Rumah Tua yang Dihantui Ratusan Makhluk Halus, Penampakan Perempuan Berbaju Putih, dan Kursi Roda Pengabdi Setan

Rumah Tua yang Dihantui Ratusan Makhluk Halus, Penampakan Perempuan Berbaju Putih, dan Kursi Roda Pengabdi Setan MOJOK.CO

Rumah Tua yang Dihantui Ratusan Makhluk Halus, Penampakan Perempuan Berbaju Putih, dan Kursi Roda Pengabdi Setan MOJOK.CO

MOJOK.COSaya rasa, makhluk halus di rumah tua milik keluarga Mas Lami itu tidak hanya 1 atau 2. Melihat video yang dikirim Mas Lami, sepertinya ada banyak. Ratusan? Entah.

Peringatan redaksi:

Sebelum dan sesudah membaca cerita di bawah ini, saya sarankan pembaca minum segelas air putih. Ditambah berdoa tentu lebih baik. Tonton 3 video di bawah ini dulu. Setelah itu, selamat membaca dan dihantui kecemasan (yms).

Penampakan perempuan bergaun putih:

Kursi roda seperti di film Pengabdi Setan, berjalan sendiri:

Nenek penghuni rumah tua itu berbicara dengan keponakan pemilik rumah. Masalahnya, keponakan pemilik rumah sudah lama meninggal….

Selamat membaca….

***

Menjelang magrib, sebuah pesan WA masuk ke ponsel saya. Oh, dari adik pertama. Saya membuka isi pesan. Dua video dan satu kalimat yang berbunyi:

“Ini rumahnya temenku.”

Saya mengunduh dua video itu. Kemudian, saya putar keduanya. Dan kemudian, mak tratap. Bulu kuduk saya merinding.

Di video pertama yang berdurasi 27 detik terlihat sesosok perempuan berambut panjang. Dia terlihat mondar-mandir. Video kedua yang berdurasi lebih dari 4 menit malah lebih heboh dan membikin jantung saya hampir berhenti. Sebuah kursi roda entah keluar dari mana. Bergerak sendiri tanpa ada yang mengendalikannya.

Saya terdiam. Bagi saya, jika ada barang di rumah yang mampu digerakkan mahkluk halus, kemungkinannya ada dua. Pertama, dia atau mereka ingin memberi pesan sederhana akan kehadirannya untuk pertama kalinya. Kedua, dia atau mereka ingin mengabarkan bahwa semakin kuat keberadaannya setelah berpuluh tahun lamanya.

Saya tertarik untuk menghubungi pemilik video penampakan di rumah tua itu. Lewat adik saya, kami dipertemukan secara virtual. Singkat kata, pemilik rumah mengizinkan kisahnya ditulis untuk rubrik Malam Jumat.

Namanya Lami (nama samaran). Usianya setahun lebih muda dari saya. Saat ini, dia tinggal di salah satu daerah di Pulau Jawa. Kesibukannya adalah mengurusi bisnis interior.

“Itu rumah kerabat saya, Mas.”

“Oh, gitu. Pasang CCTV karena masalah keamanan di sana atau gimana, Mas?” Saya penasaran.

“Kalau di sana, sih, aman, Mas. Pasang CCTV, ya, karena memang ingin menuntaskan rasa penasaran, Mas.”

Posisi CCTV, yang merekam penampakan dan kursi roda yang bergerak sendiri (dokumen narsum).

Lami bercerita bahwa rumah kerabatnya itu tergolong rumah tua. Rumah era 80-an. Luas bangunannya sekitar 500 meter persegi. Dua lantai. Tiga kamar tidur. Dua toilet. Satu dapur. Di sebelah dapur ada 6 kamar yang diperuntukkan sebagai kos cowok.

Sejak kecil, Lami dan keluarganya sering main ke rumah tua itu. Dan memang, dari dulu, selalu ada gangguan. Namun, gangguan itu tidak pernah digubris oleh siapa pun, termasuk keluarganya.

“Paling sering, sih, bau amis darah. Dan kadang juga (gangguan) anak-anak, Mas.”

Gangguan tersebut bisa random datangnya. Bisa malam selepas Maghrib, dini hari, pagi buta, bahkan siang hari. Yang diganggu pun tidak melulu keluarganya. Bisa siapa saja, termasuk orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di rumah tua itu.

Ruang tengah. Identitas foto dirahasiakan (dokumen narsum).

Lami dan keluarganya memutuskan memasang CCTV untuk memastikan sesuatu. Waktu itu, salah satu kerabatnya sering berbicara sendiri.

“Saya cuma ingin memastikan, Mas. Itu teman khayalan atau ada yang beneran diajak ngobrol,” katanya via WA.

Selain penghuni kos, di rumah tua itu ada 2 orang yang tinggal. Kebetulan, keduanya jarang keluar rumah. Keduanya baru keluar rumah kalau salah satu kerabat atau tetangga mengunjunginya. Yah, itu saja cuma sampai teras depan rumah.

