Bertahun-tahun Tinggal di Sewon Bantul Bikin Paham Dunia Gelap Mahasiswa ISI Jogja, Warga sampai Pasrah

sewon bantul saksi hidup mahasiswa ISI Jogja.MOJOK.CO

Ilustrasi Sewon Bantul (Ega/Mojok.co)

Sewon Bantul, sebuah daerah di selatan Jogja jadi lokasi beberapa kampus berdiri. Terbesar ada ISI Jogja. Namun, ada juga beberapa kampus swasta seperti Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan (STTKD).

Mahasiswa-mahasiswa dari kampus-kampus di Sewon Bantul itu mewarnai kehidupan masyarakatnya. Fansuri (33) misalnya, alumnus ISI Jogja ini bercerita bahwa di perkampungan padat kos-kosan, mahasiswa cukup berbaur dengan masyarakat. Setidaknya, berdasarkan pengalamannya tinggal di Sewon Bantul pada kurun 2009-2016.

Ketimbang beberapa daerah kampus di Jogja atau Sleman, Sewon Bantul relatif belum terlalu padat. Di sekitar perkampungan masih banyak persawahan.

Ia ingat, dulu setiap acara 17-an bahkan banyak mahasiswa ISI Jogja yang ikut jadi panitia acara di kampung. Mulai menjadi pembawa acara hingga peserta yang menyemarakkan lomba-lomba.

“Kalau jadi MC juga bawaannya ya lucu-lucuan gitu. Lepas banget, khas anak ISI,” kenangnya saat Mojok wawancarai Jumat (21/6/2024).

Namun, ada juga sisi lain dari berbaurnya mahasiswa dengan masyarakat sekitar Sewon Bantul. Pada hajatan 17-an itu saja, kadang ada cerita unik.

Menurut Fansuri, sudah jadi rahasia umum bahwa sebagian kalangan mahasiswa ISI Jogja gemar mabuk-mabukan. Dan hal itu juga tercermin saat kegiatan bersama warga.

“Pernah itu ada lomba-lomba di kampung, pas main sebagian temanku itu ya paginya habis mabuk. Jadi ikut lomba main bola sambil ketawa-ketawa nggak jelas,” katanya.

“Bahkan sampai anak-anak itu paham dan tanya, ‘habis mabuk po Mas?’,” imbuhnya tertawa.

Kos yang penuh cerita kelam perantau dan mahasiswa ISI Jogja

Kisah lain datang dari Bagas (25) yang dulu tinggal di Sewon Bantul pada 2016-2021. Bagas bercerita bahwa di kos-kos sekitar ISI Jogja banyak cerita yang tak pernah bisa ia lupakan.

Bagas (25) awalnya hanya berencana untuk mencari kos pria biasa saja seusai registrasi sebagai mahasiswa baru ISI Jogja. Setelah menyelesaikan urusan administrasi di kampus, ia langsung berkeliling ke daerah sekitar di Sewon Bantul.

Bahkan, saat itu ia mencari berkeliling ditemani ibunya. Sehingga, tidak mungkin mereka hendak mencari kos campur antara laki-laki dan perempuan.

Setelah berkeliling sesaat, setelah masuk ke dalam area perkampungan Sewon Bantul mereka menemukan sebuah bangunan yang tampak meyakinkan. Bangunannya masih tampak baru pada 2016 silam. Lokasinya juga terasa tenang. Di depannya terhampar persawahan.

“Nggak terpikir sama sekali bahwa itu kos campur, apalagi yang benar-benar bebas. Soalnya memang pemiliknya punya dua kos, satu dilabeli kos putra dan satunya dilabeli kos putri. Keduanya masih di daerah Sewon,” kata dia.

Ternyata setelah tinggal di sana ia mendapati fakta bahwa yang tinggal itu campur antara laki-laki dan perempuan. Bahkan ada pasangan yang menetap bersama secara penuh waktu.

Baca halaman selanjutnya…

Kisah tragis penghuni kos di Sewon Bantul

Namun, ia memutuskan untuk tetap menempatinya lantaran harganya yang terjangkau. Hanya Rp450 ribu per bulan. Ditambah lagi, meski awalnya agak syok, di kemudian hari ia memanfaatkan kebebasan kos tersebut.

Kisah tragis penghuni kos di Sewon Bantul

Di lantai atas, di antara kamar miliknya dan seorang teman, ada sebuah kamar yang menyimpan cerita unik. Pada masa awal ia tinggal di sana, kamar itu ditempati oleh seorang perempuan. Jarang ia melihat perempuan itu membawa pasangan atau lawan jenis.

Namun, beberapa waktu berselang perempuan itu pergi. Penghuni selanjutnya adalah pasangan laki-laki dan perempuan. Bagas mengaku tak tahu apakah itu pasangan suami istri atau bukan. Hal yang ia risaukan bukan perkara itu.

“Kalau malam itu kayak sering ada suara aneh-aneh. Kadang tangisan, kadang suara saling teriak, kadang rintihan,” paparnya.

Ia sempat khawatir kalau itu merupakan peristiwa kekerasan atau KDRT. Namun, ia mengurungkan diri untuk bertindak lantaran tidak ada permintaan tolong.

“Kalau kasus yang kamar sebelahku itu sepertinya bukan mahasiswa ISI Jogja,” kata dia.

Namun, selain pasangan itu, ada beberapa mahasiswa ISI Jogja yang tinggal di kos tersebut. Memanfaatkan kebebasan demi leluasa membawa pasangan untuk bermalam.

Bahkan, ia pernah kepergok warga saat hendak membawa pacarnya ke kos. Alih-alih dilarang, seorang warga itu mengingatkan agar hati-hati.

“Jangan terlalu sering di luar kamar mbaknya biar nggak kelihatan,” kata Bagas menirukan warga tersebut.

Menurutnya, warga Sewon Bantul sudah cukup mafhum dengan warna-warni kehidupan mahasiswa ISI Jogja. Mahasiswa yang ketika kampusnya kebanjiran justru menyikapinya dengan bermain papan selancar dan berenang.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Masih Pantaskah Sewon Bantul Menyandang Sebutan Sewonderland?

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version