Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Upaya Seorang Anak “Menyadarkan” Ibunya yang Membela dan Membenarkan Miftah Maulana

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
8 Desember 2024
A A
Menyadarkan ibu yang membela ceramah ngawur Miftah Maulana (Gus Miftah) MOJOK.CO

Ilustrasi - Menyadarkan ibu yang membela ceramah kontroversial Miftah Maulana (Gus Miftah). (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sudah sejak lama Ibu Jalal mengenal Miftah Maulana atau yang kemudian terkenal dengan panggilan Gus Miftah. Persisnya sejak kemunculannya di acara Hitam Putih Trans7 pada 2018 silam.

Pada masa itu, Miftah Maulana diundang karena dikenal sebagai sosok yang suka ceramah di kelab-kelab malam dan di kalangan kelompok marjinal. Ibu Jalal mengaku kagum.

“Apalagi setelah Gus Miftah jadi orang yang “meng-Islamkan” Deddy Corbuzier pada 2019,” tutur Jalal, pemuda 23 tahun asal Rembang, Jawa Tengah, yang kini kuliah di Malang, Jawa Timur.

Ibu yang membela Miftah Maulana

Akhir pekan ini—sejak Jumat (6/12/2024)—dia pulang kampung. Dia agak “mumet” ketika tahu kalau di tengah gelombang cancel culture pada Miftah Maulana, ibunya justru berada “di belakang” Miftah Maulana.

“Aslinya itu cuma guyon. Wong waktu Gus Miftah diundang ngisi pengajian di sini (Rembang) orangnya baik kok. Suka bagi-bagi uang, suka gojlokan.” Begitu kata Ibu Jalal selepas makan malam bersama dan mendapati berita di televisi masih ramai menyoal momen Miftah Maulana mengolok-olok penjual es teh dalam sebuah pengajian di Magelang, Jawa Tengah.

“Mak deg” hati Jalal mendengar itu. Dia merasa ada yang perlu diluruskan agar ibunya tidak mengidolakan seseorang dengan taklid buta. Terlebih, Jalal juga masih ingat momen ketika Gus Miftah mengisi pengajian tidak jauh dari kampungnya.

Waktu itu 2022. Seingat Jalal, Miftah Maulana memang bagi-bagi uang. Hanya saja, dia datang dalam waktu begitu singkat, untuk bisyarah (tarif) yang begitu mahal. Setidaknya dari yang Jalal dengar dari teman-teman panitia, tarifnya memang cukup mahal.

Jalal mengaku tidak tahu angka pastinya. Namun, kini, kalau mengetik “tarif Gus Miftah” di mesin pencari, maka akan muncul angka-angka yang fantastis. Walaupun hal ini tentu juga perlu dikonfirmasi langsung ke sosok bersangkutan.

Jejak masa lalu yang berserakan

Ibu Jalal tidak main HP. Alhasil, sumber informasi yang dia peroleh kalau tidak dari berita televisi ya dari obrolan bersama tetangga.

Sialnya, Ibu Jalal hanya menyimak berita dan potongan video saat Miftah Maulana mengolok-olok penjual es teh. Setelahnya, Ibu Jalal tidak begitu update dengan perkembangan kontroversi Miftah Maulana. Terlebih, sejak berita pertama (olok-olok penjual es teh ramai), Ibu Jalal sudah beranggapan kalau “zaman akhir, pasti ada saja fitnah pada ulama”. Ibu Jalal pun memilih tidak mengikuti lagi berita soal Miftah Maulana.

“Akhirnya kutunjukkan video-video masa lalu Miftah yang ikut ramai. Khususnya saat menyebut seniman legend, Yati Pesek, dengan sebutan-sebutan kasar,” ungkap Jalal.

Tak sampai di situ, Jalal lalu menunjukkan video saat Erick Estrada memperdengarkan pesan suara dari Yati Pesek. Dalam pesan suara itu, Yati Pesek mengaku sudah memendam sakit hati selama dua tahun sejak kejadian. Niat awal ingin mujahadah, eh malah diolok-olok oleh Miftah.

Ibu Jalal hanya terdiam menyimak video tersebut. Begitu juga saat Jalal tunjukkan video-video lain, bahwa ternyata banyak tokoh agama yang tidak sepakat dengan cara guyon Miftah Maulana. Bahkan PM Malaysia, Anwar Ibrahim, pun sampai ikut bersuara.

Miftah Maulana “salah paham” dengan status “Gus”

Soal label “Gus” pada Miftah Maulana, kini memang banyak yang meragukan. Miftah Maulana pernah mengaku sebagai keturunan dari Ki Ageng Muhammad Besari: ulama masyhur asal Ponorogo, Jawa Timur, yang juga merupakan guru dari HOS Tjokroaminoto.

