MOJOK.CO – Kekurangan yang ada di motor Honda CB150R justru menjadi kelebihan untuk Bang Mamat, tukang bubur paling keren sekitaran Bekasi.
Namanya Bang Mamat, nama aslinya sih Rohmat, nggak tahu deh kalau di KTP namanya siapa. Bang Mamat adalah warga Kabupaten Bekasi yang berjualan bubur ayam di sekitaran Bekasi. Beberapa hari terakhir ini wajahnya terlihat semringah. Keramahan dalam pelayanannya meningkat. Senyumnya terasa hangat meskipun bibirnya terbungkus masker.
Sebagai pelanggan yang menikmati waktu mengobrol dengannya, saya jadi kepo kenapa dia terlihat begitu beda dari biasanya. Eh, dia malah memancing saya dengan sebuah kalimat, “Emang Mas nggak lihat? Penampilan saya sekarang beda loh.”
Saya bingung. Saya berpikir, apa ya? Saya pandangi dia dari atas sampai bawah. Ah, biasa aja tuh. Dia kayaknya nggak sabar menunggu jawaban dari saya dan langsung tersenyum sambil berkata lagi, “Ini loh Mas, motor saya baru. Seneng banget saya tuh. Akhirnya kebeli juga.”
Wah, mata saya langsung melotot. Saya baru menyadari sosok Honda CB150R StreetFire berwarna hitam dof, rangka dan peleknya berwarna merah menjadi tunggangannya berjualan bubur ayam. Saya kagum. Gagah sekali. Saya baru ingat sekarang, selama ini dia memang berjualan bubur ayam pakai motor Mio 2005 lansiran.
Motor matik yang sudah terlihat rapuh itu ditinggalkannya. Dia ganti motor karena memang Mio sudah penyakitan. Yang ini dibenerin, yang itu rusak. Yang itu beres, muncul lagi penyakit lain. Terkadang, operasional selama keliling jualan bubur ayam jadi terganggu perkara motor mogok. Dia bercerita kalau sempat galau saat memilih motor barunya.
“Saya tuh galau, Mas. Antara pilih Vixion atau Honda CB. Dua-duanya ganteng. Punya daya tarik yang sama. Auranya lakik banget. Sampai saya nanya ke temen-temen kekurangan CB itu apa dan kekurangan Vixion itu apa.”
Nggak main-main kegalauannya itu tembus sampai waktu dua bulan. Bahkan ketika berada di lampu merah lalu melihat Yamaha Vixion atau Honda CB150R, dia selalu memandangnya lekat-lekat. Kadang memandang dari belakang, kadang memandangnya dari samping, dan kadang memandang yang dibonceng.
“Suka salah fokus saya tuh, Mas. Motornya ganteng, eh pacarnya yang punya motor juga cantik. Pengen saya tuh punya pacar, Mas. Habis sepi banget nih hati. Hahaha.” Katanya sambil tertawa setelah puas curhat.
Pada akhirnya, Bang Mamat membobok celengannya yang memang diniatkan buat beli motor baru. Dia menabung sampai 2,5 tahun lamanya. Bukannya dia mau sok-sokan kepingin beli tunai, tapi dia bilang begini, “Saya tuh, Mas, kalau ambil kredit takut nggak bisa ngangsur. Saya mana punya penghasilan tetap. Kalau nabung kan, jadi suka-suka saya. Sehari mau nabung 50 ribu kek, 100 ribu kek, gitu.”
Keputusan memilih Honda CB 150R ini dinilai tepat olehnya. Menurut Bang Mamat, tampilan Honda CB150R terbilang futuristik, aerodinamis, modern dengan sudut-sudut runcingnya. Tangkinya terlihat ramping buat ukuran motor laki. Dia juga suka dengan segala fitur yang tersemat pada Honda CB150R.
“BTW, kenapa milih CB? Kan katanya pengen Vixion juga.” Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari saya. Terus Bang Mamat memberi tiga alasan ini kepada saya. Alasan yang merupakan dari sudut pandang tukang bubur ayam keliling.
Pertama, suspensi belakang yang keras malah jadi keunggulan
“Mas, tahu nggak kalau monoshock Honda CB tuh keras?”
Iya saya tahu soal itu. Saya pernah mencoba Honda CB150R. Saya pikir waktu itu cuma persoalan badan saya saja yang kurus, 45 kilogram, jadi bantingan monoshock nggak terlalu empuk buat saya. Ternyata si Bang Mamat berpendapat lain soal itu.
“Sebelum beli, saya tuh survei dulu, Mas. Terus saya banyak denger kalau monoshock Honda CB yang katanya keras pas lagi dibawa sendirian. Saya sih belum nyobain CB. Tapi saya udah nyobain Vixion punya sepupu waktu motor Mio mogok. Enak sih Vixion tuh. Monoshock-nya empuk. Tapi begitu gerobak bubur ayam saya naikin di jok belakang, langsung kelihatan agak ambles gitu.”
