Kuliah double degree alias kuliah di dua tempat pada waktu yang sama memang bukan hal yang mudah. Lia (22, bukan nama sebenarnya), adalah salah satu di antara banyak mahasiswa UINSA Surabaya yang mengambil jalan pedang tersebut. Dia menempuh kuliah double degree di UINSA Surabaya dan UNAIR Surabaya.
Awalnya, Lia tidak punya niatan sama sekali untuk double degree. Dia hanya iseng daftar tes UNAIR, menemani kerabat yang juga tes. Eh, malah keterima. Jadi, masuknya beda tahun. oleh orang tua, karena kepalang tanggung, dia akhirnya mengambil jurusan Perpajakan di UNAIR Surabaya. Menurut dia sendiri, masa depan jurusannya cerah, jadi, kenapa tidak diambil saja.
Lia mengawali kuliah dengan tidak begitu kesusahan karena saat dia masuk, kuliah masih hybrid. Tidak semuanya luring, dan jadwal juga tak pernah bertabrakan. Meski tetap butuh perjuangan, tapi dia bisa melaluinya tanpa mesti berdarah-darah. Hal menyebalkan yang Lia alami paling hanya capek harus wira-wiri UINSA Surabaya-UNAIR. Maklum, kadang jadwal kuliah ada di hari yang sama.
“Susahnya di capek aja sih, jadi harus riwa-riwi karena kan nggak ada kelas malam, karena negeri semua.”
Tapi UINSA dan UNAIR itu dua kampus yang berbeda. Amat berbeda, amat mencolok, dan hidup di dua tempat tersebut, pasti tak mudah.
Culture shock UINSA vs UNAIR
Yang namanya pindah tempat, pasti ada kaget-kagetnya dikit. Saya waktu pindah Jogja awal, kaget dengan kota yang beneran tidak tidur. Waktu awal pindah rumah, pertama kali dalam hidup saya ketemu ketua RT yang megalomaniak. Lia pun begitu, dia sempat kaget waktu awal-awal menjalani double degree di UNAIR.
Salah satu yang bikin dia kaget adalah kuliahnya. Di UINSA, Lia mengaku jarang banget ada tugas. Satu semester paling hanya ada dua tugas. Di UNAIR, beda cerita, tiap minggu tiap matkul ada tugas. Baginya ini benar-benar lompatan yang mengagetkan. Well, siapa pun pasti akan kaget sih.
Selain perkara kuliah, outfit juga jadi “masalah” bagi Lia. Di UINSA Surabaya, dia tak bisa memakai jeans agak ketat, tapi jika dia di UNAIR pakai gamis, juga tidak mungkin. Saya paham, menyeimbangkan outfit dua dunia yang berbeda memang bukan masalah yang sederhana.
Lalu, perbedaan yang terakhir, dan memang harus disebutkan di paling akhir adalah, UKT. UKT UNAIR dan UINSA, ternyata masih lebih besar UINSA. Jadi, yah, itulah perbedaan yang bikin dia terkaget-kaget.
Baca halaman selanjutnya
“Harga” yang harus dibayar
Double degree memang banyak memberikan keuntungan. Relasi yang jauh lebih luas, kedalaman ilmu, dan masih banyak lagi. Tapi, tentu saja, selalu ada “harga” yang harus dibayar.
Lia sementara mengambil cuti di UINSA, karena masalah biaya. Dia berencana menyelesaikan UNAIR terlebih dahulu karena biayanya lebih murah. Tapi dia mengaku, ada ketakutan dia tak bisa menyelesaikan kuliah di UINSA, dan dia takut rugi.
“Takut nggak bisa nerusin yang di UIN sih, soalnya uangnya lebih abis banyak di UIN. Padahal aku masuk lewat jalur rapor, di UNAIR aku mandiri.”
Sekalipun dia menikmati UNAIR, yang baginya lebih asyik serta memberi dia real experience dalam dunia kuliah, tetaplah dia harus menyelesaikan apa yang dia mulai di UINSA. Harga yang harus dibayar untuk jadi double degree memang tak bisa dianggap murah.
Tapi tak berarti double degree ini tidak menyarankan untuk diambil. Lia tetap menyarankan selagi mampu, karena benefitnya tetap melampaui kekurangannya.
“Nggak apa-apa (kalau mau ambil double degree), seru kok kalo emang kalian mau tanggung jawab dan harus bener-bener disiplin, apalagi kalo dua-duanya negeri. Kalo bisa jangan putus tengah jalan ya kasian orang tua yg sudah merjuangin kita buat kuliah dua tempat.”
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.