Bagi sebagian orang memancing adalah kegiatan yang membosankan. Hanya menunggu umpan sampai tertangkap ikan. Namun, tidak bagi Sasak (50). Dia merasa ada kenikmatan tersendiri saat memancing di Kali Ngingas, Bantul, Yogyakarta.
***
Saya bertemu Sasak di Kali Ngingas, Bantul. Sasak sedang jongkok sambil memegangi pancingannya di pinggir sungai. Tangannya nampak asyik mengikuti arus sungai, berharap ada ikan yang tergiur dengan umpan ulat kuningnya.
Saya mendekati Sasak dan mencoba ngobrol dengannya. Mulanya saya takut menganggu, karena kenikmatan dari memancing sambil melamun bisa hilang. Namun, dia justru senang ada teman yang bisa diajak berbincang.
Sensasi memancing di Kali Ngingas Bantul
Saya pun bertanya kepada Sasak alasan dia suka memancing, sebab dari luar, kegiatan itu nampak membosankan. Sebagian orang mungkin merasa kegiatan itu menyita waktu, karena harus menunggu kail mengait ikan selama berjam-jam.
Sasak justru sebaliknya, dia tidak pernah bosan walaupun ikan yang diperoleh hanya sedikit. Katanya, ada kenikmatan tersendiri ketika memancing di pinggir sungai.
Perasaan itu tak bisa dia jelaskan, tapi ada ketenangan saat mendengarkan aliran air sungai, dahan-dahan yang bergesek, serta hembusan angin. Sesekali, suara kereta api juga melintas.
“Ya mungkin karena suasananya yang tenang, jadi bisa ngelepasin stres,” kata dia di pinggiran Kali Ngingas, Bantul pada Minggu (10/11/2024).
Lebih dari 30 menit, saya menunggu Sasak memancing. Sebelumnya, dia sudah mendapatkan empat ikan putihan. Saya melihat Sasak fokus mengamati arus sungai. Sesekali dia mengganti umpannya. Tangannya terlihat cekatan.
Saya sempat berdebar ketika pancingan bambu Sasak tertarik ke bawah. Akhirnya dia dapat ikan, pikir saya saat itu. Ternyata tidak, kail pancing Sasak tersangkut sampah. Saya kecewa, tapi Sasak hanya tertawa.
Menghabiskan masa tua di Kali Ngingas Bantul
Kebetulan, lokasi rumah Sasak tidak jauh dari pinggiran Kali Ngingas. Pria asal Cirebon itu rupanya sudah lama merantau di Jogja.
Sasak mengaku fisiknya tak kuat lagi untuk bekerja terlalu keras, sebab dulu dia harus banting tulang menghidupi istri dan kedua anaknya. Dia tidak punya waktu luang, apalagi sekedar memancing di hari Minggu.
Dia tidak mau menceritakan pekerjaannya dulu. Yang jelas, kini dia sudah bisa meluangkan waktunya untuk beristirahat usai bekerja. Di hari-hari biasa, Sasak bekerja di salah satu perusahaan furniture kayu di Sleman, Yogyakarta.
Sekarang dia sudah tidak lagi “ngoyo”, sebab kedua anaknya sudah menikah dan memiliki keluarga. Hari liburnya dia gunakan untuk melakukan hobi memancingnya.
Hobi itu pertama kali dia coba saat diajak oleh teman-temannya. Sasak kemudian belajar sendiri lewat Youtube, cara membuat alat pancing. Dia juga sering mencari informasi di grup-grup seputar agenda, peralatan, tips, dan sebagainya.
Ada nilai-nilai kehidupan dalam memancing
Menurut Sasak, memancing dapat melatih dirinya untuk sabar, serta tenang saat menghadapi situasi yang tidak mengenakkan, apalagi suasana Kali Ngingas di Bantul amat mendukung.
Dosen Psikologi Sosial dari Universitas Indonesia, Dicky Pelupessy mengatakan memancing bisa menjadi strategi koping untuk menghilangkan kepenatan atau stres. Dengan memancing mereka bisa mendapatkan kenyamanan.
“Itulah mengapa ada orang atau bapak-bapak memilih memancing saat bosan: sebagai healing,” ucapnya saat dihubungi Mojok pada Rabu (13/11/2024).
Sementara itu, Dosen Ilmu Administrasi Publik FISIP Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, Muhammad Habibi menyebut memancing bisa menjadi kegiatan refreshing ketika orang merasa jenuh maupun stres, akibat aktivitas beban kerja yang tinggi.
Dalam jurnalnya yang berjudul Memancing: Budaya dan Nilai Kehidupan, memancing memiliki nilai-nilai kehidupan seperti bertawakkal, sabar, disiplin, melahirkan semangat baru, mempertajam fokus, menyegarkan pikiran maupun hati.
Memancing yang dilakukan bersama-sama dapat membuat mereka saling berbagi, tidak merasa kesepian, menghargai pendapat, sikap, dan budaya satu sama lain, sekaligus melestarikan kearifan lokal.
“Kegiatan memancing juga dapat terjadi pada keyakinan-keyakinan yang dianut dan dipandang mengandung unsur kepercayaan pada sisi sistem ilmu gaib dan sistem religi,” tulis Habibi.
Dia mencontohkan, seorang pemancing dapat memperhitungkan kondisi cuaca, arah angin, perbintangan, perhitungan bulan, dan waktu keberangkatan mereka. Kepercaan itu merupakan kearifan lokal dari nenek moyang nelayan, yang diyakini dapat memberikan keberuntungan dan memengaruhi hasil tangkapan.
Bertemu bambu absurd saat memancing
Sasak sendiri punya pengalaman gaib saat dirinya memancing ketika malam. Sejauh ini, dia belum pernah melihat makhluk halus di Kali Ngingas, Bantul. Namun, ada fenomena yang menurutnya tidak wajar ketika memancing di sungai daerah Sleman.
Pukul 18.00 WIB, Sasak dan temannya berangkat mencari sidat, yakni ikan sejenis belut. Sasak mau-mau saja diajak, karena merasa stres dan kesepian di rumah. Teman-temannya juga bilang, ada banyak ikan di sana saat malam.
Setibanya di sungai, mereka asyik memancing selama berjam-jam. Hingga sekitar pukul 01.00 WIB, suasana mendadak sepi. Teman Sasak tiba-tiba terdiam karena melihat pohon bambu di sekitar sungai berputar-putar. Tak lama kemudian, temannya ini lari terberit-berit meninggalkannya.
“Saya sebetulnya juga lihat, tiba-tiba bambu itu bergerak mutar-mutar padahal nggak ada angin,” ujar Sasak.
Namun, dia tidak takut meskipun menurutnya hal itu tidak wajar. Akan wajar jika bambu itu hanya bergoyang-goyang terkena angin. Sasak kemudian mencari tempat lain yang tidak jauh dari semula. Dia tetap melanjutkan kegiatan mancingnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Jika Pemancing Dimarahi Istri atau Ketemu Hantu, Ia Akan Tetap Memancing
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News