Tragedi Open BO Kos Tengah Sawah di Godean: Indonesia Darurat Prostitusi Online

Tragedi Open BO Kos Tengah Sawah di Godean: Indonesia Darurat Prostitusi Online MOJOK.CO

Ilustrasi Tragedi Open BO Kos Tengah Sawah di Godean: Indonesia Darurat Prostitusi Online. (Mojok.co)

Seorang kawan membagikan pengalamannya open BO. Sebuah pengakuan yang menunjukkan, jangan-jangan Indonesia bukan hanya darurat pinjol, tapi juga prostitusi online.

***

Sebuah pesan singkat dari seorang kawan masuk di WA, Sabtu (30/9/2023) malam. “Bro, ayo mbakmi. Ana cerita apik, cocok nggo Mojok.” Bukan hanya mengirim pesan. Kawan saya ini juga mengirim titik lokasi dia berada.

Saya sebenarnya malas untuk mengiyakan permintaannya. Pertama, ini malam Minggu, jiwa introvert saya lagi kumat-kumatnya. Kedua, ajakan makan bakmi selepas jam 8 malam itu artinya saya akan cheating lagi dari diet yang tengah saya jalankan. 

Namun, berpikir soal ada cerita yang cocok untuk Mojok membuat saya mengenyampingkan alasan-alasan tadi. Saya memintanya untuk memesankan menu magelangan. Pikir saya, 20 menit perjalanan dari rumah, setiba di sana menu itu sudah siap, atau setidaknya tidak akan menunggu lama. 

Sebuah kos di tengah sawah untuk open BO

Entah saya harus tertawa atau sedih mendengar cerita kawan saya ini, sebut saja namanya Guno (35). Ia baru saja mengalami sebuah tragedi konyol karena open BO. 

“Aku kapusan, bro!”

“Lah sudah banyak cerita to, orang kapusan open BO, lah kamu kok masih cari yang gitu,” omel saya. 

Sik iki bedo..wis pokoe embuh.

Melihat ekspresinya, saya tertawa. Namun, ia memberi isyarat untuk jangan keras-keras. Warung bakmi kecil ini sebenarnya tidak ramai. Cenderung sepi. Saya sebenarnya protes mengapa nggak di Warung Bakmi Pele Jalan Godean saja yang soal rasa lebih terjamin. 

Rupanya karena ia sengaja mencari warung bakmi yang kecil. Agar lebih leluasa cerita.

Kawan saya ini sebenarnya bukan sekali ini pesan open BO. Tapi, ia cerita, agar lebih aman dan nyaman biasanya dia melakukannya di hotel. Ini adalah pengalaman pertamanya open BO ke sebuah kos-kosan di Jalan Godean. 

“Aku sudah mau balik kanan jane, tempatnya tidak meyakinkan. Kosnya di tengah sawah. Benar-benar kanan, kiri, depan, belakang itu sawah. Pokoknya dari Jalan Godean masuk lewat jalan kecil yang gelap, sekitar 300 meter ada kos-kosan,” kata Guno. 

Keputusan untuk balik makin kencang saat ia melihat ada dua cowok tengah ngobrol di depan kos-kosan itu. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah perempuan itu yang menghubunginya. 

Kaget ada balita di dalam kamar

Perempuan itu memintanya untuk meletakan motor di luar kos-kosan. Dua cowok yang ngobrol itu terlihat cuek saja ketika ia membuka gerbang. Sepintas, ia melihat kos-kosan itu relatif baru dan bersih. Guno sedikit lebih tenang, apalagi perempuan berambut panjang yang mengenalkan diri sebagai Risa itu memintanya untuk mengikutinya.

Namun, Guno kaget sekali ketika dari dalam kamar yang akan Risa masuki tiba-tiba keluar seorang perempuan paruh baya menggendong balita yang sedang tidur. 

“Kuaget, reflek aku takon, ‘itu anakmu’?,” kata Guno. 

Risa menjawab kalau itu bukan anaknya. Namun, Guno sempat “akward” karena keganjilan yang ia lihat. Guno sebenarnya bisa saja membatalkan niatnya untuk open BO. Apalagi dia belum membayar.

Risa yang menurut Guno berwajah sendu kemudian memintanya untuk membuka aplikasi MiChat. “Gimana, Mas, wajah saya sesuai dengan yang difoto MiChat kan,”  tanya perempuan itu. 

Guno cerita, ia nggak konsen untuk mendengar pertanyaan Risa, otaknya masih mengolah apa yang dilihatnya. Ada seorang ibu menggendong bayi dari kamar yang akan dipakainya untuk ihik..ihik.., kemudian ia melihat di kamar ada botol susu yang sudah kosong.

Risa kemudian meminta Guno untuk melunasi di depan. Tiga lembar uang seratus ribu dan selembar uang lima puluhan ribu berpindah tangan.

Ilustrasi open BO di Jogja. (Mojok.co)

“Mas, ini kondomnya silakan dipasang sekarang,” kata Guno menirukan kata-kata perempuan itu. Tentu saja Guno tergagap. Di percakapan MiChat, Risa mau menuruti syarat yang ia berikan yaitu main santai seperti dengan pacar. 

“Lho, katanya main santai,” tanya Guno. 

“Masnya, sih datangnya kemalaman, nggak enak sama yang jaga,” kata Risa.

Baca halaman selanjutnya…

Open BO yang nggak sampai 5 menit

Open BO yang nggak sampai 5 menit

Guno sudah melepas celananya, demikian juga Risa. Namun, Risa menolak tangan Guno yang akan menyentuh payu daranya. 

“Jangan mas, saya baru suntik payudara,” 

Begitu juga ketika Guno mau mencium bibir.

“Jangan Mas, saya baru sulam bibir tadi siang.”

Di titik ini saya masih mencoba menahan tawa. 

“Terakhir yang membuat aku nggak ngaceng lagi, waktu dia bilang gini, ‘Mas sekarang jam 8.12, bisa nggak keluar maksimal jam 8.20′,” kata Guno menirukan omongan Risa. 

“Aku langsung pakai celanaku lagi. Bajingan!” kata Guno. Saya tidak bisa menahan tawa saat Guno menceritakan bagian ini. 

Ia mengambil kesimpulan dari otaknya yang sempat berpikir. Perempuan yang open BO itu kemungkinan adalah ibu dari bayi masih menyusui sehingga ia tidak boleh memegang atau mencium. Permintaan untuk main hanya 8 menit, kemungkinan besar, perempuan itu sedang menunggu pelanggan lain. Membayangkan seperti itu, ia yang ingin rileks malah jadi panik.

“Aku di dalam kamar nggak sampai 5 menit. Sumpah! Nggak buka baju, cuma celana, cewek itu juga cuma lepas celana. Aku langsung pamit,” kata Guno melanjutkan.

Ia mengatakan, Risa sempat bilang, uangnya nggak bisa dibalikan meski nggak jadi main.

“Ambil saja, Mba, nggo anakmu,” kata Guno. Ia bergegas meninggalkan kos itu, tak memperdulikan cowok-cowok di depan gerbang kos yang sempat menyapanya.

Sambil tertawa, saya tak henti-henti menggoblok-goblokan Guno. Kasus penipuan open BO sudah banyak terjadi. Mojok bahkan membuat beberapa tulisan soal kasus ini. Misalnya saja, tulisan ini Cara PSK Menipu Calon Pelanggannya Menggunakan MiChat.

“Aku cuma ingin coba sensasi baru, biasanya di hotel atau kos eklusif di kota, ini di kos di pelosok Godean,” katanya beralasan. 

Jangan-jangan bukan hanya darurat pinjol, Indonesia darurat open BO

Guno mengaku heran, ia tahu tentang riset soal tarif open BO di Jogja yang katanya termahal di Indonesia. Namun, ia baru tahu, lokasi transaksi dan eksekusi open BO sudah menyebar di kos-kosan di desa. Tengah sawah pula. 

“Kelihatannya, Indonesia bukan hanya darurat pinjol, tapi open BO juga,” katanya serius.

Saya kembali tertawa mendengar omongannya. Namun, apa yang Guno katakan mungkin ada benarnya. 

Saya ingat percakapan saya dengan teman saya yang dulu bekerja di salah satu LSM. Percakapan lama saat mulai banyak hotel-hotel bermunculan di Jogja. Menurutnya, kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Jogja itu seperti gunung es. 

Longgarnya aturan kos dan banyaknya hotel membuat sulit sekali memantau prostitusi online. 

Bulan Juni lalu, Satreskrim Polresta Yogyakarta membongkar TPPO sebanyak 53 wanita yang dipekerjakan sebagai pemandu lagu di lokalisasi Sarkem. Meski belum terbukti menjadi bagian dari prostitusi online, setidaknya menunjukkan gawatnya persoalan TPPO di Yogyakarta. 

Masih di bulan yang sama, Satreskrim Polresta Yogyakarta mengungkap prostitusi online anak di bawah umur. Korbannya dua orang anak dari luar Yogyakarta yang diiming-iming liburan ke Yogyakarta. Ternyata mereka dimanfaatkan untuk prostitusi online open BO oleh pelaku. Pelaku dan korban berpindah-pindah hotel sampai kemudian terendus oleh pihak kepolisian.

Perda tentang pondokan atau kos sebenarnya juga sudah ada di DIY. Namun, pemilik kos juga menghadapi dilema karena jika mereka benar-benar sesuai dengan Perda, belum tentu kamar mereka laku. Setidaknya, itu tergambar dari liputan Mojok, Dilema Pemilik Indekos Tertib dan Pemilik Kos LV yang Menolak Tudingan Seks Bebas.

Sebelum pulang saya berpesan ke Guno untuk menghentikan kebiasaannya open BO. 

“Dongake wae Gung,….ben aman sama nggak ketipu,” katanya tertawa. Cabe rawit kecil di piring saya lempar ke badannya.

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzudin

BACA JUGA Menelusuri Geliat Open BO Jogja yang Katanya Termahal, Harganya Berkali Lipat UMP DIY

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version