MOJOK.CO – Menurut saya, Innova itu masih, bahkan satu-satunya, mobil yang overrated. Harga setengah miliar, tapi fitur-less. Nggak worth to value lagi.
Kita semua tahu kalau Toyota Kijang adalah sebuah merek mobil pabrikan Jepang yang sudah menjadi legenda. Ia melekat di hati banyak banyak orang di Indonesia.
Hampir semua mobil Toyota mampu menghadirkan cerita untuk masing-masing pemiliknya. Mulai dari Kijang Doyok, Grand Extra, Kijang Kapsul, dan yang terakhir adalah Innova. Ah, tapi mohon maaf untuk Zenix, ya. Saya tidak bisa menganggap Anda sebagai produk dari Kijang.
Selain Zenix, produk Toyota yang sangat melekat di hati banyak orang Indonesia adalah All New Kijang Innova Reborn. Dua produk ini seakan-akan menjadi rival, yang selalu sukses memancing perdebatan sengit.
Innova Reborn sendiri merupakan generasi kedua (atau ke-3) dari kijang innova yg hadir pertama kali di akhir 2015. Ia sudah mengalami facelift dan upgrade pada 2020 meski secara nggak penting banget. Gimana mau dibilang penting kalau cuma mengubah tampilan bumper dan grill. Ia juga mengganti AC modelan puteran kayak knop kompor gas menjadi tombol.
Toyota sendiri membekali Reborn dengan sasis ladder frame andalan mereka. Innova Reborn hadir dalam empat varian, yaitu G,V, Q (discontinued), dan Venturer. Varian mesinnya 2.000cc bensin bermesin 1TR dual vvti dan 2.400 cc diesel bermesin 2GD. Pilihan transmisinya ada 6 speed automatic dan 5 speed manual.
Innova itu mobil yang overrated
Salah satu stigma yang menempel pada Innova adalah “mobil impian”. Banyak yang menganggapnya seperti calon suami yang sederhana. Ia adalah mobil yang tidak manja, siap kerja, perawatannya mudah, dan enak untuk dikendarai. Namun kalau menurut saya semua itu nggak terlalu menarik karena mobil ini kemahalan.
Oleh sebab itu, menurut saya, Innova itu masih, bahkan satu-satunya, mobil yang overrated. Status yang ia sandang terlalu mewah, khususnya di Pulau Jawa. Entah kenapa muncul status kayak gitu.
Tahukah kamu, di Sumatera, mobil ini cuma sebatas mobil untuk travel. Nggak cuma di Sumatera, banyak daerah lain yang kayak gitu. Misalnya di Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua.
Alias cuma di Jawa saja yang banyak “penyepong” Innova. Bahkan menjadikannya sebagai simbol kemapanan dan kesuksesan. Aneh betul.
Harga yang nggak worth to value
Mari kita mulai dari harga. Menurut saya, harga baru Innova di setengah miliar itu kemahalan. Bahkan harga bekasnya nggak jauh dari harga baru, khususnya untuk varian diesel. Sudah mahal, hampir semua fiturnya “cuma gitu aja”, mulai dari keamanan, keselamatan, sampai hiburan. Makanya, menurut saya, ini mobil nggak worth to value.
Ibarat sandal, Innova itu cuma sebatas sandal jepit. Ia serba murah, saya akui memang kokoh, dan oke kamu bawa ke mana saja asal pantas. Tapi ya cuma sebatas itu. Seakan-akan cuma memenuhi basic needs saja.
Apakah nyaman? Ya jelas tidak sepenuhnya. Jangan berharap banyak soa handling karena setirnya keras serta bikin pegal. Buat sprint jelas nggak enak karena memakai sasis ladder frame. Untuk harga hampir setengah miliar, Innova itu cuma sebatas mobil yang nggak menambahkan “sesuatu”.
Ini saya belum membahas Venturer, ya. Karena bagi banyak orang, Venturer itu overpriced. Selisih harganya dengan Innova Tipe G saja terlalu jauh. Padahal keduanya punya basis mesin, transmisi, dan sasis yg sama. Sampai kapan kamu mau memberi makan kepada gengsi itu, Paman? WKWKWKW bodoh.
Baca halaman selanjutnya: Memang nyaman, tapi mahal dan overrated.
Stigma Innova dan “gorengan pasar”
Selain overrated dan tidak worth to value, citra yang menempel kepada Innova ini juga perlahan semakin negatif. Saya resah, mobil ini akan mengikuti jejak Fortuner dan Pajero yang menyandang stigma “mobil arogan”.
Iya, saya tahu mobilnya nggak salah. Ini semua salah yang duduk di belakang kemudi. Yang bikin saya resah adalah semakin banyak orang tidak mau bersyukur. Dia mendapat titipan rezeki dan Tuhan sehingga bisa beli mobil sampai setengah miliar. Tapi, sayangnya, dia bikin Innova itu jadi “cumi darat”. Arogansi ini jangan diteruskan, Paman.
Stigma negatif Fortuner dan Pajero ya mulainya kayak gitu. Sedikit oknum, lama-lama membelah diri. Lalu muncul banyak pengemudi brengsek dan yang kena getahnya si mobil.
Soal “gorengan pasar”, saya akui Innova itu nggak terlalu renyah untuk digoreng, khususnya untuk varian bensin. Ini pertanda bagus, lho. Namun sayang, status ini nggak mampu menyelamatkannya dari mobil overrated dan nggak worth to value.
Sisi positif
Saya memang bilang kalau Innova itu overrated dan nggak worth to value. Namun, bukan berarti mobil ini nggak punya sisi positif.
Menurut saya, Innova itu masih bisa menawarkan rasa nyaman. Interior mobil ini memang membosankan, jadul, dan minum fitur. Namun, mobil ini masih bisa ngasih rasa nyaman, berbeda dengan mobil tiga baris tempat duduk lainnya.
Innova memang bukan mobil untuk pemula. Makanya ia justru bisa cocok dengan pengendara yang biasa pecicilan di jalan raya. Memang agak susah untuk sprint, tapi masih bisa kamu ajak lari. Untuk nanjak, juga effortless.
Selain itu, running cost Innova masih terbilang murah. Yah, “murah” di sini tetap saja untuk mobil dengan harga setengah miliar tapi fitur-less WKWKW.
Jadi, jika sudah memutuskan untuk membeli Innova, yang jangan berharap dapat unit yang di dalamnya tersemat berbagai fitur canggih. Nggak bakal ada.
Karena sejatinya fitur utama pada Innova ini adalah reliability alias bisa kamu cekokin BBM dan Oli apa aja, part yang melimpah, serta banyak pilihan mulai dari Ori, KAWE 1 sampai 999, serta yang terpenting adalah resale value yang terjamin
Sungguh sangat “Indonesian value”, bukan?
Penulis: Ahmad Zunnurroyni
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Toyota Innova Tidak Tertandingi karena Ia Semacam Ormas, Bukan Mobil dan catatan menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.
