Perdebatan soal Kecamatan Colomadu memang selalu menarik. Secara geografis, ia lebih dekat ke Boyolali, Sukoharjo, maupun Solo. Bahkan kalau melihat peta, sekilas wilayahnya masuk kawasan Solo bagian timur. Namun, secara administratif ia masuk Kabupaten Karanganyar.
Nah, itulah letak membingungkannya: ia terdaftar sebagai salah satu kecamatan di Karanganyar, tapi letaknya terpisah dari Karanganyar itu sendiri.
“Loh, baru tahu kalau rumah pensiun Jokowi itu di Karanganyar, bukan di Solo,” ucap salah satu netizen saat mengetahui eks presiden RI itu membangun rumah di Kecamatan Colomadu.
“Mjb. Tapi bukannya Colomadu itu Solo ya? Kok dibilang Karanganyar?,” sambung netizen yang lain.
Kalau nggak buka Google, nggak bakal tahu letak Colomadu
Soal kebingungan netizen tadi, saya sendiri pernah mengalaminya. Pada awal 2023 lalu, saya bersama kawan-kawan menghadiri sebuah konser musik keras di De Tjolomadoe.
Di sana kami bertemu seorang kawan, Ananda (27), yang merupakan anak kampung sini alias akamsi Kecamatan Colomadu.
Dalam pertemuan itu, saya nyeletuk: “Keren ya Solo, opsi venue konser musiknya banyak. Nggak kayak Jogja yang itu-itu aja. De Tjolomadoe ini underrated banget ya di Solo.”
Tiba-tiba, Ananda yang merupakan akamsi Colomadu menjawabnya dengan bantahan: “Lho, De Tjolomadoe itu Karanganyar, bukan Solo.”
Perdebatan sengit terjadi. Saya, yang merupakan juara cerdas cermat Geografi tingkat kabupaten saat SD dan SMP, merasa kesenggol egonya. Dengan penuh ketidaktahuan, saya terus membantah sanggahan kawan saya itu.
Sampai pada akhirnya, saya curi-curi membuka ponsel dan browsing “Kecamatan Colomadu” di Google. Benar saja, mesin pencarian menunjukkan kalau kecamatan ini masuk Karanganyar.
Saya yang mampu menghafal nama-nama ibu kota negara di dunia serta letak-letaknya–bahkan dengan mata tertutup–seketika merasa menjadi dungu.
Kalau jelek masuk Karanganyar, kalau baik diklaim Solo
Untungnya, saya tak merasa dungu sendirian. Tokoh-tokoh besar, banyak kok yang kegocek soal lokasi Kecamatan Colomadu. Ya, mereka tahunya kecamatan ini masuk kawasan Solo, bukan Karanganyar.
Sebagai misal, Jerinx, penggebuk drum Superman Is Dead (SID). Pada Juli 2023 lalu, SID punya jadwal manggung di De Tjolomadoe, Colomadu. Sayangnya, konser itu batal karena EO belum melunasi pembayaran ke vendor–dan berujung ricuh: panggung dirobohkan, dibakar, dijarah.
Kejadian ini menjadi perhatian publik. Jerinx SID, yang merasa dirugikan, seketika meminta pertanggungjawaban kepada Gibran Rakabuming Raka. Saat itu Gibran menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Gibran pun dengan tengil menjawab: “Colomadu itu bukan Solo. Silakan laporkan ke bupati terkait.” Jawaban template ini juga kerap dipakai Gibran untuk membalas laporan netizen seputar, misalnya, jalan rusak, kriminalitas, ataupun hal-hal buruk yang terjadi di Colomadu.
Colomadu itu bukan solo. Silahkan laporkan ke bupati terkait https://t.co/yslqgMqj0d
— Gibran Rakabuming (@gibran_tweet) August 21, 2023
Sebagai orang asli Colomadu, Ananda sendiri tak asing dengan kebingungan netizen maupun respons Gibran.
“Orang kayak Gibran itu banyak. Kalau jelek, bilangnya Colomadu itu masuk Karanganyar. Giliran muncul bagus-bagusnya, diklaim masuk wilayah Solo. Kan lucu,” ucapnya.
“Sebelum ada konser rusuh kan di Colomadu ada festival yang sukses. Nah, itu Gibran berkicaunya tanpa ampun, muji-muji acara seolah kecamatan ini masuk daerah dia.”
Orang tahunya Karanganyar cuma Tawangmangu dan Gunung Lawu
Ananda mewajari kebingungan orang-orang soal tempat tinggalnya. Bagaimana tidak, selama ini orang tahunya Karanganyar itu adalah kota wisata.
Padahal, wisata di Karanganyar kebanyakan berpusat di kawasan bagian timur. Di sana, terdapat tempat-tempat kondang macam Kecamatan Tawangmangu dan Gunung Lawu.
“Karanganyar itu luas. Tapi orang tahunya cuma yang bagian timur soalnya ada Tawangmangu, Lawu. Sampai lupa kalau ada tempat nyempil, banyak pabrik, panas, macam Kecamatan Colomadu,” jelasnya.
Ditambah, lokasinya sendiri juga terpisah dari Kabupaten Karanganyar. Ia bahkan mengaku sepanjang hidupnya lebih banyak menghabiskan waktu di Solo dan Sukoharjo ketimbang Karanganyar. Baik untuk kuliah, kerja, maupun mencari hiburan.
Colomadu, satu-satu eksklave di Pulau Jawa
Menurut dosen Sejarah Universitas Negeri Semarang (Unnes), Wasino, kata Colomadu berarti “gunung madu”. Nama ini tak terlepas dari eksistensi suikerfabriek alias Pabrik Gula (PG) Tjolomadoe yang dibangun oleh Mangkunegaran sejak 1861.
Dijelaskan oleh Wasino, dulu wilayah kekuasaan Mangkunegaran mencakup seluruh Soloraya. Antara lain Surakarta, Wonogiri, termasuk Karanganyar, dan beberapa kawasan Gunungkidul.
Sejak awal, Kecamatan Colomadu memang masuk kawasan Karanganyar. Dulu bernama Malangjiwan dan berada di bawah kekuasaan Mangkunegaran.
Saat Mangkunegaran menyerahkan wilayah mereka kepada pemerintah Republik Indonesia pada 1947, nama Malangjiwan berubah berubah menjadi Colomadu, terinspirasi dari PG Tjolomadoe.
Kecamatan Colomadu juga merupakan satu-satu eksklave di Pulau Jawa. Eksklave sendiri merupakan bagian dari suatu wilayah yang secara geografis terpisahkan dari wilayah utamanya. Selain Colomadu, contoh lain eksklave adalah Kabupaten Bima di NTB, Donggala di Sulawesi Tengah, Kabupaten Luwu dan Takalar di Sulawesi Selatan.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Menganti Gresik bikin Pusing: Tak Mau Disebut Gresik, Tapi kalau Ngaku-ngaku Surabaya Banyak yang Tak Terima atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.