX-King vs Honda Supra GTR, Penegas Eksistensi Motor Transmisi Manual MOJOK.CO

Ilustrasi Rivalitas Yamaha Jupiter MX-King vs Honda Supra GTR. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COPersaingan Yamaha Jupiter MX-King vs Honda Supra GTR harus disyukuri. Persaingan yang membuat eksistensi motor manual tetap terasa.

Sudah lumrah kalau lagi ngomongin motor, orang Indonesia pasti terbayang merek Honda. Istilahnya metonimia.

Sederhananya, metonimia adalah penggunaan kata yang sebetulnya merek, tapi dijadikan nama barang. Terbentuk dari kebiasaan masyarakat untuk menyebut produk berjenis sama menggunakan nama salah satu produk yang paling familiar.

Kalau air mineral, ingatnya Aqua. Kalau minimarket, kebayang Indomaret. Kalau sepeda motor, ya Honda.

Nah, untuk sepeda motor, selain Honda, merek lain yang menjadi top of mind orang Indonesia, adalah Yamaha. Banyak yang suka membandingkan dua merek ini. istilahnya rival. Bagi saya, rivalitas ini terasa lewat Jupiter MX-King vs Supra GTR.

Pada 1969, sebetulnya, perakitan sepeda motor Yamaha sudah dilakukan di Indonesia. Namun, saat itu, semua komponen yang dipakai masih didatangkan dari Jepang. Baru pada 1974, Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) berdiri. Perusahaan ini yang secara resmi menjadi perwakilan Yamaha.

Sejak saat itu, persaingannya dengan Honda sudah mulai terasa. Honda sendiri sudah masuk ke Indonesia sejak 1960. Perusahaan yang didirikan Soichiro Honda dan Takeo Fujisawa ini mengambil alih pasar otomotif Indonesia yang sebelumnya didominasi Eropa dan Amerika.

Persaingan Yamaha dan Honda ini, saya rasa, sulit untuk dibubarkan oleh Suzuki atau Kawasaki. Yah, dua pabrikan terakhir ini cuma bisa sampai di batas “memberi gangguan berarti”. Namun, masih belum bisa merebut pasar Yamaha dan Honda.

Terbaru, Yamaha dan Honda harus head to head ketika Yamaha Fazzio dan Honda Vario 160 rilis di awal 2022. Banyak pengamat memandang dua produk ini akan menjadi “patokan” motor hybrid untuk masyarakat Indonesia. Sekali lagi, rivalitas ini menunjukkan sisi positifnya ketika Yamaha dan Honda jadi “semacam pionir”.

Yang dimaksud motor hybrid adalah gabungan motor listrik dan mesin konvensional dalam sistem pengoperasiannya. Tidak perlu prediksi pakar untuk menyebut bahwa matik masih akan mendominasi pasar. Pasar transmisi manual sudah dan akan terus tergerus.

Namun, jangan salah, meski dibilang “tergerus”, jumlah penikmat transmisi manual bisa dikatakan masih banyak. Setiap segmen pasti punya pasarnya sendiri. Meski pasarnya dianggap mengecil, ternyata, jumlah penikmatnya masih cukup besar.

Kalau di kelas mobil, transmisi manual itu tidak memakan biaya produksi besar. Konsumsi energinya juga lebih rendah dibandingkan transmisi otomatis. Efisiensi bahan bakar transmisi manual didapat karena tidak memerlukan sistem hidrolik internal atau komponen seperti aktuator yang menambah bobot dari girboks.

Oke, cukup sudah pelajaran sejarahnya. Kita masuk ke persaingan nyata antara Yamaha dan Honda lewat dua sepeda motor yang pernah saya cicip secara langsung: Yamaha Jupiter MX-King dan Honda Supra GTR.

Seperti saya bilang di atas, transmisi manual masih tetap akan dicintai dan dicari. Apalagi, bagi sebagian orang yang saya kenal, transmisi manual lekat dengan citra maskulin dan memberi tantangan. Ini pendapat mereka, ya. pendapat para kaum semi-petualang.

Salah satu motor bebek yang menggunakan transmisi manual yang pernah saya tunggangi adalah Yamaha Jupiter MX-King. Motor ini dirilis pada 2015 dengan perubahan desain yang saya rasa cukup siginifikan. Konon, bentuk mentah Jupiter MX-King diambil dari yang dirilis di Malaysia lalu didesain ulang oleh Yamaha.

Perubahan signifikan terasa di desain, kubikasi mesin, dan lain sebagainya. Waktu itu, Jupiter MX-King jadi primadona di tengah kalangan “semi-petualang” yang saya sebut di atas. Jupiter MX-King dianggap sebagai penerus Jupiter MX yang rilis pada 2005 dan sempat menguasai pasar.

