Masjid Nurul Ashri di Deresan, Sleman, Jogja, tak mau kalau masjid hanya terbatas sebagai tempat ibadah dan kajian semata. Lebih dari itu, masjid tersebut ingin mengambil andil dalam memberi manfaat bagi masyarakat luas. Salah satu yang membuatnya belakangan jadi sorotan adalah perihal program borong sayur dari petani yang tengah mereka galakkan.
***
Belum lama ini akun Instagram @merapi_uncover membagikan unggahan perihal Masjid Nurul Ashri yang memborong sayur dari petani. Tak butuh waktu lama untuk berpikir, saya langsung melesat ke lokasinya di Deresan, Sleman, Minggu (21/7/2024) pukul 18.20 WIB.
Mucharom Nur (54), Kepala Takmir Masjid Nurul Ashri dengan senang hati mempersilakan saya untuk bertanya-tanya perihal gerakan borong sayur tersebut.
“Sebenarnya gerakan semacam itu sudah sejak lama kami lakukan. Tapi memang tidak terekspos. Tidak kami beritakan,” ujar pria ramah tersebut saat kami berbincang di halaman masjid di Deresan, Sleman.
Prihatin dengan kondisi petani
Usut punya usut, ternyata salah satu masjid besar di Jogja itu sebenarnya sudah punya beberapa program sosial-kemanusiaan. Karena memang Masjid Nurul Ashri memiliki misi bagaimana bisa memberi manfaat bagi semua orang tanpa mengenal segmen. Bisa pedagang, petani, guru, dan lain-lain.
Dalam dua tahun terakhir, masjid di Deresan, Sleman, itu tengah melakukan gerakan borong sayur. Hanya saja memang borongnya di pasar (pedagang), belum ke petani langsung. Hasil dari borong sayur itu lalu dibagi-bagikan secara gratis kepada jemaah masjid.
“Jadi setiap Jumat abis Subuh, setelah kajian ada snak gratis, terus ada bazar sayur garatis. Halaman masjid sudah kayak pasar itu,” ujar Mucharom.
“Lalu belakangan ada pikiran, bagaimana beli sayur ke petani langsung? Biar tahu kondisi petaninya gimana,” sambungnya.
Pihak Masjid Nurul Ashri mendapat info bahawa di Desa Ngablak, Magelang, harga sayur tengah jatuh parah. Misalnya, harga pakcoy yang harusnya Rp8 ribu per kg jatuh menjadi hanya Rp2 ribu bahkan Rp1 ribu per kg.
Para petani di Ngablak, Magelang, tak pelak menjadi nelangsa. Sebab, setelah habis modal dan tenaga, ternyata hasil penennya tak seberapa.
“Kami menggalang dana, ayo siapa yang mau bantu. Kami kumpulin (uangnya), berapapun yang masuk kami belanjakan. Alhamdulillah ada terus yang membantu,” imbuh Mucharom.
Masjid Deresan Sleman kirim relawan buat ikut panen
Atas kondisi tersebut, masjid di Deresan, Sleman, Jogja, lalu mengirim lebih dari 10 relawan masjid untuk berangkat langsung ke Ngablak, Magaleng.
“Temen-temen relawan berangkat Kamis. Di sana ikut panen sama petani. Ikut masukkan ke karung, terus angkut pakai mobil pick up,” Jelas Mucharom.
Nyaris semua jenis sayur dari petani diborong oleh Masjid Nurul Ashri. Antara lain pakcoy, buncis, kubis, terong, wortel, jipang, tomat, cabai, dan lain-lain. Sayur-sayur itu dibeli dengan harga normal di saat harga sayur sedang jatuh-jatuhnya.
Sehingga, kata Mucharom, petani sayur di Ngablak merasa sangat terbantu dari gerakan salah satu masjid besar Jogja tersebut. Mereka tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih. Terlebih, Muhcarom selaku Kepala Takmir mencanangkan program borong sayur dari petani langsung menjadi program berkelanjutan.
