Lebihi Drama KKN, Kenangan Trauma Mahasiwa Bandung Magang Kuliah di Batam Malah Berakhir Nemu Mayat  

mahasiswa bandung magang kuliah di batam malah nemu mayat.MOJOK.CO

Ilustrasi magang kuliah di hotel (Mojok.co)

Menemukan mayat terapung saat magang kuliah di hotel berbentuk resort tepi pantai menjadi kenangan yang terlupakan bagi seorang mahasiswa asal kampus di Bandung. Ternyata, hal semacam itu bukan hal yang asing di kawasan hotel tersebut berdiri.

***

Hal itulah yang dialami oleh Woki, lelaki yang pernah menjalani magang di sebuah hotel wilayah Batam, Kepulauan Riau. Sampai sekarang, ia mengaku tak bisa melupakan momen-momen mendebarkan yang ia alami pada siang bolong tersebut.

Awal kisah, kuliah di Jurusan Perhotelan membuat Woki tidak perlu menjalani KKN. Masa akhir perkuliahan diwarnai dengan praktik kerja lapangan atau magang. Namun, kegiatan itu juga penuh keseruan.

“Dulu saya malah penginnya bisa ke Singapura atau Malaysia karena memang ada program untuk ke magang ke luar negeri. Tapi karena nggak kesampaian, akhirnya ke Batam. Setidaknya ke luar Pulau Jawa deh,” kenang lelaki 45 tahun ini.

Kejadian itu sebenarnya sudah terjadi pada 1999 silam. Namun, setiap detailnya tak pernah terlupakan di benak lelaki yang kini telah menetap dan bekerja kembali di Bandung.

Saat itu, ia magang kuliah di Batam bersama lima teman kampusnya. Mereka berangkat dengan penuh semangat. Apalagi saat di Batam, mereka bisa pergi ke Singapura dengan lebih mudah.

Saat magang kuliah di hotel Batam itu, Woki ditugaskan bersama satu temannya di bagian food and beverage (FnB) service. Dua temannya di bagian kitchen, dan satu lagi di front office.

“Dulu awal sampai Batam ya cukup terasa perbedaannya dengan Jawa. Tanahnya merah gambut. Terus Batam yang dulu jauh berbeda dengan sekarang, belum semaju saat ini,” tuturnya.

Kenangan magang kuliah nemu mayat mengambang di laut saat sedang mancing

Hotel tempatnya magang kuliah terletak di Nongsa, sebuah kawasan pesisir Batam. Jarak dari pusat kota cukup jauh.

Namun, pemandangan dan kenikmatan di tepi pantai jadi hiburan tersendiri baginya. Seperti saat ia bertugas pada suatu week day yang agak lengang.

“Kalau weekday kan agak lengang. Saya disuruh sama pegawai hotelnya buat istirahat di bawah aja siang-siang, nanti balik lagi menjelang sore,” ungkapnya.

Lelaki asal Bandung ini lantas berjalan ke halaman hotel. Lalu mendekat ke tepi pantai dengan banyak beton pemecah ombak.

Dari kejauhan, anak magang kuliah ini melihat seorang satpam hotel yang ia kenal sedang mancing di antara beton-beton pemecah ombak tersebut. Woki, lantas ikut mendekat karena ingin bersantai di tepian laut.

Saat duduk di bersama itulah, Woki merasa aneh. Ada bau bangkai cukup menyengat yang terbawa angin ke arah mereka.

“Saat coba aku tanyakan ke satpam ini, dia cuma anggap santai bahwa itu bangkai ikan besar atau anjing yang dibuang ke laut,” tuturnya.

Namun, aroma itu semakin kuat. Dan perlahan, terbawa oleh ombak, ada sebuah objek yang mengampung di permukaan laut.

“Saat lihat objek itu, satpamnya bilang kalau dugaannya benar bahwa itu adalah bangkai anjing,” kenangnya.

Sayangnya, ketika objek itu mendekat barulah terlihat bahwa ada pakaian yang dikenakan. Juga sesekali, kepalanya menyembul ke permukaan.

“Barulah kami sadar itu mayat. Satpamnya nyuruh saya untuk segera hubungi satpam yang lagi berjaga di depan,” ujarnya.

Jumlahnya tidak cuma satu

Woki ingat, ia langsung berlari kencang seperti tidak takut risiko jatuh di antara beton pemecah ombak yang curam. Sesampainya di pos satpam, anak magang kuliah ini langsung berkoordinasi dengan satpam lain untuk menghubungi pihak kepolisian.

“Wah repot banget kalau diingat, itu sampai saya disuruh bantu naikin mayatnya karena polisi kewalahan,” kelakarnya.

Beberapa waktu berselang, ternyata terkonfirmasi beberapa mayat lain di sepanjang pesisir wilayah tersebut. Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan penemuan itu. Namun, di beberapa titik pesisir Batam penemuan mayat memang berulang kali terjadi.

“Penyebabnya saat itu saya nggak tahu pasti tapi memang beberapa kali ada perahu penyeberangan TKI ilegal yang karam dan menyebabkan hal semacam itu,” tuturnya. Di pemberitaan media, setahun terakhir saja ada beberapa kasus penemuan mayat di pantai sekitar Batam.

Bertemu mayat-mayat lain di pekerjaan selanjutnya

Satu hal yang jelas, kejadian itu membuat Woki dan anak magang kuliah lain cukup merasa syok. Sampai-sampai, ia mengaku tidak mau makan ikan selama beberapa waktu setelah kejadian.

“Kalau makan ikan laut kan bayangannya ya mayat itu. Terima makan seadanya daripada makan ikan beberapa waktu itu,” kenangnya.

Hal yang tidak disangka, setelah selesai magang kuliah dan lulus dari kampusnya, Woki berkesempatan kerja di kapal pesiar. Di sana ia juga bertemu kembali dengan mayat-mayat lain.

“Soalnya saya kerjanya di coffin store,” tuturnya.

Coffin store adalah tempat penyimpanan mayat di kapal-kapal besar. Ketika ada penumpang atau awak kapal yang meninggal dan kapal masih jauh dari tempat bersandar maka mayatnya akan disimpan terlebih dahulu.

Hal yang pernah ia alami saat magang kuliah membuatnya tidak kaget lagi. Lebih-lebih, di coffin store lelaki asal Bandung ini juga tidak bersentuhan dengan mayat langsung. Hanya mengurus ruangnya, mayat sudah ada tim medis khusus yang menangani.

Kini, jauh setelah magang kuliah, kenangan itu tersimpan di benak Woki. Ia kini sudah kembali tinggal dan mengurus usaha di Bandung.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Aly Reza

BACA JUGA Sisi Gelap Pekerja Hotel di Jogja, Upah Murah hingga Rentan Pelecehan Seksual

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version