Perubahan yang terasa dari Jupiter MX-King dibandingkan kakaknya, Jupiter MX, ada di penempatan mesin 150 cc SOHC sebagai dapur pacu. Mesin yang berjenis noken as tunggal ini dipasang oleh Yamaha sebagai peningkatan terhadap performa motor dan mesin SOHC. Hasilnya, Jupiter MX-King bisa menghasilkan tenaga hingga 15,1 DK pada RPM maksimal.

Singkatnya, Jupiter MX-King bisa melaju lebih kencang. Kalau Honda Supra GTR dikenal sebagai motor yang “stabil dan tangguh”, Jupiter MX-King menonjolkan sisi kecepatan dan tenaga.

Saya, sih, kagum dengan kepercayaan diri Yamaha untuk pakai SOHC alih-alih DOHC seperti yang dipakai Honda Supra GTR. Yamaha pakai SOHC setelah sukses di Eropa, di mana SOHC terbukti mampu mengurangi beban mesin, terutama pada putaran RPM rendah. Hasilnya, beban pada motor bisa dikurangi. Tenaga jadi lebih besar, cocok dipakai bermanuver di jalanan kota yang lengang atau dalam kondisi terjadi kemacetan.

Perubahan kedua dari Jupiter MX-King adalah desain bodi yang lebih tambun dibandingkan Jupiter MX. Perubahan ini untuk mengakomodasi ukuran mesin yang lebih besar. Selain jok motor yang jadi agak lebih tinggi, ban yang dipakai juga lebih besar.

Untungnya, suspensi monoshock yang dipakai Jupiter MX-King didukung tapak lebar dari ban. Sehingga, daya cengkeram ban di jalanan jadi lebih baik. Enggak “mentok” banget ketika melibas jalanan yang tidak rata, rentetan polisi tidur, dan jalanan yang basah karena hujan. Orang bilang, sih, jadi lebih stabil. Kelemahannya cuma satu, yaitu bikin pegel ketika dibawa jalan dalam waktu lama. Terutama bagi mereka yang belum terbiasa dengan jok yang sedikit naik.

Kalau buat saya, Jupiter MX-King ini memang enak dijadikan tunggangan. Rasa itu, kebetulan, juga saya temukan di Honda Supra GTR, yang sudah saya miliki sejak 2018. Saya mencicip Jupiter MX-King pada 2019.

Gimana ya, Supra GTR memang sudah lumrah kalau dikata nyaman dan tangguh. Sesuai pabrikan yang menelurkannya, Honda. Transmisi lima kecepatan memang enak banget untuk dibawa di berbagai kondisi medan. Bahkan Supra GTR lebih mantap kalau dibandingkan motor bebek biasa.

Yamaha merespons berbagai kelebihan Supra GTR dengan desain yang lebih “modern”. Misalnya, footstep ala MotoGP. Bodi Jupiter MX-King lebih rendah ketimbang Supra GTR. Yamaha sendiri memakaikan satu tuas untuk pergantian gigi Jupiter MX-King. Oleh sebab itu, motor ini jadi cocok buat kamu yang tinggi badannya rata-rata dan pengin merasakan sensasi bawa motor untuk MotoGP. Kesan sporty-nya, tuh, menonjol banget.

Soal handling, Jupiter MX-King sedikit lebih unggul dibandingkan Supra GTR. Meski kalau buat saya, nggak terlalu mencolok. Keduanya masih enak untuk diajak bermanuver menikung, misalnya.

Yah, Jupiter MX-King memang bisa dikatakan unggul kalau soal desain dibanding Honda Supra GTR. Seperti lumrahnya desain Yamaha, yang buat saya pribadi, sedikit lebih unggul dibandingkan Honda.

Yah, setelah membaca berbagai perbandingan di atas, satu hal bisa kita simpulkan. Bagi saya, persaingan ini justru memberi banyak hal positif. Pabrikan jadi kreatif untuk memanjakan pelanggannya. Berkat hal itu, motor transmisi manual bakal tetap lestari meski digencet matik, meski pasarnya kini mengecil.

Matik memang enak, tapi transmisi manual selalu bisa “menghadirkan rasa yang berbeda”. Persaingan Jupiter MX-King dan Supra GTR menjadi penegasan eksistensi transmisi manual itu.

BACA JUGA Suzuki Smash, Motor Bebek Legendaris yang Akhirnya Disuntik Mati dan analisis menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.

Penulis: Dhien Favian Aryanda

Editor: Yamadipati Seno

 

 

Exit mobile version