Pulau Geser: Pulau Kecil di Maluku dengan Ciri Khas Uniknya Mojok.co
artikel

Pulau Geser: Pulau Kecil di Maluku dengan Ciri Khas Uniknya

Wah, pasti asyik bisa sering lihat laut, tapi apa bener enak tinggal di pulau kecil?

Tumbuh besar sebagai anak yang tinggal di pulau kecil memiliki keistimewaan tersendiri. Saya dibesarkan di sebuah pulau kecil bernama Pulau Geser yang berada di ujung timur Provinsi Maluku, tepatnya di Kabupaten Seram Bagian Timur. Saking kecilnya, kita perlu zoom in sebanyak tiga kali agar bisa melihat pulau ini.

Saya menghabiskan masa kecil saya bersama teman-teman di bibir pantai. Salah satu kegiatan kami yaitu bermain bola pasir. Kami membentuk pasir menjadi sebuah bola, lalu saling memecahkan bola satu sama lain. Siapa yang bolanya memecahkan semua bola temannya, dialah jagoannya. Berbagai lapisan jenis pasir yang berbeda makin menambah kekuatan bola. Karena sering kalah, saya pernah menggunakan bola yang terbuat dari semen untuk melawan teman-teman. Hari itu saya menjadi pemenang dan jagoannya karena mengalahkan banyak orang. Hanya saja, strategi saya akan ketahuan kalau bola ini mengering. Akhirnya yang saya lakukan adalah bolak-balik ke air laut untuk membasahi bola.

Maluku, termasuk pulau-pulau kecil di dalamnya, memang menarik perhatian turis dan wisatawan dengan pesonanya. Buat kamu yang penasaran gimana rasanya tinggal di pulau kecil dengan segala keunikannya, khususnya Pulau Geser, ini dia ciri-cirinya!

Pertama, ikan murah. Namanya juga pulau, tentunya dikelilingi laut dari segala arah. Banyaknya ikan bisa dilihat dari harga ikan yang begitu murah. Sebagai gambaran, ikan kakap merah sebanyak empat sampai lima ekor bisa dibeli dengan harga Rp15.000. Tak jarang anak-anak dari pesisir yang bersekolah di Pulau Geser juga bisa makan di akhir bulan dengan modal kail. Kalau ada sagu atau beras, lauknya bisa langsung dipancing saja di pelabuhan atau di belakang rumah.

Kedua, sayuran mahal. Berbeda dengan ikan, sayuran di pulau tidak beragam dan mahal. Sayur wortel dua biji bisa dibeli dengan harga Rp20.000, bahkan Rp25.000. Harga ayam broiler seekor Rp50.000. Kalau mendekati Lebaran dan stok ayam kurang, harga ayam bisa naik sampai Rp150.000. Sering makan ikan memang bisa bikin pintar, tapi jarang makan sayur juga bahaya buat tubuh dan pencernaan.

Ketiga, mabuk laut. Sebagai anak yang dibesarkan di pulau kecil, saya tidak punya banyak pilihan untuk berkendara ke luar pulau selain kapal atau perahu. Kondisi laut yang tak menentu, membuat kita terpaksa harus beradaptasi dengan mabuk laut. Gelombang ombak yang tinggi menjadi sahabat perjalanan. Acap kali mesin kapal atau perahu mati di tengah laut sehingga kami perlu meminta bantuan ke nahkoda.

Keempat, rambu lalu lintas. Kendaraan yang ada hanya motor dan sepeda di pulau yang menyerupai huruf “G” (huruf kapital, lo, ya) ini. Iya, selain transportasi laut yang digunakan buat menyeberangi pulau, tidak ada rambu lalu lintas, apalagi macet yang melelahkan. Adik saya saat pertama kali ke Jogja malas jalan-jalan. Bukan karena perjalanan yang jauh, tapi ia capek menghadapi lampu lalu lintas dan capek menunggu lamanya lampu lalu lintas berganti.

Kelima, air tawar. Kita akan menjumpai masalah air jika tinggal di pulau kecil karena sulit sekali mendapatkan air tawar. Jangan kaget kalau ada penjual air keliling dengan gerobak yang terisi enam jerigen (atau sebanyak tiga puluh liter). Biasanya air tawar diambil dari beberapa sumur.

Kehidupan di pulau kecil berbeda dengan kehidupan di kota, jadi kamu pasti membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Culture shock menjadi hal yang lumrah, namun seiring berjalannya waktu, membiasakan diri adalah kunci dari semua masalah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *