Kompetisi futsal Campus League 2025 Regional Jogja mengingatkan Rio Pangestu Putra saat memulai kariernya sebagai atlet. Pemain Timnas Futsal Indonesia itu dulu tak pernah membayangkan futsal dapat mengubah hidupnya jadi bermakna.
***
Segerombolan atlet futsal mengerubungi sosok Rio Pangestu Putra untuk berfoto dengannya di sela-sela pertandingan Campus League 2025 Regional Jogja. Tepatnya di GOR Ki Bagoes Hadikoesoemo Universitas Islam Indonesia (UII) pada Senin (10/11/2025) siang.
Rio menjadi salah satu bintang yang menginspirasi mereka untuk berlaga hingga tingkat nasional. Kehadirannya menjadi semangat untuk para pemain, sekaligus membuatnya bernostalgia.
“Datang ke Campus League mengingatkan saya waktu masih berseragam kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Kuliah menjadi salah satu yang membentuk karakter saya di futsal,” ucapnya saat ditemui Mojok di Campus League 2025 Regional Jogja, Senin (10/11/2025).
Akhirnya memilih futsal


Rio Pangestu Putra pertama kali menyukai sepak bola saat usianya sekitar 10 tahun. Namun, ia lebih menekuni futsal saat SMP, sebab di sekolahnya dulu olahraga itu cukup terkenal.
“Di sekolah saya dulu lebih sering banyak turnamen futsal daripada sepak bola,” ucap pemuda yang sudah lama tinggal di Depok tersebut.
Meski begitu, ia tak langsung meninggalkan sepak bola sepenuhnya. Ia masih ikut kedua pertandingan olahraga tersebut. Bahkan, ia pernah mengikuti pertandingan sepak bola dan futsal dalam waktu bersamaan.
“Jadi pagi aku ikut pertandingan futsal, terus siangnya ikut pertandingan sepak bola. Orang tuaku selalu nganterin dan mendukung. Kadang mereka menyempatkan waktunya untuk nonton,” tutur Rio.
Pria kelahiran 1997 itu bersyukur, karena segala kebutuhannya selalu terpenuhi berkat dukungan dari orang tuanya. Bahkan, orang tuanya ikut andil dalam pengambilan keputusan karier Rio ke depan.
“Sampai akhirnya, Papa nyaranin aku untuk memilih salah satu antara futsal dan sepak bola setelah lulus SMA,” ucap Rio yang pada akhirnya memilih futsal.
Keputusan itu dibuat agar Rio bisa membagi waktunya antara kuliah dan menjalani “hobi” futsalnya, sebab waktu itu ia sama sekali belum punya bayangan untuk berkarier sebagai atlet.
Tangga karier Rio Pangestu yang tak mudah dinaiki
Nama Rio Pangestu mulai dikenal sejak menjadi bagian dari tim futsal PON Maluku Utara pada PON XIX Jawa Barat 2016. Saat itu, penampilan bagusnya berhasil membawa timnya sebagai runner up. Tak hanya itu, banyak tim liga futsal Indonesia yang mulai meliriknya.
Rio pun akhirnya memutuskan bergabung dengan APK Samarinda dan bertanding di Liga Futsal Profesional musim 2016-2017. Tak lama berselang, ia bergabung bersama Black Steel Manokwari untuk tanding di Liga Futsal Profesional 2017.
Di tengah padatnya jadwal bertanding, Rio tak meninggalkannya kewajibannya sebagai mahasiswa. Ia berusaha sebisa mungkin mengatur jadwal agar bisa lulus sarjana di UNJ.
“Waktu zaman kuliah, aku memilih mata kuliah yang nggak bertabrakan dengan jadwal latihan dan pertandinganku,” ujar pemain futsal asal Tangerang tersebut.
“Terus setelah tanding, biasanya kan dikasih waktu libur satu sampai dua hari, tapi waktu itu aku pakai untuk kuliah,” lanjutnya.
Kekonsistenan Rio Pangestu dalam berlatih linear dengan performanya yang selalu apik saat bertanding, hingga memikat hati Timnas Futsal Indonesia U20. Saat itu ia pun ditawari untuk berlaga dalam AFC Futsal U20 Championship 2017.
Di tahun berikutnya, ia mendapat panggilan dari Timnas Futsal Indonesia Senior yang berlaga dalam AFF Futsal Championship 2018. Dari sana Rio sadar bahwa kompetisi futsal di tingkat kampus dapat menjadi batu loncatan untuk mahasiswa, dari sekadar hobi menjadi tujuan karier.
“Jadi buat teman-teman yang lagi berjuang di Campus League terus semangat dan selalu berikan yang terbaik. Kalau kita berprestasi di futsal, insyaAllah pasti ada jalannya,” ucapnya.
Setelah meninggalkan SKN FC Kebumen, Rio kini bergabung dengan Bintang Timur Surabaya.
Namanya pun masuk ke daftar nama pemain yang dipanggil timnas futsal Indonesia untuk ajang Kejuaraan AFF Futsal 2022.
Futsal sebagai batu loncatan
Bagi Rio Pangestu, futsal memberikan banyak makna dalam hidupnya. Dari sisi kepribadian misalnya, ia jadi lebih displin dan bertanggung jawab. Yang tak kalah penting, ia harus bisa menempatkan diri sebagai atlet profesional baik di dalam lapangan maupun lingkungan di sekitarnya.
Dulu, saat masih menyandang status mahasiswa, ia tak pernah membayangkan bahwa kompetisi di tingkat kampus dapat membawanya sampai tingkat nasional. Kini, Rio percaya bahwa pertandingan seperti Campus League dapat menjadi batu loncatan bagi para atlet.
“Skill tentu disorot. Tapi tim pencari bakat juga melirik kematangan emosi seorang pemain,” ujar Rio mengungkap kunci dari keberhasilannya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchammad Aly Reza
BACA JUGA: Batu Sandungan di Lapangan Futsal: Emosi Tak Terkendali kala Tensi Tinggi, Bisa Hambat Karier Sendiri atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.