MOJOK.CO – Perempuan tua itu selalu datang bayar BPJS setiap malam Jumat.
Cindy belum lama kerja jadi kasir di Cemberutmart (semacam minimarket kayak Ceriamart, tapi karyawannya nggak ceria-ceria amat). Letak minimarketnya di pelosok desa. Kalau sudah masuk waktu Magrib, suasananya mencekam. Ditambah sepi pengunjung.
Pada suatu malam Jumat, datang sesosok ibu paruh baya yang ingin bayar premi bulanan BPJS Kesehatan. Pengunjung kali ini terbilang misterius. Sebab wajahnya pucat dan mengenakan gaun putih seperti tokoh Ibu di film Pengabdi Besan. Cindy masih berprasangka baik, mungkin memang sedang sakit dan gaya fesyennya vintage.
Si Ibu memberikan virtual account, lalu Cindy input nomornya di komputer dan memproses pembayaran.
“Jumlahnya sekian ya, Bu,” ucap Cindy sembari memberikan struk.
Si Ibu hanya diam dan memberikan uang pas. Lalu Cindy menaruh uangnya ke mesin kasir dan menundukkan pandangannya dari wajah Ibu yang dingin.
Ketika Cindy mendongak kembali untuk mengucapkan kalimat, “Selamat datang ke…,” si Ibu sudah menghilang, “…mbali.”
Namun, pada malam Jumat pertama bulan depannya, si Ibu balik lagi. Dengan virtual account BPJS Kesehatan seperti bulan lalu dan uang pasnya. Lagi-lagi Cindy mengalami ketegangan yang sama ketika melayani pembayaran BPJS si Ibu.
“Rajin amat, Bu. Baru tanggal 1 sudah bayar BPJS,” ucap Cindy coba basa-basi.
Si Ibu tidak menanggapi.
Keesokan harinya, Cindy curhat kepada teman kerja yang satu sif dengannya, Brenda.
“Bren, kok gue selisih lagi sih?” Cindy kembali menghitung uang untuk kesekian kali.
“Berapa selisihnya?” tanya Brenda.
Cindy menyebutkan nominal uang yang raib entah ke mana.
“Loh? Bukannya bulan kemarin lo selisih segitu juga?” Brenda mengingatkan.
“Oh iya juga ya!” Cinya tepuk jidat Brenda.
“Yeee kenapa jidat gue yang ditepok!” keluh Brenda seraya menepuk jidat Cindy sebagai balasan.
“Bisa jadi ini transaksi yang sama dengan bulan kemarin,” cetus Cindy.
Pertanyaan itu terjawab sebulan kemudian. Si Ibu kembali datang untuk bayar premi BPJS. Cindy tak mau kecolongan lagi. Maka, ia memisahkan uang dari si Ibu. Ia menyimpannya di bawah keyboard.
Keesokan harinya, Cindy terkejut mendapati uang pembayaran BPJS si Ibu yang lenyap bagaikan ditelan Bumi.
“Kenapa lo, Cin?” tanya Brenda. “Kok mukanya kayak kaget gitu.”
“Sekarang gue tahu selama ini uang yang hilang itu uang dari si Ibu,” pungkas Cindy.
“Hah? Jadi bulan ini lo selisih lagi?! Ya elah nggak kapok-kapok ya lo nombokin,” komentar Brenda.
Kemudian, datang pemuda yang ingin bayar premi BPJS. Brenda yang melayani.
“Maaf, Mas,” ucap Brenda setelah coba input nomor BPJS ke komputer.
“Telat tiga bulan ya Mbak? Kena denda ya?” potong sang pemuda.
“Justru sebaliknya. Iurannya sudah dibayar,” warta Brenda.
“Hah? Siapa yang bayar?” sang pemuda bingung.
Cindy langsung melihat nomor virtual account yang dipegang Brenda. Cindy paham.
“Oh, semalam ibunya sudah bayar, Mas. Kebetulan saya yang proses,” warta Cindy sembari gemetaran.
“Mbak jangan bercanda. Ibu saya sudah meninggal,” jawab sang pemuda.
Cindy mulai lemas.
“Tapi saya lupa nonaktifkan kepesertaan Ibu saya. Malas juga sih ngurus administrasinya, ribet,” curhat sang pemuda.
Mengetahui selama tiga bulan sudah melayani pembayaran BPJS dari seorang peserta yang sudah meninggal dunia, Cindy pingsan.
(hrs)
BACA JUGA Pengantin Baru Diikuti Lelembut karena Dianggap Wangi atau cerita syeram lainnya di rubrik MALAM JUMAT.