Ternyata bagi Bang Mamat, monoshock yang keras itu terasa nyaman. Pasalnya begitu gerobak bubur ayam naik di Honda CB150R, posisi motor malah tetap kelihatan tegap berdiri. Nggak ambles ke belakang. Saat melintas di jalan yang banyak polisi tidurnya, bantingan shock belakang itu terasa stabil.
“Nah, giliran saya minjem CB punya temen saya, gara-gara Mio mogok lagi, motor itu berdirinya tetep kelihatan kekar. Tegap gitu, Mas. Nggak ambles ke belakang.” Lanjutnya dengan penuh keyakinan.
Berprofesi sebagai tukang bubur ayam membuat shock breaker belakang Honda CB150R yang keras itu malah jadi keunggulan. “Nah, nggak tahunya kekurang ini malah jadi keunggulan buat saya. Soalnya kan kerjaan saya bawa beban terus. Keliling bawa gerobak. Belum lagi kalau belanja ke pasar. Ya sudah keputusan saya mantap aja beli motor ini.” Lanjut Bang Mamat sambil nyendokin bubur ayam yang saya pesan.
Kedua, memudahkan pada saat isi bensin
Kehabisan bensin, bensin sekarat, atau mengisi bensin saat operasional jualan bubur sedang berlangsung adalah kendala Bang Mamat. Mengisi bensin saat gerobak bubur ayam masih nempel di atas jok belakang adalah kerepotan tersendiri.
“Kadang tuh, pas saya mau isi bensin suka ribet, Mas. Ya situ tahu sendiri bensin Mio nguyup banget kayak orang kehausan. Apalagi buat keliling dagang bubur. Wah, kadang tuh males bongkar muatnya.” Kata Bang Mamat mengeluhkan kendala yang dialaminya sambil naburin kacang tanah dan daun seledri.
“Loh, emang full tank Mio nggak cukup buat keliling, Bang?”
“Ya cukup-cukup aja sih, Mas. Tapi kan kalau pas jalan pulang saya harus ngisi biar besok paginya siap dipakai belanja bahan ke pasar. Biar saya nggak kehabisan bensin di pagi-pagi buta pas lagi belanja.” Kata Bang Mamat memberi penjelasan lebih.
Kehadiran Honda CB150R membuatnya merasa lebih praktis. Tangki bensin Honda CB 150R ini ada di depan jadi lebih praktis waktu mampir ke SPBU. Mau lagi jam operasional, isi bensin ya isi saja. Nggak perlu bongkar muatan.
“Naik motor ginian buat jualan enak, Mas. Sebelumnya saya tuh suka kerepotan sendiri. Sekarang mah mau isi bensin cuek aja. Nggak mikir kayak dulu-dulu. Tinggal nangkring aja. Kan tangkinya ada di depan.”
Benar juga, ternyata motor laki emang paling simpel buat pedagang yang bawa-bawa gerobak kaya dia.
Ketiga, roda yang kokoh
Honda CB105R memakai pelek jenis tapak lebar. Pelek depan punya ukuran 2,50×17 dan pelek belakang berukuran 3,50×17. Kedua pelek itu dibalut ban depan berukuran 110/80-17 dan ban belakang berukuran 130/70-17. Spesifikasi kaki-kaki ini bikin Bang Mamat ngiler dan memantapkan hatinya buat meminangnya.
“Waktu saya lagi milih antara Vixion atau CB, yang bikin saya galau tuh kaki-kakinya. Vixion dan CB punya kaki-kaki pelek lebar. Keduanya sama-sama gagah. Seksi banget gitu, Mas. Tapi saya akhirnya lebih milih CB ini. Saya demen paduan warna hitam dof di body, terus merah di rangka, sama warna merah di peleknya. Jadi saya ngelihatnya lebih “wah” aja gitu.”
“Loh emangnya Vixion nggak ada yang pelek merah?”
“Kalau saya lihat di brosur sih nggak ada, Mas. Kalo Vixion yang warna hitam dof itu, peleknya malah berwarna gold. Padahal itu lebih kelihatan mewah. Tapi ya sudah lah, Mas, buat saya Honda CB150R udah paling hakiki deh. Hahaha.” Pungkasnya sambil menutup styrofoam yang sudah tersaji bubur lalu menerima pembayaran dari saya.
Dari nada bicaranya, dia puas sekali pada apa yang sudah dia dapatkan dengan segala pertimbangan, jerih payah, dan kesabarannya menabung. Akhir kata, semoga dagangannya makin lancar ya, Bang.
BACA JUGA 5 Motor Bekas yang Paling Diburu dan pengalaman naik motor lainnya di rubrik OTOMOJOK.