Kawasan SCBD Jogja Bukan Perkantoran Elite tapi Tempat Para Perantau Bakar Duit, Cari Kebebasan, dan Kesenangan

scbd jogja.MOJOK.CO

Ilustrasi Seturan, episentrum area yang disebut SCBD Jogja (Mojok.co)

Sudirman Central Business District (SCBD) memang terletak di Jakarta. Namun, di Jogja, ada juga kawasan yang diidentikkan dengan lokasi itu. Alih-alih jadi pusat perkantoran elite, SCBD Jogja terkenal sebagai daerah penuh pusat tongkrongan hingga hiburan malam.

***

Di Jogja, kawasan SCBD merujuk pada Seturan, Condongcatur, Babarsari, Depok.  Sebenarnya, semua kawasan itu merujuk pada satu daerah yakni Kecamatan Depok, Sleman. Sebuah kecamatan dengan perputaran ekonomi yang kencang. Ada pula versi lain yang menyebut kawasan “D” sebagai daerah Demangan, Kota Yogyakarta.

Di Kecamatan Depok tersebut, setidaknya ada 24 perguruan tinggi berdiri. Jadi magnet bagi pendatang yang kemudian mewarnai kehidupan kawasan SCBD Jogja.

Selanjutnya, Seturan, merupakan nama sebuah padukuhan yang letaknya di Kelurahan Condongcatur. Jalan Seturan, merupakan salah satu jalan padat yang di pinggirnya berjajar beragam coffee shop ternama, gerai-gerai pakaian dan fesyen, hingga tempat hiburan malam.

Salah satu sudut Jalan Seturan (Hammam/Mojok.co)

Ada pun, Babarsari, tidak jauh berbeda dengan Seturan. Statusnya merupakan padukuhan yang berada di kawasan administrasi Kelurahan Caturtunggal. Bedanya, di antara kawasan dalam SCBD lain, Babarsari kerap dikonotasikan agak “gelap” lantaran tempat hiburan malam, karaoke, hingga rekam jejak kriminalitas dan kerasan.

Saya pernah meliput potret Babarsari setelah terjadi bentrok antarkelompok pada 2022 silam. Suasananya cukup mencekam, beberapa kios pertokoan berantakan dengan kaca-kaca jendela yang pecah berserakan. Hal-hal itulah yang mewarnai corak Babarsari.

Kehidupan di SCBD Jogja yang mendorong jadi konsumtif

Sebenarnya, penyebutan SCBD Jogja untuk kawasan Seturan, Condongcatur, Babarsari, dan Depok hanyalah tren ungkapan yang kerap muncul di media sosial. Namun, memang kawasan tersebut punya corak menarik sebagai pusat kehidupan dan hiburan muda-mudi di Jogja.

Andre (24), seorang mahasiswa semester akhir di UPN Jogja bercerita kalau tinggal di kawasan SCBD Jogja membuatnya tak pernah sulit untuk cari hiburan. Ia tinggal di dekat Jalan Wahid Hasyim, persis di sisi barat Seturan sejak lima tahun silam.

“Dulu pernah tinggal di daerah lain, di sekitar Terminal Jombor, setelah pindah ke Seturan memang kerasa banget sih bedanya,” ujarnya.

“Walaupun penyebutan SCBD itu cuma candaan di media sosial, tapi bagiku kawasan ini sisi uniknya memang fasilitas hiburan anak muda yang agak lebih banyak dari titik lain di Jogja,” sambung dia.

Area perkantoran elite mungkin tidak akan dijumpai saat mengitari kawasan SCBD Jogja. Beda dengan situasi yang ada di Jakarta. Namun, budaya-budaya dari ibukota, menurut Andre, terbawa dari para pendatang yang memadati kawasan ini.

“Kantor mungkin nggak terlalu banyak tapi banyak juga pekerja yang mengandalkan coffee shop sebagai kantor,” katanya.

Salah satu hal lagi, yang ia rasakan kalau nongkrong di kawasan SCBD Jogja, adalah penampilan orang-orangnya yang fashionable. Ia, kemudian menjadi terdorong untuk menyesuaikan gaya hidup sesuai dengan lingkungannya.

Baca halaman selanjutnya…

Coffee shop “skena” ruang unjuk gigi hingga kos bebas yang menjamur

Coffee shop “skena” di Seturan Raya

Apa yang Andre rasakan saat nongkrong di kawasan SCBD Jogja, khususnya Seturan, sebenarnya sudah kerap jadi buah bibir di media sosial. Julukan “coffee shop skena” kerap melekat ke sejumlah tempat di sekitar sana. Bahkan, fenomena itu juga jadi bahan penelitian.

