Sisi Gelap Pekerja Cikarang, Gaji Sebulan Habis dalam Semalam Buat Judi dan MiChat

Kerja di Cikarang, UMR Cikarang.MOJOK.CO

Ilustrasi - Sisi Gelap Pekerja Cikarang, Gaji Sebulan Habis dalam Semalam Buat Judi dan MiChat (Ega Fansuri/Mojok.co)

Konon, kerja di Cikarang adalah pilihan terbaik buat mengais rezeki. UMR Cikarang yang tinggi menjadi alasan utamanya. Sayangnya, hidup sebagai pekerja di Cikarang tak sepenuhnya indah. Banyak sisi gelap yang justru bikin para perantau hidup susah di kota orang.

Per 2024, UMR Cikarang menyentuh angka Rp5,2 juta. Ibukota Kabupaten Bekasi ini pun menjadi kawasan dengan upah minimum tertinggi di Indonesia.

Pertimbangan itu pula yang bikin Alif (24) memutuskan merantau ke Cikarang setahun yang lalu. Hasilnya pun sudah kelihatan, ia bisa merenovasi rumah orang tua dan sedikit demi sedikit bisa menabung untuk modal nikah.

“Asal wani perih, kerja di Cikarang ini memang gendheng kok. Dari mana saja kayaknya itu duit datang terus,” kata lelaki asal Wonogiri, Jawa Tengah ini, saat bercerita kepada Mojok, Jumat (5/7/2024) lalu.

Kondisi itu jelas kontras dengan hasil yang dia dapatkan di tempat kerja sebelumnya. Sebelum kerja di Cikarang, Alif bekerja di Solo. Ia diupah mingguan dengan sistem gaji dihitung per shift.

“Dulu di Solo, ya, seminggu rata-rata dapat 600, 700, gitu. Itu kan kalau dihitung sebulan cuma dua setengah jutaan,” ungkapnya. “Di Cikarang, gaji pertamaku di atas 5 juta. Sekarang sudah setahun kerja Alhamdulillah dapat 6 jutaan sama lembur. Itu itungannya udah jauh melampaui UMR Cikarang, Mas.”

Polusi, macet, dan ancaman keselamatan yang terus mengintai di jalanan

Kalau bicara soal nyaman nggak nyaman, Alif mengungkapkan kalau hidup di Solo masih lebih enak. Meski termasuk kota metropolitan, bagi Alif, udara di Solo masih segar. 

Sederhananya, jika siang hari ingin ngaso masih ada banyak tempat terbuka yang bisa dikunjungi. 

Kondisi ini sama sekali tak bisa ditemui di Cikarang. Banyaknya pabrik bikin kota ini seperti “neraka bocor”. Polusi udara juga ada di mana-mana.

“Pohon-pohon gitu sebenarnya masih ada di Cikarang, tapi ya gitu, nggak terlalu berpengaruh. Panasnya tetap mobal-mobal,” ujarnya. “Tiap hari kalau keluar rumah aku juga selalu maskeran karena udaranya bikin sesek.”

Yang paling Alif keluhkan saat pertama kerja di Cikarang, adalah kondisi jalanannya. Menurut Alif, berkendara di jalanan kota ini menuntutnya untuk selalu fokus. Meleng dikit nyawanya terancam.

“Jam-jam berangkat dan pulang kerja macetnya minta ampun. Teman-temanku yang rumah di luar kota, harus berangkat 2 jam sebelumnya biar nggak telat,” kata Alif.

“Di sini itu jalan bolong-bolong juga udah jadi pemandangan sehari-hari. Soalnya emang banyak truk-truk gede lewat. Makanya, kalau motoran nggak fokus bisa ndlasar.”

Baca halaman selanjutnya…

Satu kantor isinya orang-orang problematik. Kejebak judi online, bawa kabur duit perusahaan, sampai hobi open BO padahal sudah beristri.

Satu kantor terjebak judi online, sampai ada yang bawa kabur duit perusahaan

Kalau Alif mengeluhkan terik dan macetnya Cikarang, cerita kelam lain datang dari Ridho (23). Memang, lelaki asal Jogja ini baru 4 bulan kerja di Cikarang. Namun, ia sudah melihat banyak sisi gelap para pekerjanya.

“Yang udah jadi rahasia umum itu sebenarnya judol [judi online],” kata Ridho saat Mojok temui Sabtu (22/6/2024) lalu.

“Banyak yang tanggal 25 gajian, tanggal 30 udah ngajuin bon karena kalah judi,” sambungnya.

Ridho ngekos di Cikarang Selatan. Total ada 12 penghuni di kosnya yang berasal dari berbagai daerah. Kata Ridho, dari semua penghuni, cuma dirinya yang clean dari judol.

“Nggak cuma judi, mereka juga kena pinjol sampai puluhan juta. Pas aku baru masuk kerja di Cikarang, di kos ada penghuni mau digebukin debt collector.”

Bahkan, ia juga bercerita, teman kantornya sudah ada dua orang yang dipecat gara-gara pakai duit perusahaan buat judol. Ia pun sangat menyayangkan hal tersebut, karena bagi Ridho, kerja di Cikarang itu sangat enak. Syaratnya cuma perlu nggak neko-neko.

MiChat adalah penguras dompet perantau yang kerja di Cikarang

Selain judol, kebiasaan para perantau yang kerja di Cikarang adalah open BO. Menurut Ridho, ini juga sudah jadi rahasia umum.

“Sampai ada guyonan, ‘punya duit dikit aja langsung birahi’. Karena memang tiap hasil gajian, pasti pada karaoke, sewa LC, open BO, ya gitu lah.”

Masalahnya, beberapa teman kosnya yang terang-terangan doyan open BO via MiChat sudah berkeluarga. Artinya, kelakuan mereka ini tak bisa ditolerir karena masuk dalam ranah perselingkuhan.

“Lebih ke heran aja, sih. Punya anak-istri, tapi masih suka jajan di luar sampai ngehabisin duit gaji mereka. Sinting emang.”

Lucunya lagi, sampai ada yang rela berhari-hari mengambil lemburan demi uang lebih, yang ujung-ujungnya, duit itu berakhir di aplikasi MiChat. Kata Ridho, kerja di Cikarang tantangannya memang sebesar itu. “Gaji besar sebanding dengan besarnya libido yang kudu dikendalikan,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Meninggalkan Kemewahan Gaji UMR Jakarta Biaya Hidup Jogja Demi Rintis Usaha Warkop di Pinggir Jalanan Jogja

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version