Selama Tulus dan Nadin Amizah Masih Bernyanyi, Maka Saya Belum Ingin Mati

Selama Tulus dan Nadin Amizah Masih Bernyanyi, Maka Saya Belum Ingin Mati.MOJOK.CO

Ilustrasi Selama Tulus dan Nadin Amizah Masih Bernyanyi, Maka Saya Belum Ingin Mati (Mojok.co)

Lagu-lagu Tulus dan Nadin Amizah tak sekadar sebuah karya. Buktinya, berkat lirik dan musik indahnya, banyak orang merasa tersentuh bahkan ingin hidup lebih lama lagi di dunia.

Peringatan: Tulisan ini dapat memicu pengalaman traumatis, khususnya bagi penyintas bunuh diri. Meski demikian, konten ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri. Mojok menyarankan Anda tidak melanjutkan membaca apabila dalam keadaan rentan.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

***

Di linimasa Twitter belakangan ini, masyarakat dikagetkan dengan berita mengenai kasus bunuh diri, khususnya pada remaja yang mencoba mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara. 

Rentang usia mereka tergolong masih muda, 17-22 tahun. Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia, melainkan sudah sangat banyak kasus percobaan bunuh diri hingga kasus kehilangan nyawa. Tentunya, banyak faktor yang mempengaruhinya. Seperti trauma, broken home, dan berbagai alasan lainnya. 

Mojok sendiri mengobrol dengan beberapa penyintas bunuh diri dan orang-orang yang merasa hopeless dengan hidup. Meski berat menjalaninya, pada akhirnya mereka memilih bertahan di dunia. Alasannya, mereka ingin lebih lama mendengarkan karya Tulus dan Nadin Amizah.

Dunia serasa runtuh saat orang tua bercerai

“Saya menjalani masa remaja saya dengan sangat berat, karena saya harus kehilangan kasih sayang dari keluarga yang seharusnya menjadi rumah buat saya,” ucap Dania (22), Rabu (24/7/2024). Ia adalah seorang remaja asal Jogja yang mengaku punya pengalaman traumatis dengan kehidupannya. 

Dania bercerita, bahwa dia mempunyai kisah hidup yang cukup tragis. Semua berawal perceraian orang tua, yang cukup untuk bikin dunia remaja ini hancur lebur. 

Bagaimana tidak, bagi mahasiswa yang kuliah di PTS Jogja ini, keluarga yang utuh adalah segalanya. Harmonisnya hubungan ayah dan ibunya adalah sumber kebahagiaan.

Namun, semua berubah ketika orang tuanya bercerai. Hidupnya semakin hancur tatkala ayah kandungnya meninggal. Alur kehidupannya pun berubah layaknya sebuah sinetron: ibunya menikah lagi dan ia dapat ayah tiri yang jahat. 

“Ayah tiri menekan hidup saya. Ia tidak suka pada saya dan adik adiknya, karenakan ternyata dia juga memiliki anak dari mantan istrinya,” jelas.

Kehidupannya semakin kacau setelah lama kelamaan ibunya terpengaruh sifat buruk ayahnya. Kalau dia hitung, 10 tahun hidupnya dijalani dengan penuh tekanan batin dan kekerasan fisik, yang tentunya mempengaruhi kondisi mentalnya. Ia merasa hopeless, bahwa ia hanya sendirian di dunia ini.

“Ketika saya menyeberang jalan, saya selalu berharap ada orang yang menabrak saya hingga mati,” terang Dania dengan penuh kesedihan

“Saya ngerasa udah gak ada lagi tempat pulang, kecuali pulang ke Tuhan” imbuhnya dengan penuh kegetiran.

Tidak hanya itu, Dania juga pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum racun. Namun, upaya itu masih gagal mengakhiri hidupnya yang kosong karena adiknya sempat menolong dan membawanya ke rumah sakit. 

”Nggak boleh mati sebelum ketemu Tulus!”

Baik keluarga, pertemanan, bahkan percintaan Dania, semua berakhir tragis. Hidupnya pun semakin hancur yang bikin keinginannya untuk “kembali ke Tuhan” semakin besar.

Namun, alih-alih menyerah, Dania memilih bertahan dengan mencari hobi baru. Salah satunya dengan mendengarkan musik dan mempertemukannya dengan musisi yang menyelamatkan hidupnya: Tulus, pada 2020 silam.

Saat itu, lagu Tulus yang berjudul ”Manusia Kuat” dan ”Diri” adalah yang pertama ia dengarkan. Saat itu juga, lagu tersebut menjadi penguat harapan hidup Dania.

“Sumpah ya, setiap kali aku lihat Tulus walaupun cuman di sosial media, semangat hidup ku langsung meningkat. Aku jadi bener-bener pengen hidup lebih lama biar bisa liat tulus terus,” terangnya dengan antusias. 

“Pokoknya nggak boleh mati sebelum ketemu dan di-notice Tulus!! Wajib nonton konser Tulus setiap tahun,” jelas dengan penuh semangat.

Meskipun bagi sebagian orang ini terdengar klise, tapi kata-kata “melihat Tulus bisa memperpanjang harapan hidup saya” benar-benar sangat berefek dalam hidup Dania. Seiring berjalannya waktu, Dania tidak hanya tertarik pada karya karya Tulus, tetapi juga memiliki ketertarikan lebih pada musisi asal Padang itu.

