Sebagai salah satu kota pendidikan, Malang punya banyak kawasan kos yang diperuntukkan bagi mahasiswa. Salah satunya adalah Gadingkasri. Bagi mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), kawasan kos ini punya dua sisi: dia menyimpan banyak sisi gelap, tapi mau nggak mau masih menjadi tempat kos andalan.
Gadingkasri sendiri merupakan sebuah kelurahan yang berada Kecamatan Klojen, Kota Malang. Ia berlokasi cukup dekat dengan gerbang kampus UM, khususnya di dua fakultasnya, yakni Fakultas Psikologi dan Fakultas Ilmu Sosial. Paling tidak, antara kos ke kampus cuma ditempuh kurang dari 5 menit mengendarai sepeda motor.
Maka, tak mengherankan kalau Gadingkasri dipadati oleh mahasiswa UM. Terutama sekali golongan mahasiswa ekonomi menengah ke bawah, mengingat harga sewa kosnya masih sangat terjangkau. Meskipun, ada juga mahasiswa dari PTS di Malang, seperti Universitas Merdeka, yang ngekos di sini.
Bagi David* (22), salah satu mahasiswa Jurusan Sosiologi UM, Gadingkasri adalah tempat yang ideal buat ngekos. Selain jaraknya yang dekat dengan kampus, biaya hidup di sini juga sangat murah. Rata-rata untuk sekali makan, mahasiswa asal Jawa Tengah ini hanya mengeluarkan Rp10-15 ribu.
“Itu makanan standard, ya. Sebenarnya ada yang lebih murah, all in makan 7 ribu, 8 ribu, gitu. Tapi masuk-masuk gang dan kurang fresh,” katanya, bercerita kepada Mojok, Selasa (3/7/2024).
Meski demikian, setelah tiga tahun ngekos di Gadingkasri, ia merasakan kalau kawasan ini tak seideal bayangannya. Misalnya, dari hal yang paling kecil, daerah ini sudah terlalu padat dihuni manusia sehingga makin ke sini jalanannya semakin sulit diakses.
“Gang-gang makin kelihatan sempit,” katanya. “Apalagi banyak mobil parkir sembarangan di tepi jalan, pagi-pagi sering banget macet. Makanya suka stres kalau ke kampus bawa motor terus kejebak macet. Bikin mager aja bawaannya,” imbuh mahasiswa semester 7 ini.
Belum lagi, kawasan ini juga punya banyak sisi gelap yang mungkin belum diketahui banyak orang.
Jangan keluar malam sendirian!
Satu hal yang menjadi nilai minus dari kawasan kos Gadingkasri, menurut David, adalah tindakan curas alias tindakan pencurian disertai kekerasan. Selama tinggal di sana, ia kerap menjumpai perilaku kriminal tersebut.
“Aku inget banget, karena teman sekelasku yang jadi korban. Dia awalnya ditodong orang yang pakai motor, mungkin mau dirampok. Tapi karena kondisi ramai, ya dia selamat,” kenangnya.
Kata David, penjambretan sangat kerap terjadi di sini. Korbannya pun bermacam-macam. Ada yang warga lokal, ada juga pendatang seperti mahasiswa.
“Sebenarnya kalau mahasiswa yang ngekos sini, aku yakin kejadian-kejadian kayak gitu udah nggak asing, sih. Cuman orang luar pada nggak tahu aja,” ujar mahasiswa UM Malang ini.
Meski kejadiannya ada di Gadingkasri, menurut David, pelakuknya bukan orang sini. Ia yakin betul warga lokal di sana ramah dan baik. Namun, karena lokasi Gadingkasri berada di tengah kota, dekat dengan jalan besar dan selalu hidup 24 jam, orang dari mana saja bisa melakukan aksi kejahatan di sini.
Baca halaman selanjutnya…
Maling motor, pabrik narkoba, sampai mahasiswa bermaksiat, semuanya ada di sini.
Curanmor sampai pabrik narkoba
Dari cerita David, ada satu hal yang unik. Sebelumnya, Mojok pernah membuat tulisan yang membahas soal Karangmalang, kompleks kos dekat UNY. Di Karangmalang, sepeda motor para penghuninya banyak yang terparkir di pinggir jalan karena pemilik kos tak punya tempat parkir.
Nah, ternyata kondisi ini juga terjadi di Gadingkasri. Bedanya, menurut mahasiswa UM Malang ini, situasi di tempatnya lebih menakutkan karena banyak curanmor.
“Mungkin ini konsekuensi dari kos-kosan yang parkirnya di luar kali, ya. Tapi mau bagaimana lagi, kos murah ya dapatnya begini,” kata David.
Paling heboh terjadi sekitaran tahun lalu. Saking meresahkannya, sampai ada curanmor yang ditembak polisi.
“Ingat banget aku, malem-malem lagi mabar sama temen-temen kos. Tiba-tiba ada orang kejar-kejaran tuh. Nggak lama suara tembakan. Ternyata curanmor lagi dikejar polisi.”
Selain curanmor, baru-baru ini warga Gadingkasri juga dihebohkan dengan penggerebekan pabrik narkoba di dekat permukiman mereka.
Berdasarkan laporan kepolisian, awalnya rumah itu disewa untuk kepentingan kegiatan event organizer. Namun, saat digerebek, terdapat lima orang asal Cikarang dan Bekasi yang sedang membuat obat-obatan terlarang itu.
Gadingkasri adalah kawasan terdidik, tapi jadi tempat maksiat oknum mahasiswa
Cerita selanjutnya sebenarnya sudah menjadi rahasia umum kawasan indekos. Tak cuma di Gadingkasri, kawasan kos lain di Malang seperti Lowokwaru, misalnya, juga menyimpan sisi gelap sebagai tempat maksiat oknum mahasiswa.
Namun, mengingat Gadingkasri merupakan “kawasan yang terdidik” karena dihuni banyak mahasiswa, ini jelas menjadi ironi.
Ahmad (25), mahasiswa asal Malang yang kini melanjutkan S2 di Jogja, bercerita di sekitaran kampus UM Malang ada dua tipe kos-kosan. Yang murah, biasanya disewakan per tahun atau semester. Biaya sewanya kisaran Rp2-3 juta per 6 bulan.
Sementara yang mahal, umumnya dibayar bulanan. “Nah, ini yang jadi tempat esek-esek. Soalnya lebih bebas aja, sih. Bukan LV, tapi ya terpisah dari pemiliknya gitu, jadi gampang bawa masuk pacar,” katanya, Rabu (3/7/2024) siang.
Eks mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang ini bahkan pernah jadi saksi hidup. Ia bercerita, awal 2024 lalu (dia sudah kuliah di Jogja) Ahmad mengunjungi kawan lamanya yang kos di Gadingkasri. Seperti biasa, ia mengobrol sampai larut malam.
Namun, tiba-tiba kawannya “mengusirnya” secara halus karena pacarnya mau berkunjung. “Ya awalnya aku santai aja, toh yaudah aja sih kita ngobrol bertiga sampai malam juga. Tapi eh dia ngasih ‘kode tertentu’, aku diusir karena mereka mau ‘gituan’. Hadeh.”
Dari cerita yang Ahmad dapat dari temannya, itu sudah jadi hal biasa bagi mahasiswa yang ngekos di sana. Katanya, sih, tinggal pinter-pinteran nyelundupin aja.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News