Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Merantau ke Taman Sari Jakarta Barat karena Iming-iming Gampang Kerja, Malah Tersiksa di “Kampung Busuk” hingga Dijebak Jadi Kurir Narkoba

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
6 Agustus 2025
A A
Kehidupan menyiksa para parantau di Taman Sari Jakarta Barat MOJOK.CO

Kehidupan menyiksa para parantau di Taman Sari Jakarta Barat. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ketika mendapat iming-iming bakal meraup banyak rupiah di Ibu Kota, seorang pemuda asal Jawa Tengah memutuskan menyusul saudaranya yang tinggal di sebuah kampung di Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Akan tetapi, alih-alih menjalani hidup seperti iming-iming tersebut, yang terjadi justru hidup dalam “derita”.

***

Empat tahun silam, di tengah ingar-bingar pandemi Covid-19, Cholili (23) nekat berangkat ke Jakarta Barat. Dia baru saja lulus SMK dan sedang kebingungan mencari kerja.

Sampai akhirnya, seorang saudara jauh yang sudah tinggal di Jakarta Barat—tepatnya di Taman Sari—memancing Cholili untuk coba-coba mengundi nasib di Ibu Kota. Cholili sebenarnya tak pernah tahu apa pekerjaan yang digeluti saudara jauhnya itu selama ini.

Hanya saja, si saudara mengatakan, apa saja bisa jadi uang di Jakarta. Banyak pekerjaan informal yang bisa digarap oleh lulusan SMK.

Kehidupan pengap di Taman Sari Jakarta Barat

Cholili akhirnya menemui saudaranya di Taman Sari, Jakarta Barat. Sang saudara memang bersedia menampung Cholili di sebuah kontrakan di tengah gang-gang sempit Taman Sari. Sebelum nanti Cholili bisa menyewa kos sendiri setelah mendapat pekerjaan.

Perjalanan menuju kos si saudara, rasanya seperti memasuki lorong-lorong gua. Sempit, minim cahaya, dan pengap. Wajar saja, lokasi perkampungannya seperti berada di bawah tanah. Jarak antarbangunan di sana rapat sekali, sehingga pengap dan nyaris tak ada cahaya matahari yang masuk.

Sampah-sampah juga berserakan di mana-mana. Kondisi yang tak pernah dijumpai di desanya di Jawa Tengah. Rasanya seperti di dunia lain, karena di luar, terpampang nuansa hiruk-pikuk metropolitan dengan gedung-gedung tinggi menjulang.

“Aku malah bertanya-tanya, kok bisa anak itu (saudara Cholili) betah bertahun-tahun tinggal di daerah seperti itu? Sama anak istri pula,” katanya, Selasa (5/8/2025).

Kondisi kontrakannya pun jauh dari kata layak. Sempit dan kumuh. Tapi waktu itu, pikir Cholili, dia toh hanya akan tinggal sesaat di sana. Sebelum nantinya bisa cari kerja sendiri.

Pekerjaan-pekerjaan orang di Taman Sari Jakarta Barat yang bikin bergidik 

Dari si saudara, Cholili akhirnya tahu kalau banyak orang yang tinggal di sana ternyata bukan asli Jakarta. Tapi para perantau dari berbagai daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Baru semalam nginep di kontrakan si saudara, Cholili kaget bukan main ketika pagi buta saat dia keluar dari kontrakan, mendapati seorang pria berpenampilan seperti wanita. Wajahnya tampak kuyu, dengan gincu merah di bibir yang setengah memudar.

“Jangan kaget. Orang sini ada yang jadi begitu. Kalau nggak ngamen, mereka ini ya menjajakan dirinya sendiri untuk sesama laki-laki. Pokoknya jangan disenggol kalau nggak mau ribut,” begitu keterangan dari si saudara.

Sejak pagi, kehidupan di perkampungan sempit nan kumuh itu memang langsung sibuk. Beberapa orang berpakaian lusuh menenteng karung, ada juga yang mulai membuka warung. Istri saudara Cholili sendiri juga membuka warung. Jual jajanan ringan untuk anak-anak setempat.

Iklan

Sementara untuk saudaranya sendiri, Cholili waktu itu tidak tahu menahu, sebenarnya kerja apa? Karena tiap ditanya, jawabannya pasti: “Kerja apa saja dilakukan.”

Hari pertama yang menyiksa

Baru satu malam menginap di Taman Sari, Jakarta Barat, Cholili sudah benar-benar tersiksa. Pertama, dia tidur di ruang sempit kontrakan tanpa kipas angin dan seperti jarang disapu.

Hawa sumuk, susah nafas, serbuan nyamuk, hingga bau apak membuat tidurnya tak nyenyak sama sekali. Tapi dia harus sadar diri. Dia hanya numpang di sana.

Kedua, Cholili benar-benar tak membayangkan bagaimana keluarga saudaranya, juga warga sekitar pada umumnya, bisa hidup dengan air yang amat keruh dan lengket. Air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, dan lain-lain. Sementara Cholili, sekadar untuk membasuh wajah saja agak jijik.

“Hari pertama kan kugunakan untuk cari-cari lowongan dulu. Kata saudaraku, asal keluar Jakarta, bakal nemu lah pekerjaan apa yang cocok, terus lamar aja,” kata Cholili.

Saran itu dia lakukan sejak hari pertama. Keluar untuk melamar pekerjaan.

