Gunakan senjata secara berpasangan
Namun, perguruan ini tetap menggunakan senjata sebagai salah satu pendukung aksi bela diri. Guru Besar, Mas Pung, mengibaratkan senjata sebagai sebuah properti sekaligus penambah kelengkapan.
Merpati Putih selalu menggunakan senjata secara berpasangan. Sehingga tangan kanan dan kiri aktif bergerak mengayunkan alat untuk menimbulkan keseimbangan.
Tomo tiba-tiba izin beranjak untuk mengambil contoh senjata di rumahnya. Ia kembali membawa tongkat panjang yang terbuat dari kayu glugu atau pohon kelapa dan replika pisau kudi dengan gagang yang mirip sehelai bulu merpati.
Tongkat tersebut panjangnya sekitar 160 cm. Panjangnya setara dengan pembuatnya yakni Guru Besar Mas Pung.
“Nggak tinggi kan beliau. Tapi kemampuannya luar biasa,” kata Tomo. Saat saya memegangnya, panjang tongkat memang hanya setinggi hidung saya.
Karakter dan keunggulan pencak silat Merpati Putih membuatnya juga digunakan oleh pasukan militer sebagai pendamping bela diri khusus militer.
Jadi beladiri Kopassus
Mulanya Guru Besar mendapat kepercayaan untuk melatih pasukan pengamanan presiden (Paspampres) pada 1976. Lalu berlanjut melatih pasukanan khusus Kopashanda yang kemudian berganti nama menjadi Kopassus. Pastukan elit TNI AD ini hingga kini masih berlatih Merpati Putih.
Mayor Jenderal TNI Mohammad Hasan saat menjadi Danjen Kopassus pada 2020-2021 mengungkapkan bahwa Prajurit Baret Merah sejak lama menjadikan beladiri tersebut sebagai andalan. Kemampuan tersebut selalu terpelihara di kalangan prajurit dari generasi ke generasi.
“Setiap prajurit dituntut untuk menguasai teknik beladiri ini,” terangnya dalam YouTube Markas Komando Pasukan Khusus.
Ilmu pencak silat ini ia anggap membantu menjaga kesehatan dan kebugaran para prajurit. Selain itu, teknik-tekniknya dapat berguna dalam beragam tugas di lapangan. Salah satunya pada tugas pencarian korban tanah longsor yang pernah prajurit lakukan.
Tingkatan keilmuan di perguruan ini berawal dari tingkat dasar I dan II, berlanjut tingkat balik I dan II, tingkat kombinasi I dan II, tingkat khusus (tangan, kaki, badan), tingkat kesegaran, dan tingkat inti I dan II. Sementara itu, dalam organisasi terdapat predikat Sang Guru, Guru Besar, Dewan Guru, dan Pewaris Muda.
Di tengah perkembangannya saat ini, Merpati Putih tidak mengenal gelar pendekar bagi para anggotanya. Menurut Tomo, ide tentang pendekar memang sempat tercetus namun masih dalam proses pematangan konsepsi.
“Karena idealisme kita sesuai dengan pesan Mas Bud, jadi pendekar itu jadi insan perguruan tanggap, tangguh, dan mumpuni. Kalau secara agama, betul-betul insan kamil, itu kan susah, secara tidak mudah di zaman sekarang,” pungkasnya.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Perjalanan Pagar Nusa, Perguruan Pencak Silat dari Pesantren NU yang Lahir karena Keresahan Kiai
Cek berita dan artikel lainnya di Google News