Jarak Banda Aceh-Samarinda, Kalimantan Timur, sungguh terbentang sangat jauh. Sehingga untuk bisa lekas sampai (dari Samarinda ke Aceh atau sebaliknya), hanya ada satu transportasi tercepat, yaitu pesawat. Hanya saja tiket pesawat untuk rute langsung cukup mahal: Rp4,8 juta-Rp5,3 juta untuk satu kali penerbangan.
Namun, perempuan asal Aceh, Bilqis Amalya (21) atau yang akrab dipanggil Bilqis, punya siasat naik pesawat Samarinda-Aceh dengan biaya yang jauh lebih murah. Hanya saja memang menjadi perjalanan yang menguras energi.
***
Saat ini Bilqis tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Mulawarman (UNMUL), Samarinda, Kalimantan Timur.
Kuliah di UNMUL sebenarnya bukanlah pilihan utama bagi Bilqis. Setelah gagal masuk di universitas-universitas lain yang ia incar, UNMUL menjadi satu-satunya opsi yang tersisa.
Karena tekad Bilqis untuk melanjutkan pendidikan tinggi sudah bulat, maka ia memilih lanjut kuliah ke UNMUL Samarinda.
Tantangan besar pun harus Bilqis hadapi. Tiket pesawat Aceh-Samarinda yang sangat mahal, waktu tempuh yang panjang, serta durasi liburan yang terbatas, membuat Bilqis cukup kesulitan saat harus pulang ke Aceh.
Siasat dapat tiket pesawat murah
Mahalnya harga tiket pesawat Samarinda-Aceh (juga sebaliknya) membuat Bilqis kerap nelangsa kalau hendak pulang kampung.
Pada 2023 lalu misalnya. Bilqis terpaksa harus pulang karena ada situasi genting di rumah.
“Waktu itu aku cek harga tiket pesawat dari Samarinda ke Banda Aceh mahal banget, hampir Rp5 juta,” ungkapnya bercerita pada Mojok baru-baru ini.
Bilqis cukup kaget melihat harga tiket pesawat untuk satu kali penerbangan. Nominal tersebut sangat besar bagi seorang mahasiswa, apalagi jika harus mengeluarkan dua kali lipatnya untuk penerbangan pulang-pergi.
Total biaya untuk penerbangan pulang-pergi bisa mencapai Rp10 juta. Belum termasuk ongkos taksi dari kosan ke bandara di Samarinda dan dari bandara ke rumahnya di Aceh. Hal ini membuat Bilqis memutar otak untuk mencari cara agar bisa pulang tanpa menguras tabungan.
Berbagai alternatif telah ia coba pertimbangkan. Hingga akhirnya Bilqis memilih satu alternatif yang lumayan menyulitkannya, yaitu dengan cara transit di beberapa bandara, termasuk ke luar negeri.
Meskipun rute langsung akan lebih cepat dan nyaman, opsi ini terpaksa ia ambil lantaran dapat menghemat pengeluarannya sekian juta. Toh ia sudah memiliki paspor, jadi tidak menjadi masalah apabila harus transit ke luar negeri.
“Nggak apa-apa lah capek dikit, hitung-hitung jadi pengalaman juga,” ujar Bilqis.
Tiket pesawat Samarinda-Banda Aceh cuma Rp2,5 juta
Rute pertama Bilqis dimulai dengan penerbangan dari Samarinda ke Jakarta, dengan biaya sekitar Rp1,1 juta dan waktu tempuh selama 2 jam.
Setibanya di Jakarta, ia harus menunggu sekitar 5 jam sebelum melanjutkan perjalanan ke Penang, Malaysia. Rute ini memang tidak biasa, namun Bilqis memutuskan untuk mengambilnya karena alasan lebih murah tadi.
Rute ini pun tidak langsung membawanya ke Penang, Malaysia. Karena ia harus transit lebih dulu di Singapura selama 9 jam sebelum akhirnya tiba di Penang.
“Jujur, 9 jam untuk nunggu cukup kerasa ya buatku. Apalagi nyampe Singapura itu sudah hampir tengah malam. Sebenarnya pengin jalan-jalan, tapi kan aku nggak punya uang, jadi mau nggak mau duduk bengong aja di bandara,” ucapnya.
Meskipun total waktu perjalanan Jakarta-Penang (termasuk transit di Singapura) mencapai 12 jam, harga tiket pesawat untuk rute ini hanya sekitar Rp600 ribu. Ini adalah pilihan yang jauh lebih hemat dibandingkan dengan rute langsung dari Jakarta ke Aceh.
Perjalanan lebih panjang tapi tak merasa rugi
Setiba di Penang, Malaysia, Bilqis harus transit selama 2 jam sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya ke Banda Aceh. Dari Penang ke Banda Aceh, ia harus membayar tiket pesawat sebesar Rp580 ribu dengan waktu tempuh 1 jam 40 menit.
Dengan rute tak langsung yang penuh transit tersebut, total biaya perjalanan yang Bilqis keluarkan yakni sekitar Rp2,3 juta dengan waktu tempuh 24 jam.
Meskipun perjalanan ini jauh lebih panjang dan melelahkan, Bilqis merasa puas karena berhasil menghemat sejumlah besar uangnya.
Bayangkan saja, ia cukup mengeluarkan Rp2,3 juta dari Samarinda ke Aceh. Sementara jika ia menempuh rute langsung, uang Rp5 juta bisa amblas.
“Sebenarnya yang paling lama itu waktu transitnya, kalo waktu penerbangannya sih nggak lama, paling lama 2 jam saja”, kata Bilqis.
Tidur di lantai bandara hingga jadi tontonan
Bilqis tak menampik kalau perjalanan dengan rute tak langsung itu menyisakan bagian-bagian tak nyaman.
Misalnya, karena waktu tunggu yang sangat lama, ia mencoba mengusir lelah dengan tiduran di lantai bandara. Tentu ia jadi bahan tontonan. Apalagi saat transit di Changi Airport, bandara tersibuk di Singapura.
“Udah kayak homeless, sendirian di bandara, nggak kenal siapa-siapa dan nggak punya temen ngobrol juga. Malu sih, tapi yaudah bodo amat aja” kenangnya. Pokoknya yang penting bisa merebahkan badan sejenak lantaran pegal-pegal dan diserang kantuk.
Meski begitu, Bilqis mencoba tetap melihat sisi baik dari memilih rute tak langsung Samarinda-Banda Aceh. Paling utama tentu tiket pesawat yang terasa lebih murah.
Di samping itu, ia juga bisa mengunjungi tempat baru karena transit di bandara-bandara luar negeri: Singapura dan Malaysia.
“Karena tiket pesawat jadi lebih hemat, seterusnya kalau pulang ke Aceh aku akan tetap memilih rute perjalanan yang sama,” ujar Bilqis menutup ceritanya.
Penulis: Adelia Melati Putri
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News