Selain Muhammadiyah yang menyediakan layanan ojek online (ojol) bernama Zendo, ternyata ormas Islam besar lain, Nahdlatul Ulama (NU) juga punya. Namanya Nusantara Ojek (NUJEK).
Belakangan sistem kemitraan yang diterapkan Zendo mendapat kritik keras. Bermula dari cuitan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Arif Novinato di media sosial X, lalu diamplifikasi oleh banyak warganet.
Pada intinya, Arif Novianto dan warganet menilai sistem kerja di ojol Muhammadiyah tersebut tidak ada bedanya dengan aplikator-aplikator raksasa. Alih-alih menjadi alternatif, Zendo dianggap sama tidak manusiawinya.
Walaupun kritik tersebut sudah mendapat tanggapan langsung dari Sekretaris Jenderal Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU), Ghufron Mustaqim, tapi gelombang kritik masih terus bermunculan.
Saya lantas menjajal menggunakan layanan ojol Muhammadiyah itu. Hasilnya, ada satu hal yang dikeluhkan oleh driver Zendo, dalam hal ini di Jogja. Yakni sulitnya mencari penumpang. Versi lengkapnya sudah tayang di Mojok. Bisa dibaca di sini.
Seiring dengan itu, di media sosial X, ada saja warganet yang menyinggung keberadaan ojol milik NU, alias NUJEK. Warganet menyebut, NUJEK pun kini tak terdengar kabarnya. Padahal ketika pertama diluncurkan, optimisme besar terpancar dari ojol NU tersebut.
NUJEK, ojol NU yang “mengikuti” jejak Zendo
Bagi beberapa orang, nama NUJEK mungkin terdengar asing. Tak sefamiliar nama-nama layanan ojol lainnya. Namun, siapa sangka, NUJEK ternyata sudah lama diluncurkan.
Melansir dari sumber-sumber di internet, NUJEK ternyata sudah diluncurkan sejak 2018 silam. Inisiatornya adalah empat orang santri alumni Pondok Pesantren Al Yasini, Pasusuran, Jawa Timur, dimotori oleh Mochammad Ghozali.
Artinya, usianya lebih muda dari Zendo yang diluncurkan lebih dulu, yakni pada 2015.
Beda layanan dengan Zendo
Secara layanan, tentu ada perbedaan antara ojol NU dan ojol Muhammadiyah tersebut.
Jika melihat di media sosial Zendo, sejumlah layanan yang ojol Muhamadiyah itu tawarkan antara lain: pesan makanan, ojek motor/mobil, belanja rumahan, antar barang, bersihin rumah, beli gas dan galon, pijat, kirim hadiah dan ucapan selamat ulang tahun, perbaikan rumah dan perabotan, hingga jasa teman kondangan/nongkrong.
Sementara mengutip dari laman resmi NUJEK, beberapa layanan yang ojol itu tawarkan meliputi: taksi, ojek motor, kirim-ambil barang, kargo, pesan-antar makanan, layanan belanja, hingga jasa profesional seperti tukang, rental, guru, dan lain-lain.
Hanya saja, bedanya dengan Zendo yang layanannya menggunakan WhatsApp, NUJEK menggunakan aplikasi yang sampai saat ini masih tersedia di PlayStore.
Ukuran aplikasi kecil, tarif murah, dan bisa langganan driver
Masih mengutip informasi di laman resmi NUJEK, ojol NU itu juga menawarkan beberapa keunggulan yang sudah dikampanyekan masif sejak awal peluncuran.
Pertama, size aplikasi NUJEK terbilang kecil. Hanya sebesar 5,6 MB. Sehingga terasa ringan dan tidak boros kuota internet.
Kedua, NUJEK menawarkan tarif murah, yakni hanya Rp5 ribu per kilometernya.
Ketiga, sekaligus yang jadi daya jual aplikasi ini, yaitu tersedianya fitur “berlangganan”. Jadi customer bisa memilih berlangganan untuk driver tertentu.
Untuk driver, ojol NU ini juga menawarkan sejumlah keuntungan. Satu, sistem bagi hasil 85% untuk driver dan 15% untuk pengembang. Lebih besar ketimbang Zendo yang bagi hasilnya 80%:20%.
Dua, Selama masa trial, driver memperoleh saldo Rp50 ribu. Lalu ketiga, adanya asuransi kesehatan dan bonus jika driver mencapai target yang ditentukan.
Ekosistem yang terlihat sehat. Tapi kenapa layanan ojol NU itu kini nyaris tak terdengar kabarnya?
NUJEK kini apa kabarnya?
Dari yang terdaftar di laman resminya, NUJEK tersebar di beberapa kota. Membentang dari Jawa hingga Kalimantan. Yang disasar adalah kota-kota kecil. Mungkin untuk memperkecil potensi persaingan dengan dua aplikasi hijau raksasa yang tersebar di kota-kota besar.
