Hormat dan Patuh pada “Orang Tua”, Kunci Nafas Panjang STARCROSS sebagai Brand Legend Jogja

Ilustrasi - Hormat dan patuh sama orang tua jadi kunci nafas panjang STARCROSS sebagai brand clothing legend Jogja. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Usia panjang STARCROSS—brand clothing legendaris asal Jogja—ternyata tidak hanya tentang keberanian dan keliaran mengeksplorasi ide untuk dikreasi menjadi sebuah produk. Ada sisi sentimentil yang sang owner ungkap ketika Mojok bertamu di homebase STARCROSS di Jalan Elang Jawa No. 5A, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Selasa (23/9/2025).

STARCROSS: melintasi bintang-bintang, melintasi zaman

Starcross dirintis sejak 2004 mengusung tagline “Youth and Wild” (muda dan liar). Sasarannya memang anak-anak muda di rentang usia 15-25 tahun.

Nama STARCROSS muncul tanpa sengaja ketika Weimpy Adhari alias Tbonk/Tebong mendengarkan sebuah lagu berjudul sama. Namun, dari “starcross” itu ia menemukan energi besar dan bernafas panjang.

“Melintasi bintang-bintang (starcross) itu kan seperti kita melintasi mimpi-mimpi. Ada kepercayaan juga kalau lihat bintang melintas, terus kita bikin permohonan, maka akan mujur,” ungkap Tebong.

Siapa nyana, nama itu ternyata bena-benar memberi kemujuran bagi Tebong. Brand clothing yang ia rintis di Jogja itu bisa melintasi zaman. Sudah 21 tahun brand tersebut eksis di pasaran dan terus menemukan peminat baru.

Liar: ekspresi pendayagunaan anugerah bernama “akal”

Sering kali ketika mendengar kata “liar”, beberapa orang secara spontan langsung mengasosiasikannya dengan hal-hal di luar norma. Tapi, melalui STARCROSS, Tebong memberi narasi sebaliknya.

Bagi Tebong, liar dalam STARCROSS justru merupakan bentuk pendayagunaan anugerah Tuhan bernama “akal” secara maksimal. Manusia diberkahi akal untuk mengeksplorasi banyak ide. Dan dari situ lah ide-ide unik dan acap kali mind blowing muncul. Lahir pula lah produk-produk STARCROSS dengan sentuhan yang “tidak lazim”, tapi sayang kalau dilewatkan.

“Kami harus liar dalam kreativitas. Misalnya, kami sering bikin kaos dengan tabrakan warna. Kami juga sering bikin produk-produk di luar clothing. Hasilnya, ternyata banyak kok yang suka. Karena ada value “unik”. Value unik itu lahir dari keliaran,” jelas Tebong.

Selain produk clothing, beragam produk—yang mungkin tak kebayang bakal digarap STARCROSS—eh digarai. STARCROSS pernah membuat sekop, trashbag, motor, dan kolaborasi-kolaborasi berani lainnya.

Misalnya, pernah berkolaborasi membuat gitar dengan Maternal, membuat mangkok untuk Indomie, hingga kolaborasi dengan merek anggur merah (Orang Tua).

Hormat dan patuh pada orang tua: kunci nafas panjang STARCROSS

“Kolaborasi sama Orang Tua saya persembahkan ke orang tua saya,” ujar Tebong dengan tawa tergelak.

Awalnya saya mengira itu hanya candaan. Tapi ternyata Tebong serius perihal itu. Walaupun kolaborasi dengan merek anggur merah, tapi poin Tebong adalah pada “Orang Tua”.

Tebong sudah menempuh jalan panjang untuk sampai di titik sekarang. Atribusinya sebenarnya banyak. Bisnisnya di luar STARCROSS pun banyak.

Ia sebenarnya sudah layak juga disebut “pebisnis sukses”, walaupun ia berkali-kali merendah. “Saya aminkan saja. Salah satu yang bikin STARCROSS panjang kan berkat doa-doa baik semacam ini,” tuturnya dengan senyum.

Satu hal yang tidak akan pernah ia sangkal atas perjalanan hidupnya adalah peran orang tua di baliknya. Oleh karena itu, tagline “Hormat dan Patuh pada Orang Tua” dalam produk kolaborasinya itu memuat nilai amat sentimentil. Setidaknya bagi Tebong sendiri.

“Saya percaya, kalau anak bakti sama orang tua, pasti jalan hidupnya dipermudah. Doa orang tua, terutama ibu, itu manjur,” sambung Tebong.

Hormat dan patuh sama orang tua jadi kunci nafas panjang STARCROSS sebagai brand clothing legend Jogja MOJOK.CO
Hormat dan patuh sama orang tua jadi kunci nafas panjang STARCROSS sebagai brand clothing legend Jogja. (Aly Reza/Mojok.co)

Berdiri di garda paling depan untuk orang tua

Dulu semasa kita masih belum “menjadi apa-apa”, orang tua tak pernah absen bertanya setidaknya dua hal: “Sudah makan apa belum?” atau “Kamu kabarnya bagaimana?”. Terutama untuk anak-anak yang tengah menempuh jalannya sendiri di perantauan.

Dari situ, bakti paling sederhana yang Tebong lakukan adalah menjadi orang pertama yang memastikan, di masa tua orang tuanya, mereka tidak akan kelaparan. Juga bakti-bakti dalam wujud lain.

“Saya bersyukurnya mereka bangga saya sudah sejauh ini. Mereka juga lega bisa nganter saya hingga di titik ini,” beber Tebong.

Ia sempat terbata-bata saat bercerita. Kalau ngomongin orang tua, ia mengaku kerap kesulitan menyusun kata.

“Tapi intinya, saya akan selalu ada di garda paling depan kalau orang tua butuh apa-apa. Apalagi kan saya anak laki-laki sendiri. Dan saya, jujur saja, malah bersyukur punya tanggung jawab itu (tanggung jawab merawat dan memenuhi apa pun yang orang tua butuhkan),” tegasnya.

Karena bagi Tebong, tidak semestinya seorang anak merasa terbebani ketika mendapat tanggung jawab merawat orang tua di masa tua mereka. Sebab, sejatinya itu pun tidak akan pernah sepadan dengan apa yang pernah orang tua korbankan demi merawat anak-anaknya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Nekat Resign Kerja di Jakarta demi Rintis Usaha di Jogja, “Bisnis Rasa Nongkrong” Malah Hasilkan Omzet Besar dan Buka Tiga Cabang  atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

Exit mobile version