Iklan

Namun, baru-baru ini, pihak anak turun Ki Ageng Muhammad Besari menyatakan tidak menemukan garis keturunan Miftah Maulana dalam silsilah keluarga Ki Ageng Muhammad Besari.

Tapi Jalal tak mau bicara banyak soal itu pada sang Ibu. Dia hanya mencoba mendudukkan status “Gus” yang terkesan disalahpahmi Gus Miftah.

“Saya jelaskan ke Ibu, Gus Miftah ini salah paham. Padahal Gus itu bukan gelar besar. Itu justru gelar agar seseorang makin tawadu. Kalau Gus Miftah ini dari gayanya terlihat angkuh,” beber Jalal.

Jalal lantas menunjukkan dua potongan video yang menjelaskan soal posisi “Gus” kepada ibunya.

Video pertama adalah penjelasan dari KH. Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar). Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri, itu menyebut bahwa Gus bukanlah gelar penghormatan kepada penyandangnya. Tapi penghormatan terhadap orang tua si penyandang yang telah berdedikasi dalam hal mendidik moral dan keimanan umat.

Maka, menyandang status Gus juga merupakan tuntutan tanggung jawab agar meneladani apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu.

Video kedua adalah dari pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). Menurut Gus Mus, Gus tidak lebih dari panggilan anak kiai yang belum layak dipanggil kiai: karena secara kapasitas kealiman dan kesalehan memang belum paripurna sebagaimana sang ayahanda.

Nabi saja kena hukum tata krama sosial

“Aku tidak membenci Gus Miftah. Tidak juga mengajak ibuku membencinya. Aku hanya mengingatkan Ibu, bahwa kalau ada yang menyimpang, maka tidak ada alasan untuk membenarkan. Kita ambil baiknya, tapi kalau ada buruknya, ya harus dipilah,” ungkap Jalal.

Jalal pada dasarnya gemar menyimak ceramah atau ngaji banyak pendakwah. Siapa pun asal bermuatan pada ilmu. Terutama ngaji KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha), Pengasuh LP3IA, Rembang.

Dia pun menunjukkan video ngaji terbaru Gus Baha di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, belum lama ini. Kepada ibunya, Jalal menggarisbawahi bagian ketika Gus Baha menjelaskan perihal Nabi yang tetap kena hukum tata krama sosial.

Dengan harapan, ibunya memahami kalau kiai seperti Miftah Maulana, kalau melanggar tata krama sosial, ya wajar kalau akhirnya memicu gelombang kemarahan publik.

“Nabi meskipun sebagai Nabi tapi tetap kena aturan hukum sosial. Meskipun Beliau punya mukjizat seperti apa, ketemu orang harus santun, ketemu anak kecil harus sayang, ketemu orang sepuh harus hormat,” tutur Gus Baha.

“Nabi bisa terbang ke langit sekalipun, mikraj, tapi misalnya ketemu anak kecil menampar, ketemu orang sepuh meludah (menghina), tetap tidak diterima oleh publik. Betapa pentingnya tata krama sosial,” sambungnya.

Ngaji pada Gus Baha

“Gus Baha itu suka guyon kalau ngaji. Tapi guyonnya nggak pernah nyakiti orang lain, apalagi orang kecil. Guyonnya juga bukan sembarang guyon, tapi ada ilmunya. Kujelaskan itu pada Ibu,” ucap Jalal.

Ibu Jalal manggut-manggut. Setuju dengan kata Jalal. Masalah selanjutnya adalah, ngaji Gus Baha tidak tayang di televisi. Sementara Ibu Jalal ingin sekali menyimaknya.

Selama ini Ibu Jalal hanya bisa mendengar ngaji Gus Baha dari ngaji di YouTube yang oleh tetangganya diputar melalui sambungan sound system. Jalal mulai berpikir, sepertinya ibunya perlu punya HP sendiri. Tapi Jalal kadang kala kelewat takut ibunya jadi seperti ibu-ibu lain di kampungnya: terpapar hoaks-hoaks TikTok. Malah bahaya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Alasan Ceramah Miftah Maulana Lucu Bagi Orang yang Duduk di Belakangnya, tapi Pahit Bagi Seluruh Warga Dunia

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

 

 

Terakhir diperbarui pada 10 Desember 2024 oleh

Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO
Hukum

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO
Ragam

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO
Kilas

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Kampus

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Hari ibu adalah perayaan untuk seluruh perempuan. MOJOK.CO

Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya

24 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.