Kedokteran dianggap sebagai jurusan elite karena menjamin masa depan yang cerah. Mahasiswanya pun terkenal pintar karena persaingan di jurusan tersebut cukup ketat. Namun, setelah lulus sebagai mahasiswa Jurusan Kedokteran Gigi, Novandya (30) tak merasa demikian. Ia pilih banting setir menjadi peternak.
Lulus Kedokteran Gigi langsung berunding dengan orang tua
Sejak awal, Novandya adalah orang yang berjiwa bebas. Ia tak suka bekerja dalam ruangan. Harus tenang dan hanya duduk seharian. Sedangkan ia lebih suka beraktivitas di luar ruangan agar tidak bosan.
Oleh karena itu, setelah lulus kuliah di Jurusan Kedokteran Gigi, ia langsung berunding dengan orang tuanya untuk memilih jalan karier sesuai keinginannya. Perempuan asal Malang itu tak ingin melanjutkan koas.
“Aku akhirnya bilang, ‘tanggungjawabku kan wes tak selesaino to, tapi kan sekarang ini hidupku, keinginanku. Harus tak penuhi’,” ucapnya saat dihubungi Mojok, Rabu (25/6/2025).
Meski sedikit ditentang oleh orang tuanya, tapi Novandya nekat mencoba bisnisnya sendiri. Ia mulai berjualan online sampai akhirnya direkrut sebagai tim marketing di salah satu perusahaan makanan di Malang. Tak hanya itu, ia juga bertugas memegang media sosial di salah satu agensi.
Tugas itu ia jalani selama empat tahun, sampai akhirnya ia merasa bosan apalagi semasa Covid-19. Di sela-sela gabutnya itu, Novandya tak sengaja menemukan konten di media sosial berisi orang yang memelihara maggot. Entah kenapa, ia merasa hewan berupa ulat itu tampak lucu.
“Sejak kecil aku suka lingkungan dan suka hewan, termasuk maggot,” ucapnya.
Sebagai informasi, maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) dikenal sebagai dekomposer. Ia mampu mengurai sampah organik dengan memakan organisme mati dan produk-produk limbah dari organisme lain.
Selain itu, maggot juga baik digunakan untuk pakan ternak seperti ikan dan unggas karena mengandung sumber protein tinggi. Maggot yang mati dapat digunakan sebagai pupuk organik. Oleh karena itu, tak perlu pikir panjang bagi Novandya untuk membeli bayi maggot dan memeliharanya. Meskipun jauh dari bidang ilmunya sebagai lulusan Jurusan Kedokteran Gigi.
Mengubah karier dari Kedokteran Gigi menjadi peternak
Orang tua Novandya pun sudah pasrah. Tak mau menuturinya lagi. Ia biarkan saja keinginan Novandya memelihara maggot. Toh, ternyata hewan itu berguna untuk mengurai limbah rumah tangga mereka. Selain berdampak pada keluarganya, Novandya jadi berpikir untuk menyumbangkan maggotnya ke lingkungan sekitar.
“Aku kan memang suka ikut acara bakti sosial (baksos), tiap kali baksos itu aku capek ditipu sama orang. Misal, kayak ke panti, ternyata pantinya cuman pura-pura saja. Terus akhirnya aku mikir, apa ya yang bisa kubantu, tapi nggak berhubungan langsung dengan manusia. Maksudnya big impact, oh ternyata ke lingkungan,” tutur Novandya.
Sudah bukan rahasia lagi kalau Kota Batu punya permasalahan sampah. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur mencatat produksi sampah Kota Batu telah meningkat pesat terutama dengan berkembangnya sektor pariwisata. Tahun 2009, Kota Batu dapat menghasilkan 84 ton per hari lalu meningkat menjadi 120-130 ton per hari di tahun 2023. Belum lagi saat akhir pekan atau libur panjang, angkanya bisa mencapai 158 ton per hari.
“Dari sana aku berpikir sepertinya budidaya maggot ini bisa menghasilkan uang,” ujar alumnus Kedokteran Gigi tersebut.
Rugi banyak, tapi setidaknya bisa bermanfaat bagi sekitar
Alumnus Kedokteran Gigi itu akhirnya mulai membuka bisnis maggot. Jatuh-bangun pun ia lalui karena tak punya latar belakang menjadi seorang peternak. Berkali-kali ia merugi, tapi berkali-kali itu pula ia belajar.
“Setiap hari aku riset dari jurnal, belajar dari peternak langsung, apa yang membuat mereka rugi? Datang ke kampus-kampus dekat rumah, bertanya langsung ke dosen peternakan, dan belajar dari trial and error yang pernah aku lalui,” tutur Novandya.
Novandya berujar pernah gagal memelihara maggot karena tak memahami cuaca dan kebingungan saat merawatnya. Alhasil, banyak maggotnya yang mati. Tapi maggot yang mati itu tidak ia buang, ia punya ide untuk menyumbangkannya ke peternak. Justru dari sana, ia dapat ide lagi untuk memberikan edukasi kepada peternak di desanya meskipun latar belakangnya adalah lulusan Kedokteran Gigi.
Lambat laun, bisnis maggotnya semakin berkembang. Bahkan banyak mahasiswa yang sering datang ke tempat budidaya maggot miliknya untuk belajar. Ada yang sekadar magang, melakukan penelitian untuk skripsi maupun lomba karya ilmiah.
“Jurusan mereka macam-macam, yang anomali bahkan ada yang dari Jurusan Perhotelan. Jadi nggak hanya dari Jurusan Peternakan,” kata Novandya.
Untuk sementara ini, Novandya juga belum tertarik untuk melanjutkan kuliah di jurusan yang linear dengan bisnisnya. Toh, meski tidak kuliah ia masih bisa menjadi pembicara di kampus berkat pengalamannya.
“Salah satu motto hidupku adalah meninggalkan legasi baik untuk sekitarku dan masih bermanfaat di masa depan. Jadi semisal aku mati nih, aku terkenalnya bakal seperti apa? Aku ingin memberikan kontribusi terbaikku selama hidup.” kata Novandya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Nyesel Ikuti Perintah Ibu Kuliah Jurusan Guru, Setelah Lulus Jadi Susah Cari Kerja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.