Salah satunya dalam penelitian karya Wanda Alifa Ramadhani berjudul Kontruksi Identitas Teritorial Pada Coffee Shop Wilayah Seturan . Beberapa coffee shop yang mendapat label “skena” di antaranya Jokopi hingga UD Mitra. Coffee shop kedua, adalah salah satu objek dalam penelitian tersebut.

Pada penelitian tersebut, pemilik UD Mitra, Yudha, menerangkan bahwa sebenarnya awal mula coffee shop ini tidak terencana untuk membentuk segmen pelanggan tertentu. Ia hanya berangkat dari keinginan membuat tempat yang nyaman dengan latarbelakangnya yang dekat dengan komunitas fesyen hingga sepeda.

Pada akhirnya, pelanggan perlahan datang meramaikan karena merasa cocok dengan kedainya. Kebanyakan memang punya corak gaya hidup dan fesyen yang beririsan dengan latarbelakang pemiliknya.

“Yudha mengakui bahwa coffee shop yang dimilikinya berbasis komunitas dan berdiri berkat bantuan teman-teman dari komunitasnya, terutama pada awal pendirian sehingga dapat dikenal luas oleh banyak orang hingga saat ini. Yudha memang tidak secara langsung bergabung dengan komunitas skena, namun komunitasnya seperti komunitas desain, fotografi, dan sepeda merupakan basis-basis komunitas yang dekat dengan gaya hidup hipster a la skena,” tulis Wanda pada penelitian itu.

Kendati begitu, peneliti menyimpulkan bahwa keberadaan coffee shop “skena” ini tidak serta merta membuat semua kedai di Seturan dan sekitarnya memiliki corak serupa. Namun, temuan menunjukkan bahwa di beberapa lokasi, ada karakter gaya berpakaian yang khas pada para pelanggan yang datang.

Selain soal gaya saat nongkrong, salah satu yang identik dengan kawasan SCBD Jogja adalah kos bebas dan eksklusif. Untuk kategori yang sangat bebas, orang menyebutnya dengan istilah kos LV.

SCBD Jogja tempat menjamurnya kos bebas dan eksklusif

Kampus Kost Management, sebuah usaha pengelolaan kos di Jogja yang bermarkas di Jalan Perumnas, Sleman. Usaha ini mengelola sekitar 100 kos yang tersebar di berbagai wilayah DIY.

Pihak Kampus Kost yang saya jumpai, Nova Kartika, mengaku 50 persen dari kos yang mereka kelola saat ini tergolong kos eksklusif. Mayoritas tersebar di sekitar sejumlah perguruan tinggi seperti UGM, UNY, Atma Jaya, UPN, hingga Sanatha Dharma. Kampus-kampus tersebut, semuanya terletak di Kecamatan Depok. Dua di antaranya, yakni UPN dan Atma Jaya lebih spesifik lagi berada di Seturan dan Babarsari.

“Jadi kami punya unit kos juga. Tapi kebanyakan kita mengelola dari pemilik yang nggak punya waktu untuk mengurus,” paparnya.

Nova menjelaskan, secara definisi, sebuah kos disebut eksklusif jika memiliki fasilitas yang lengkap. Mulai dari kasur, lemari, ac, water heater, dan fasilitas kamar mandi dalam. Untuk aturan, menurut Nova, sebenarnya kos eksklusif tidak selalu bebas layaknya kos lv.

Beberapa aturan umum kos di Jogja di antaranya; sopan yakni ada jam malam dan lawan jenis tidak boleh masuk ke kamar; bebas sopan yakni tanpa jam malam namun kunjungan lawan jenis ke kamar dibatasi hingga waktu tertentu; hingga kos dengan predikat lv.

“Tapi semakin tinggi harga, memang keleluasaan penyewa  tambah tinggi. Kos bebas banyak di harga segitu,” paparnya.

Nova menjelaskan kalau kos eksklusif biasanya terpisah dengan induk semang. Keberadaan penjaga juga fokus untuk mengurusi keamanan saja. “Peraturan mungkin ada. Tapi ya praktiknya bebas. Pemilik nggak bisa memantau langsung. Kebanyakan juga dari luar kota pemiliknya,” jelasnya.

Meski berbeda dengan SCBD sesungguhnya di Jakarta, nyatanya, kawasan di Jogja tidak kalah gemerlap. Dengan cara yang berbeda.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Kerja di SCBD Jakarta Mengubah Hidup Lulusan Kampus Jogja, Gaji Besar tapi Makian Atasan Bikin Rutin ke Psikolog

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version