“Sebenarnya, di depan rumah ini ada sumur tua, Mas. Kata beberapa tetangga, sering ada makhluk halus yang menampakkan diri di sana. Namun, karena tak terlalu menggubris, dan mungkin kondisi rumah sudah tua, jadi orang-orang sekitar menganggapnya hal yang biasa,” lanjut Lami.

Sumur tua yang paling dihindari oleh tetangga rumah tua ini (dokumen narsum).

Bagi saya sendiri, jika ada makhluk halus yang berkeliaran di rumah tua itu masih wajar, sih. Mungkin karena mereka memang sudah mendiami rumah itu lebih lama. Selain itu, bisa saja mereka memang merasa sudah nyaman. Toh, asal sama-sama tidak mengganggu, it’s fine.

“Sepengetahuanmu, ada berapa sosok yang tinggal di rumah tua itu? Ratusan?” Saya melanjutkan obrolan setelah berhenti sesaat.

“Kurang bisa memastikan, sih, Mas. Yang jelas banyak. Di area parkiran dan di dalam rumah sering banget anak-anak kecil berlarian. Di dapur, ada perempuan berbaju putih. Itu belum yang termasuk bau amis sekaligus anyir.”

Saya membaca pesan tersebut sembari berpikir. Kalau benar banyak sosok di sana, kenapa yang tinggal di situ bisa betah, ya? Aneh banget. Kalau saya, sih, lebih baik menyingkir dan menjualnya.

“Kok betah, sih, kerabatmu?”

“Sebenarnya terbesit untuk dijual, Mas. Cuman saya ingin memastikan sosok yang ada di sana.”

Saya tak begitu paham apa yang dimaksud dengan kata “memastikan”. Apakah Lami ingin melihat sosoknya lebih jelas? Maksudnya dengan raut muka dan seluruh tubuhnya. Atau gimana?

“Kerabat saya yang suka bicara sendiri itu sering berkata, ‘Jangan ganggu!’ Kadang dia juga bilang ke kami, ‘Itu, lho, mukanya seram’.”

Saya jadi berimajinasi ketika membaca pesan tersebut. Seseram apa, ya, mukanya? Apakah seperti yang ada di film-film horor? Atau lebih seram lagi? Sepengetahuan saya, kalau sampai ada manusia yang bisa melihat makhluk halus, dan berkata seram, itu seramnya bisa sepuluh kali lipat dari yang ada di film horor. Itu jelas bikin kamu mematung, tak berdaya, bahkan pingsan.

“Tapi, yang paling epik sejauh ini, sih, kursi roda itu, Mas. Bisa digerakkan ke sana kemari.”

Iya, sih. Kursi roda berjalan sendiri seperti di salah satu scene Pengabdi Setan. Imajinasi saya langsung ke sana. Apalagi video tersebut berdurasi cukup lama. Dan kalau melihat gerak-gerik kursi rodanya, sepertinya anak kecil yang iseng.

“Kursi roda itu biasanya ditaruh di kamar tidur, Mas. Dan pintu kamarnya selalu ditutup. Kalau mau buka pintu pun, harus orang dewasa. Lha itu bisa sampai ke ruang tamu.”

Kamar tempat menyimpan kursi roda (dokumen narsum).

Saya juga bingung. Jika melihat CCTV, seakan-akan Lami sedang melakukan seperti apa yang ada di film Paranormal Activity. Merekam segala aktivitas yang tak kasat mata.

“Ini saya masih pengin pasang beberapa CCTV lagi di titik krusial, Mas.”

“Oh, ya, di mana, Mas?”

Pertanyaan saya yang ini agak lama dijawab. Mungkin ada klien yang menghubunginya secara mendadak. Atau mungkin ada hal lainnya yang lebih mendesak.

“Hehehe, saya hanya ingin memastikan apakah mukanya benar-benar seram atau tidak.”

“Btw, cerita ini boleh saya tulis?”

Jeda sekitar 15 menit. Mas Lami menjawab, “Kayaknya boleh, Mas.”

Kata “kayaknya” membuat saya sedikit tertegun. Kalau dia menggunakan kata tersebut, artinya ada pihak lain yang seharusnya dimintai izin, bukan. Namun, saya tak ingin larut dalam kecurigaan. Saya masih ingin melanjutkan obrolan.

“Apa Mas nggak takut kalau makhluk di video itu marah?”

15 menit berlalu.

18 menit….

35 menit….

1 jam….

Berjam-jam kemudian…

… pertanyaan terakhir saya ini menggantung tak terjawab sampai saya selesai menulis cerita rumah tua Mas Lami. Mungkin sedang sibuk….

BACA JUGA Kisah Rumah yang Nyempil Sendirian di Halaman Hotel Hyatt Jogja dan kisah misteri lainnya di rubrik MALAM JUMAT.

Exit mobile version