Sepanjang jalan meninggalkan kontrakan di Taman Sari, Jakarta Barat, Cholili mencoba menyapa beberapa orang yang dia temui. Ternyata tidak semuanya ramah. Memang ada yang merespons sapaannya, tapi ada juga yang merespons dengan tatapan sinis bahkan cuek sama sekali. Anak-anak main game dengan kata-kata sangat kotor juga jadi pemandangan yang Cholili jumpai.

“Kehidupan kampung macam apa ini?” Batin Cholili sebagai orang yang baru pertama kali itu menyentuh Ibu Kota.

Jadi begal hingga kurir narkoba demi bertahan hidup

Singkat cerita, setelah hampir seminggu di Taman Sari Jakarta Barat, barulah Cholili sadar kalau dia sebenarnya “dijebak”.

Begini, mencari pekerjaan di Jakarta tidak semudah mendatangi tempat tertentu, lalu melamar kerja, lantas langsung dipekerjakan. Kecuali punya jaringan orang dalam.

“Aku kan lulusan SMK otomotif. Aku nyoba datang ke bengkel-bengkel, zonk,” ucap Cholili.

“Ada banyak starling sih. Kopi keliling. Tapi mereka kan hanya menerima orang sesama Madura,” sambungnya.

Seiring itu, Cholili juga lebih tahu kalau nyaris tak ada pekerjaan layak yang dijalani orang-orang di sekitar saudaranya di Taman Sari, Jakarta Barat. Selain pemulung, waria penjaja seks dan PSK, dia juga tahu dari saudaranya kalau ada orang yang menjadi kurir narkoba, komplotan begal, hingga anjelo.

Pekerjaan yang menurutnya masih di taraf layak adalah pedagang kecil, pedagang asongan, tukang parkir, hingga petugas kebersihan.

“Ternyata ada juga anak-anak yang nggak sekolah. Hidupnya hanya berkutat di dalam perkampungan sempit nan kumuh di Taman Sari, Jakarta Barat itu kalau nggak ngamen,” tutur Cholili.

Menolak rusak di Ibu Kota

Di titik mentok karena tak kunjung dapat pekerjaan, saudaranya akhirnya mengajak Cholili berbicara empat mata di salah satu sudut kampung yang jadi tempat pembuangan sampah.

“Aku ditawari jadi kurir narkoba. Upahnya gede katanya,” ucap Cholili. Di titik inilah dia merasa, iming-iming bakal gampang cari duit di Jakarta ternyata hanya jebakan belaka.

Cholili, bagaimanapun, masih memegang teguh moralitas yang diajarkan orangtua dan guru ngajinya di Jawa Tengah. Oleh karena itu, dia dengan halus menolak tawaran tersebut dan memilih pulang ke kampung halaman.

“Nggak gampang, Lil, cari duit. Mau kerja kayak gimana kamu di sana (Jawa Tengah)? Di sini, tugasmu cuma antar barang (narkoba) ke konsumen, lalu dapat upah gede. Gampang.”

Cholili ingat, kalimat itu keluar dengan emosional dari sang saudara saat Cholili menolak dan berencana lekas pulang. Kalimat itu, Cholili pikir, ada benarnya juga. Tapi hatinya masih belum sampai kalau harus menjadi kurir narkoba.

“Waktu itu aku pamit pulang untuk mikir dulu sekalian cari kerjaan lain. Kalau nggak dapat, aku bakal balik ke Taman Sari, Jakarta Barat,” kata Cholili.

***

Peristiwa itu sudah empat tahun silam. Cholili pada akhirnya tak kembali lagi ke Jakarta Barat, dan rasa-rasanya tak tertarik merantau ke Jakarta (lagi).

Kini dia merantau di Semarang, Jawa Tengah. Menjadi kurir. Tapi setidaknya bukan kurir narkoba, melainkan kurir paket dari sebuah perusahaan jasa ekspedisi dan antar barang.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Mangga Besar Jakarta Barat Saksi Sarjana Jadi Ojek LC dan PSK, Ngaku Kerja Kantoran agar Orangtua Bangga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 6 Agustus 2025 oleh

Tags: Jakarta Baratkampung kumuh di jakarta baratloker jakartaloker jakarta barattaman saritaman sari jakarta barat
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Tanah Abang & Kampung Boncos, Borok Masa Lalu Jakarta MOJOK.CO
Esai

Tanah Abang dan Kampung Boncos, Sisi Gelap Jakarta yang Dijejali Kejahatan: Dari Premanisme Sampai Surga untuk Narkoba

21 September 2025
Mangga Besar Jakarta Barat, saksi sarjana jadi ojek LC dan PSK tapi pura-pura kerja kantoran ke orangtua MOJOK.CO
Ragam

Mangga Besar Jakarta Barat Saksi Sarjana Jadi Ojek LC dan PSK, Ngaku Kerja Kantoran agar Orangtua Bangga

24 Mei 2025
Tertipu lowongan kerja (loker) palsu di Kalideres, Jakarta Barat MOJOK.CO
Ragam

Tergiur Loker Gaji Besar di Kalideres Jakarta Barat, Uang Jutaan Ludes buat Jaminan Berakhir Terlantar di Ruko Kosong

19 Mei 2025
Ironi di Balik Perkantoran Mewah Slipi Jakarta Barat: Ijazah S2 Dianggap Tak Berguna, Pekerjanya Sengsara.MOJOK.CO
Ragam

Ironi di Balik Perkantoran Mewah Slipi Jakarta Barat: Ijazah S2 Dianggap Tak Berguna, Pekerjanya Sengsara

16 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.