Tinggal Serumah dengan Hantu Pohon Pisang

MOJOK.CO Rumah keluarga peninggalan nenek ini ternyata menyimpan misteri. Bersama Ibu, aku menemukan pengalaman berdampingan dengan hantu pohon pisang.

Cerita ini bermula dari sebuah foto. Kami sekeluarga punya sebuah pohon pisang di halaman kebun rumah. Rasanya tak ada yang aneh dari pohon pisang, hingga kami memutuskan berfoto bersama di dekatnya saat merayakan tahun baru tengah malam.

Dari hasil foto di laptop, kami melihat foto tadi bukan cuma menangkap wajah kami, tapi juga beberapa orbs.

Kami—aku dan banyak sekali adik sepupu yang sedang berkunjung—mulai berspekulasi. Soalnya, kami pernah dengar bahwa foto yang memiliki banyak orbs menunjukkan ada makhluk halus bersembunyi.

Karena penasaran, aku mencoba men-zoom file foto tadi. Mungkin karena terlalu gelap atau aku sudah mengantuk, aku tidak menemukan apa pun. Tapi, tiba-tiba, seorang sepupu kami nyeletuk,

“Itu, Mbak, di bawah daun yang itu. Deket batang pisang yang itu. Ih, hantu pohon pisang!” sembari menunjuk ke titik orbs yang agak samar.

Dan benar saja, ada sesuatu yang membentuk wajah. Matanya hitam, rambutnya panjang, dan aku tak bisa melihat badannya. Laptop langsung kumatikan mendadak.

Tapi, sejak hari itu, aku seperti “berkenalan” dengan hantu pohon pisang tadi, padahal sudah tinggal di rumah peninggalan nenek ini cukup lama.

Suatu hari, paman kami datang ke rumah. Dia adalah adik dari Ibu yang tinggal jauh di Kalimantan dan sudah lama tidak pulang ke Cianjur, tempat tinggal kami. Mulanya semua biasa saja—kami melepas rindu sebagaimana mestinya.

Namun dalam beberapa hari selanjutnya, Paman selalu tampak pucat dan khawatir. Kadang, dia bahkan memilih untuk merokok di ruang tamu, alih-alih di kebun yang udaranya lebih segar.

Saat kami pergi berjalan-jalan ke luar rumah, aku menanyakan padanya apa ada sesuatu yang salah. Akhirnya, Paman berkata jujur,

“Pohon pisang di luar itu, kenapa selalu kelihatan ada perempuan, ya? Kamu pernah lihat hantu pohon pisang itu? Setiap kali aku mau merokok, rasa-rasanya seperti dipelototi.”

“Itu memang penunggunya, Paman,” jawabku enteng. Paman terkejut, lalu berkata, “Sudah Paman duga. Mana dia sukanya ngikutin kamu sama ibumu, pula.”

“Hah?” giliran aku yang kaget. Paman menjelaskan bahwa si penunggu ini agaknya punya kegemaran khusus pada Ibu dan aku karena kerapa mengikuti kami ke mana-mana saat di rumah.

Ngomong-ngomong soal Ibu, kurasa Paman benar. Ibu sering sekali “digoda” si penunggu rumah alias hantu pohon pisang ini.

Pernah, kamar mandi kami tertutup rapat. Kata Ibu, dia mendengar suara air gebyar-gebyur dan lampunya menyala. Karena tadinya Ibu mau masuk ke dalam, Ibu memastikan dengan bertanya, “Da, kamu di dalam?”

“Da” di situ maksudnya adalah Ida, namaku.

“Hmmm!” sebuah suara terdengar dari dalam. Suara perempuan dan cukup nyaring. Ibu yakin itu adalah suaraku.

Lima menit kemudian, aku baru bangun tidur dan berniat buang air. Ibu kaget saat melihatku keluar dari kamar. “Loh, kamu bukannya sudah di kamar mandi?”

Aku tidak menjawabnya karena kebingungan. Di rumah, kami saat itu cuma berdua karena Ayah sedang pergi. Terus, siapa dong yang tadi menjawab Ibu?! (A/K)

Exit mobile version