Luka, luka, hilanglah luka

Biar tentram yang berkuasa

Kau terlalu berharga untuk luka

Katakan pada dirimu

Semua baik-baik saja

(“Diri” oleh Tulus, 2022)

Bagi Dania, penggalan lirik tersebut jelas menegaskan bahwa diri sendiri lebih berharga dibanding siapapun di dunia ini. Bagi Dania juga, mendengar lagu Tulus membuat semangat hidupnya meningkat drastis.

“At least Tulus harus tahu kalo aku hidup di dunia ini dan menjadikan karyanya sebagai semangat untuk hidup lebih lama lagi,” ucap perempuan broken home itu penuh semangat.

Seperti Tulus, lagu Nadin Amizah juga jadi alasan buat tetap hidup

Tak cuma Tulus, karya musisi lain nyatanya ada juga yang pernah “menyelamatkan hidup” seseorang. Ia adalah Nadin Amizah.

Tahun 2021 adalah kali pertama bagi Salsabila (20) mengenal Nadin. Lagu berjudul “Bertaut” adalah yang pertama “mempertemukannya” dengan sosok cantik itu.

“Nadin itu manusia paling esthetic yang pernah aku lihat, suaranya juga lembut dan nenangin hati banget ditambah dia cantik,” kata mahasiswa asal Sumatera ini, Minggu (21/7/2024).

Bun, kalau saat hancur, ku disayang

Apalagi saat ku jadi juara

Saat tak tahu arah, kau di sana

Menjadi gagah saat ku tak bisa

Sedikit kujelaskan tentangku dan kamu

Agar seisi dunia tahu

(“Bertaut” oleh Nadin Amizah, 2020)

“Semua lagu lagu nadin itu punya makna yang dalem banget, di balik bahasa yang dia pakai yang mungkin sulit dipahami oleh orang awam,” tegasnya.

Takut tak bisa menjadi yang terbaik bagi sang ibu

Sepanjang hidupnya, ada satu ketakutan yang selalu menghantui Salsabila. Yakni, bagaimana jika kelak ibunya semakin menua tapi ia belum bisa menjadi “apa-apa” untuk membahagiakannya.

“Aku selalu berharap, aku yang pergi duluan daripada ibu, karena dunia ini butuh ibu, tapi dunia tidak butuh orang seperti aku,” ucap Salsabila dengan penuh kesedihan.

Ditambah, kondisi ekonomi Salsabila tidak baik-baik saja. Ibunya, seorang single mom yang ditinggal cerai suaminya, secara tulus harus menjadi tulang punggung keluarga demi menghidupi dia dan tiga saudaranya. Sebab, Ayahnya sama sekali tidak pernah menafkahi mereka semua sampai saat ini.

“Aku ngerasa jadi beban ibu setiap hari, belum lagi ibu yang sudah sakit-sakitan tapi harus tetap kerja. Seandainya aku nggak ada di dunia ini, mungkin ibu nggak perlu bekerja keras kaya gini,” ucapnya, lagi-lagi dengan penuh kesedihan.

Bagi Salsabila, “Bertaut” adalah lagu yang mengisahkan bahwa tempat pulang dan menyembuhkan diri paling baik adalah di pangkuan sosok ibu. Lebih jauh, ia juga bercerita tentang sosok manusia yang dihantam kerasnya dunia, namun tetap bersimpuh di balik rengkuhan ibunya.

”Selama ibu masih ada, hidup pasti baik-baik saja.”

“Nadin seperti menulis kisah hidupku”

Tak cuma “Bertaut”, lagu Nadin Amizah berjudul “Menangis di Jalan Pulang” juga sangat berarti baginya. Menurutnya, lagu ini sangat relate dengan pengalaman yang Salsabila alami selama.

“Menangis di Jalan Pulang” sendiri menceritakan tentang persinggungan kekasih yang tak cuma saling menebar cinta, namun juga menoreh luka.

“Setiap lagu Nadin menceritakan satu per satu kisahku di dalam hidup ini yang aku sendiri bisa mengekspresikannya. Lagu ciptaannya itu sangat puitis, pemilihan kata katanya itu mampu menggiring emosional pendengar,” ungkap Salsabila, menilai karya Nadin.

“Kalo aku lagi capek banget sama hidupku, aku selalu putar semua lagu Nadin, karena selain musiknya yang nenangin, liriknya juga bikin aku terenyuh setiap saat.”

Bagi mahasiswa tersebut, satu persatu lagu Nadin Amizah selayaknya kisah yang ia punya. Bahasa yang indah mampu mempengaruhi kondisi emosional bagi pendengarnya. 

“Aku menjadikan Nadin sebagai motivasi, aku pengen kaya Nadin yang bisa membahagiakan ibunya dengan karya-karya indah, meskipun dia tumbuh besar tanpa didampingi seorang ayah” ucapnya dengan penuh keyakinan.

Penulis: Adelia Melati Putri

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA Baby Boomers dan Gen X Beri Alasan Mengapa Mereka Menyukai Sheila on 7

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version