Kantor pusat NUJEK tertera di Surabaya. Lalu beberapa daerah lain yang tercatat adalah, Jakarta, Gorontalo Raya, Malang Raya, Lumajang, Banyuwangi, Tulungagung, Pasuruan, Gresik, Sidoarjo, Madiun, Jombang, Tuban, Banyumas, Cirebon, Cianjur, Cilacap, Pekalongan Raya, Batam, Pontianak, Palu, Dumai, Bontang, Nunukan, Samarinda, Balikpapan, Tangerang dan Depok.
Sayangnya, di Jogja tidak ada. Alhasil, saya tidak bisa mencoba menggunakan layanan aplikasi tersebut.
Saya lalu menemukan keterangan-keterangan warganet di media sosial perihal keberadaan NUJEK di daerahnya masing-masing. Beragam. Ada yang memuji, ada pula yang mempertanyakan nasibnya.
“NUJEK sempet ramai di awal (peluncuran) dan di kantong-kantong Nahdliyin. Sekarang sudah tidak tahu kabarnya,” tulis akun X @QaffaQaffa pada 15 Januari 2025.
“NUJEK di Malang sudah dua tahun lebih. Driver-nya plonga-plongo nungguin orderan,” terang akun X @riviko_rq pada 8 Januari 2025.
“NUJEK sudah ada dari dulu, tapi sekerang tenggelam,” kata akun X @YogaFebriansya4.
Lalu ada beberapa komentar bernada pujian. Rata-rata memuji karena tarifnya murah, driver-nya cepat dan ramah, dan adanya fitur “langganan”. Namun, kesemuanya tertulis di awal-pertengahan 2023. Sayang, saya tak menemukan cuitan dari driver sendiri.
Rating miring aplikasi ojol NU
Saya lalu beranjak ke PlayStore. Aplikasi NUJEK memang masih tersedia. Hanya saja, rating yang diberikan pengguna mayoritas bernada miring.
Ada banyak ulasan miring yang terakhir tertulis pada Agustus 2024 (walaupun rating miring tersebut ternyata sudah bermunculan sejak 2020). Isi ulasan-ulasan di PlayStore itu kalau coba saya simpulkan kira-kira begini:
- Aplikasi memang ringan. Tarif memang murah. Tapi sering error.
- Menyayangkan tarif yang terlalu murah. Kasihan driver-nya.
- Kritik pada fitur “langganan”. Adanya fitur tersebut hanya menguntungkan satu pihak saja. Dalam hal ini, ya driver yang menjadi langganan. Dengan begitu, ya hanya pihak-pihak itu saja yang mendapat orderan. Sementara driver lain kesulitan. Fitur “langganan” terkesan membuat keterjangkauan ke driver tidak merata.
Akhirnya bertumbangan?
Pada tahun-tahun pertama peluncurannya, Mochammad Ghozali selaku inisiator sempat optimis kalau NUJEK akan berkembang pesat.
Melansir Jatim Online, Ghoazli menyebut, hingga Juni 2020, Nujek telah mempunyai 150.000 user. Nilai transaksinya sudah mencapai Rp1,6 juta transaksi sejak Agustus 2018. Juga mempunyai 69.000 permintaan mitra. Meskipun hanya 30.000-an mitra saja yang di-ACC. NUJEK juga diharap bakal memperluas ekspansi ke banyak daerah lagi.
Saya lalu mencoba menghubungi kontak yang tertera di laman resmi NUJEK, Rabu (22/1/2025) pagi WIB. Kontak ke kantor pusat di Surabaya. Saya hendak memastikan keberadaan ojol NU itu saat ini.
“Saat ini beroperasi di wilayah Cianjur, Bontang, Ende, dan Malang,” jawab kontak yang saya hubungi, yang ternyata tersambung ke customer service (CS) NUJEK.
Saya lalu merinci sejumlah daerah yang pernah menjadi basis persebaran NUJEK. Apakah masih beroperasi atau tidak?
“Sebelumnya sempat beroperasi, Pak, tapi saat ini sudah tutup pendaftaran. Tapi driver-driver lama masih beroperasi,” jawab CS.
Kemudian saya bertanya, apakah sudah ada diskusi perihal bagaimana strategi ke depan terkait pengembangan ojol NU tersebut? Mengingat, saat ini Muhammadiyah sedang gencar-gencarnya promosi Zendo. Hingga selepas Zuhur, tidak ada jawaban lagi dari CS.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Susahnya Pakai Zendo yang Layanannya Pakai WA Bukan Aplikasi, Tak Cocok untuk Saya yang Memiliki Kesabaran Setipis Tisu atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan