Penyebab Daerah Paliyan Jadi Penyumbang Stunting Tertinggi, Gunungkidul Konsisten Paling Parah di DIY

Ilustrasi ibu dan bayi (Mojok.co)

Daerah Paliyan, Gunungkidul menjadi penyumbang angka stunting tertinggi di DIY. Ada ratusan kasus di wilayah dengan jumlah penduduk sekitar 33 ribu jiwa ini pada semester pertama 2023 silam.

Tren DIY sebenarnya terus membaik dalam menurunkan angka prevalensi stunting. Periode 2018-2022, terjadi perunanan dari 21,46% menjadi 16,4%. Pada 2024, target yang sesuai dengan RPJMN adalah turun menjadi 14%.

Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengatakan penanganan stunting merupakan bagian dari reformasi pemberdayaan masyarakat di tingkat kalurahan. Prinsipnya inklusi sosial dengan tidak membiarkan ada yang tertinggal.

“Saya harapkan OPD, Kabupaten/Kota, Kalurahan, Kampus, stakeholder beserta masyarakat dapat mendukung upaya penurunan stunting sesuai perannya masing-masing,” ujar Sri Sultan beberapa waktu silam.

Sri Sultan menyebut, balita akan menjadi generasi penerus yang berkontribusi pada pembangunan serta mendapatkan manfaat dari pencapaian Indonesia Emas 2045 kelak. Oleh karena itu, pihaknya sedang mengupayakan penanganan stunting melalui berbagai program dan inovasi, serta mendapatkan masukan dan saran dari berbagai pihak.

Gunungkidul menjadi wilayah yang konsisten berada pada urutan teratas mengenai jumlah stunting di DIY. Jika angka rata-rata prevalensi DIY sudah berada di 16,4%, wilayah di Gunungkidul masih ada yang 24%. Kota Yogyakarta sendiri punya prevalensi terendah di angka 13,8%. Lebih rendah dari target provinsi DIY.

Pada semester pertama 2023 lalu, ada 4.700 kasus stunting di Gunungkidul. Angka tertingginya ada di Kapanewon Paliyan dengan 285 kasus. Sementara itu, angka terendah ada di Kapanewon Purwosari dengan 43 kasus.

“Namun, secara persentase Puskesmas Karangmojo II tertinggi dengan 24,23 persen dan Puskesmas Purwosari dengan 4,45 persen,” jelas Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawaty Senin (1/1/2024) melansir Radar Jogja.

Tingginya kasus stunting di Paliyan Gunungkidul menunjukkan kesenjangan nyata

Secara umum, DIY sebenarnya punya angka prevalensi stunting yang rendah di antara provinsi lain di Indonesia. Namun, beberapa waktu silam Anggota DPR RI Komisi XIII, My Esti Wijayati pernah menyoroti kesenjangan prevalensi stunting di DIY. Menurutnya, data yang ada menunjukkan bahwa jarak antara satu wilayah dengan wilayah lain di DIY begitu jauh.

“Artinya ada kesenjangan cukup tinggi,” ungkapnya pada Seminar Akbar Gerak Bidan Cegah Stunting di Sleman Februari 2023 silam.

Esti menambahkan, tingginya angka stunting di Gunungkidul merupakan imbas dari tingkat kemiskinan masyarakat. Kondisi itu membuat masyarakat tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai gizi sehat dan pola asuh ideal bagi anak.

“Kita punya kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka bidan dan pendamping kekuarga menjadi tonggak kuat yang harapannya menyangga di luar sektor pendidikan formal untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberi gizi dan pola asuh tepat,” paparnya melansir Harian Jogja.

makanan sehat untuk stunting.MOJOK.CO
Ilustrasi. Perlu pemenuhan gizi untuk mencegah stunting (Anna Pelzer/Unsplash)

Pada 2023, BPS mencatat angka kemiskinan di Gunungkidul sebesar 15,60% atau sebanyak 122.240 jiwa. Angka ini sebenarnya menurun sebesar 1,83% dari tahun 2022.

Paliyan yang jadi sorotan merupakan wilayah yang terdiri dari 7 desa dengan 50 padukuhan. Letak wilayah seluas 50 kilometer persegi ini berada 15 kilometer sebelah barat daya Kota Wonosari.

Sebagai informasi, menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Perlu diketahui, tidak semua balita yang pendek tergolong stunting. Namun, mereka yang terdeteksi stunting sudah pasti memiliki tinggi badan yang pendek di bawah rata-rata.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Saat Wisatawan di Jogja Kewalahan Hadapi Pengemis dan Pengamen yang Mengintimidasi

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version