Nasib Mahasiswa Jurusan Teknik di ITS yang Nggak Menjunjung Solidaritas dan Terkenal Ansos

ITS Surabaya MOJOK.CO

Sombong Bisa di Jurusan Akreditasi A ITS Surabaya, Kini Menyesal karena Susah Lulusanya: Nyesek Teman Seangkatan Sudah jadi Dosen (Ega Fansuri/Mojok.co)

Teknik sering kali dicap sebagai jurusan bergengsi karena prospek kerjanya yang luas. Itu juga yang menjadi alasan Akmal (21) dan Hafiz (21) masuk Jurusan Teknik di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Kali ini, mereka bakal mengungkap fakta menarik tentang Jurusan Teknik.

#1 Mahasiswa Jurusan Teknik terkenal solid

Sudah menjadi rahasia umum jika mahasiswa di Jurusan Teknik terkenal solid. Hal itu pun diakui oleh Akmal dan Hafiz selaku mahasiswa di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. 

Berdasarkan pengamatan Akmal, mahasiswa di Jurusan Teknik lebih solid jika dibandingkan dengan mahasiswa di kampus lain. Mahasiswa di Jurusan Teknik cenderung peduli dan memperhatikan teman-teman di sekitar mereka. 

Tidak hanya di satu lingkaran pertemanan, tapi bahkan satu angkatan mereka bisa saling kenal. Malah, kata Akmal, kakak tingkat maupun adik tingkatnya bisa saling kenal, sehingga mereka juga bisa saling bantu.

“Yang aktif organisasi malah biasanya punya banyak kenalan dari jurusan yang berbeda,” ujar Akmal, Jumat (14/3/2025).

Menurut Akmal, solidaritas itu bisa terbentuk karena lingkungannya memang dituntut sedemikian rupa untuk saling bahu-membahu. Misalnya, ketika ada pertandingan basket, bola, atau lomba selainnya. Mahasiswa di Jurusan Teknik akan mengumpulkan supporter atau pendukung setidaknya 200 orang.

Selain itu, mereka bisa janjian satu kelas untuk makan bersama di luar seusai kelas. Begitu pun jika ada tugas satu angkatan, mereka bisa mengerjakannya bersama-bersama di jurusan. 

#2 Tradisi wisuda yang unik di ITS

ada kakak tingkat atau teman satu angkatannya wisuda, mereka bisa konvoi bersama. 

Berdasarkan literatur yang saya baca, wisuda di ITS memang unik. Tahun 2023 lalu, wisudawan diarak menggunakan truk militer hingga odong-odong menuju gedung departemen masing-masing.

Arak-arakan juga diisi dengan pengibaran bendera himpunan. Di sana, Akmal beserta mahasiswa lainnya dapat menyanyikan mars dan Vivat ITS. Namun, mahasiswa yang menggunakan motor dibatasi untuk 40 orang saja.

Oleh karena itu, Akmal bilang akan sangat susah bertahan di bangku perkuliahan jika mahasiswa Jurusan Teknik tak ingin terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan solidaritas.

“Selagi dia nggak egois dan mentingin diri sendiri nggak apa, kalau memang anaknya introvert tapi masih suka datang kalau ada acara, atau masih mau bantuin teman yang susah, kami bakal menghargai,” kata Akmal yang saat ini berdomisili di Surabaya.

Senada dengan Akmal, Hafiz berujar mahasiswa Jurusan Teknik tidak bisa hidup sendiri. Jika ada anak yang tidak ingin bergaul sejak awal masuk kuliah, ia bisa menjamin, anak tersebut akan kesulitan menjalani perkuliahan.

“Karena perjalanan yang mahasiswa lalui dari awal hingga pasca begitu berat dilewati, sehingga sulit tanpa solidaritas,” kata Hafiz.

“Tidak bisa menjadi insan yang penuh dedikasi,” tegasnya.

Anak teknik ITS sulit lulus

Baca Halaman Selanjutnya

#3 Mahasiswa Jurusan Teknik ITS sulit lulus

Baik Akmal maupun Hafiz mengaku mata kuliah yang mereka pelajari terbilang sulit, sehingga butuh kerja keras yang luar biasa untuk lulus. Itulah kenapa mahasiswa Jurusan Teknik dituntut solid. 