“Itu kami beli bukan untuk dijual lagi loh ya. Kami beli terus kami bagikan gratis ke jemaah. Karena memang kami ingin bermanfaat. Di luar jemaah, masyarakat umum juga bisa ambil,” tutur Mucharom.
Masjid-masjid lain tak mau ketinggalan
Gayung bersambut. Usai gerakan borong sayur dari petani itu viral di media sosial, banyak masjid lain di Jogja yang ingin ikut ambil bagian dengan Masjid Nurul Ashri. Bahkan pesantren dan panti asuhan di Jogja pun ingin turut terlibat.
Itulah kenapa kemudian lahir jasa titip (jastip) borong sayur ke petani bertajuk “Mendadak Jastip Petani Sayur”. Jadi masjid, pesantren, dan panti asuhan di jogja menitip uang ke relawan Masjid Nurul Ashri Deresan untuk memborong sayur dari petani Ngablak.
“Akhirnya kami beli banyak, rata-rata bisa 5 ton,” ungkap Mucharom sembari menunjukkan poster program jastip di akun Instagram resmi Masjid Nurul Ashri.
“Ada juga perorangan yang ikut jastip khusus. Tapi tetap ia bagikan di masjid,” tambah Mucharom.
Sebenarnya, memborong sayur sekali dalam sepekan menurut Mucharom terlalu lama. Mengingat, petani sayur panennya bisa setiap hari. Akan tetapi, Mucharom tidak bisa memungkiri kalau untuk saat ini keuangan yang masuk baru cukup untuk borong dalam sistem sekali dalam sepekan.
Ia juga berharap program borong sayur dari petani seiring waktu bisa meluas sehingga gerakannya makin massif. Dengan begitu, masjid di Jogja tidak hanya memborong sayur dari Ngablak, Magelang, tapi juga dari daerah-daerah lain.
Masjid Nurul Ashri Deresan Sleman punya banyak program sosial-kemanusiaan
Mucharom memang menekankan bahwa masjid di Deresan, Sleman, tidak hanya terbatas sebagai tempat ibadah dan kajian semata. Ada cukup banyak program sosial-kemanusiaan yang masjid Jogja itu galakkan.
Menimbang, Masjid Nurul Ashri memiliki ratusan relawan dari beragam latar belakang. Banyak juga di antara relawan tersebut berasal dari kalangan mahasiswa kampus-kampus top Jogja, seperti Uin Sunan Kalijaga, UGM, UNY, UPN Veteran, hingga Amikom.
“Kami sering menerjunkan relawan di titik-titik bencana. Seperti kapan lalu yang gempa di Turki, kami berangkatkan dua orang ke sana,” beber Mucharom.
Pada Iduladha 2024 lalu, Masjid Nurul Ashri mengirim relawan dan hewan sembelihan ke Uganda. Sebanyak 30 sapi dan 20 kambing. Belum hewan sembelihan yang disebar di beberapa daerah tertinggal di DIY, Madura, Tulungagung, hingga NTT.
Masjid di Deresan, Sleman, itu juga punya program mingguan berupa mengajari tanggap bencana pada anak-anak SD di beberapa SD di DIY.
“Terbaru kami sedang menyiapkan mesin peleleh sampah. Karena saat ini Jogja kan darurat sampah. Tapi masih belum nemu daerah mana (di DIY) yang mau untuk kami letakkan mesin itu di sana,” jelas Mucharom.
Obrolan kami berakhir persis ketika azan Isya berkumandang. Mucharom lantas mengajak saya untuk ikut berjemaah di Masjid Nurul Ashri.
Suasana masjidnya menenangkan. Para jemaah pun ramah. Usai salat, saya sempat rehat cukup lama di sana. Tak hanya di area dalam, saya pun sempat jagongan dengan seorang relawan masjid di satu sudut di halaman masjid hingga lebih dari pukul 20.00 WIB.
Sosok yang mengaku sangat bersemangat untuk terlibat dalam setiap program sosial Masjid Nurul Ashri: cukup menjawab kenapa kemudian masjid di Jogja tersebut begitu aktif dalam membuat gerakan sosial-kemanusiaan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.