“Aturan akademik di kampus tuh ketat banget, jadinya kami nggak ada yang berani menyontek sama sekali,” ujar Akmal.

“Misal, waktu ujian ketahuan ngobrol dikit saja bisa jadi nilainya langsung dikasih E, dengan kata lain ya ngulang mata kuliah,” lanjutnya.

Belum lagi para dosennya yang terkenal “pelit”. Menurut Akmal, ada beberapa dosen di jurusan tertentu yang susah memberikan nilai bagus. 

“Malah sering kali, satu kelas bisa ngulang mata kuliah,” kata mahasiswa ITS, Surabaya tersebut.

Namun, tentu tidak semua dosen di jurusan mereka killer. Ada juga mahasiswa yang mudah menangkap materi saat dosen menjelaskan atau belajar mandiri. Alhasil, nilainya pun tetap bagus dan lulus tepat waktu.

Sementara itu, Hafiz berujar lama tidaknya mahasiswa lulus tergantung dari semangat dan tanggung jawab mereka dalam menyelesaikan studi. Menurut dia, apa yang sudah dimulai harus diselesaikan.

Ia juga sanksi apabila mahasiswa Jurusan Teknik dibilang suka mencontek, karena pada kenyataannya budaya tersebut tak hanya bisa dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Teknik. Ia berujar jika mayoritas lulusan teknik adalah sarjana terapan yang lebih banyak praktik.

“Di jurusan manapun, mencontek itu sebuah kesempatan bukan tentang jurusan yang ditempatkan,” kata mahasiswa Jurusan Teknik Kimia ITS tersebut.

#4 Bukan kumpulan mahasiswa red flag

Untuk stigma yang satu ini, Akmal dan Hafiz sepakat menolak anggapan jika mahasiswa Jurusan Teknik mayoritas red flag. Menurut Akmal, mereka mahasiswa teknik sudah terbiasa bergaul dengan bawaan yang santai. Pun juga, tidak terlalu sulit bagi mereka untuk berteman dengan perempuan. 

Apalagi, di jurusannya jumlah laki-laki dan perempuan terbilang seimbang alias rata. Tidak ada yang lebih dominan, sehingga mereka bisa dengan mudah berinteraksi. 

Hanya saja, perempuan memang perlu waspada. Mahasiswa teknik yang mendekati mereka, bukan berarti menggoda walaupun bisa jadi memang ada ketertarikan. Namun, tak menutup kemungkinan jika mereka hanya ingin berteman. Situasi itu juga umum dilakukan, selain dari mahasiswa teknik.

“Mungkin ada cewek yang ngiranya lebih, padahal si cowok ini cuman mau akrab. Soalnya kalau anak teknik sudah serius, mereka nggak bakal main-main,” ujarnya.

Akmal juga menegaskan bahwa mahasiswa Jurusan Teknik terbilang setia dan tidak bermaksud merayu lawan jenis tanpa niat serius. Sejauh ini, ia memang belum pernah pacaran semenjak kuliah. Namun, ada salah satu cewek yang ia taksir.

“Aku masih dekat aja, tapi belum berani ke arah yang lebih serius karena memang inginnya kalau udah yakin langsung ke jenjang yang lebih serius,” kata dia.

Senada dengan Akmal, Hafiz berujar tidak semua laki-laki di Jurusan Teknik adalah buaya. Ia sendiri berhasil membuktikannya. Kini, hubungan Hafiz bersama pacarnya yang juga mahasiswi teknik sudah berlangsung selama lima bulan.

“Kami saling menjaga dan menguatkan. Kembali lagi, hubungan tentang orangnya, bukan stigma dan kondisinya,” kata mahasiswa ITS, Surabaya tersebut.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editror: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Ditolak ITS 2 Kali, Universitas Brawijaya Selamatkan Saya untuk Tetap Kuliah di Kampus Bergengsi atau Liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Exit mobile version