Orang-orang yang Berat Meninggalkan Jogja di Gerbong KA Jaka Tingkir Menuju Jakarta

ka jaka tingkir solo jogja jakarta.MOJOK.CO

Ilustrasi KA Jaka Tingkir (Ega/Mojok.co)

Di dalam gerbong-gerbong KA Jaka Tingkir yang bergerak tengah malam dari Solo melewati Jogja menuju Jakarta, ada para pekerja yang berat meninggalkan kampung halaman. Mereka yang memilih keberangkatan kereta tengah malam demi bisa lebih lama di kota asal.

Stasiun Lempuyangan cukup lengang ketika KA Jaka Tingkir datang dari arah timur, sekitar pukul 23.50. Di peron, orang-orang sudah bersiap. Sekilas, saat saya juga hendak menaiki kereta itu pada Selasa (27/8/2024) dini hari, banyak di antara mereka yang tak membawa tas-tas besar. Hanya ransel sedang dengan kantong belanjaan.

Buat saya, KA Jaka Tingkir adalah pilihan ketika ingin tak terlalu cepat sampai Jakarta. Kereta tiba di Stasiun Pasar Senen sekitar pukul 07.30. Waktu ketika kota besar itu mulai bergeliat. Para pekerja mulai memadati jalanan.

Bagi pekerja yang masuk kantor jam 9, KA Jaka Tingkir adalah pilihan ideal. Masih ada waktu untuk menempuh perjalanan sampai ke kantor tepat waktu. Itulah alasan saya memilihnya ketika sering ada keperluan di Jakarta sepanjang Agustus 2024 lalu.

Sampai Jakarta langsung kerja

Namun, bagi yang kantornya memulai jam kerja lebih dini, KA Jaka Tingkir tak jadi pilihan tepat. Ghaza (25) salah satunya, pemuda asal Jogja yang bekerja di Depok ini biasanya memilih naik KA Bogowonto atau Singasari ketika hendak kembali melawat ke arah barat. Kedua KA itu berangkat lebih dini dari Jaka Tingkir. Cocok untuk Ghaza yang jam kerjanya mulai pukul 08.30.

“Aku selalu pulang ke Bantul setiap bulan. Ketika balik ke Jakarta, pilihannya pasti selalu kereta yang berangkat di Minggu malam supaya bisa lebih lama di rumah,” ujar Ghaza saat saya ajak berbincang Rabu (4/9/2024).

Namun, ketika sedang kehabisan tiket, Jaka Tingkir tetap jadi pilihan. KA ekonomi premium yang fasilitasnya cukup bisa membuat Ghaza tidur nyenyak sepanjang perjalanan.

Kereta yang namanya diambil dari sosok raja Kerajaan Pajang ini melayani rute Purwosari-Pasar Senen. Tiketnya seharga Rp300 ribu.

KA ini mulai beroperasi sejak 2013 silam dengan titik keberangkatan dari Stasiun Solo Jebres. Kini, titik keberangkatannya telah beralih menjadi Stasiun Purwosari.

Pembaruan KA Jaka Tingkir

Kereta api Jaka Tingkir diluncurkan untuk membantu pengoperasian kereta api Progo, Gajah Wong, Bogowonto, dan Mataram Premium yang memiliki lintasan yang sama. Pasalnya, kebutuhan di rute Solo-Jakarta cukup tinggi.

Buat penumpang seperti Ghaza, meski jadwal tiba KA Jaka Tingkir cukup mepet dengan jam masuk kerja, kereta ini dipilih karena kenyamanannya. Apalagi, terbaru PT KAI telah memodifikasi Jaka Tingkir dengan trainset ekonomi new generation per 26 Juli 2024.

Kursinya yang berwarna biru itu telah menggunakan bantalan sandaran dengan lekukan yang menyesuaikan punggung. Lebih nyaman untuk diduduki.

VP Public Relations KAI Anne Purba mengatakan, upgrade kereta kelas ekonomi tersebut menggantikan jenis kursi berhadapan menjadi kereta ekonomi new generation versi modifikasi dengan 72 tempat duduk.

Kursi pada kereta ekonomi new generation sudah berjenis captain seat  yang akan meningkatkan kenyamanan pelanggan dengan waktu tempuh yang panjang, karena memiliki desain kursi yang ergonomis dilengkapi fitur pengatur kemiringan (reclining) dan bisa disesuaikan searah laju KA ataupun berhadapan (revolving).

“Peningkatan pelayanan pada KA kelas ekonomi ini adalah wujud komitmen KAI dalam mendengarkan kebutuhan dan masukan dari para pelanggan, untuk dapat terus meningkatkan pelayanan dan customer experience. Sehingga tetap relevan dan adaptif dengan perkembangan zaman dan profil pelanggan ” kata Anne melansir laman resmi KAI.

Selain pada kursi, kereta ekonomi new generation versi modifikasi ini  juga dilakukan pada interior kereta dengan ditambahkan Public Information Display System (PIDS) yang dapat menampilkan jam dan suhu di dalam kabin kereta.

“Terakhir naik KA Jaka Tingkir jadi kaget. Pembaruannya memang bikin nyaman,” ujar Ghaza.

Terlepas dari modifikasi gerbong itu, setiap kereta malam menuju Jakarta penuh penumpang yang siap melanjutkan laju hidup yang kencang. Setelah mengambil jeda sejenak di tenangnya Solo atau pun Jogja.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Aly Reza

BACA JUGA KA Bengawan Penyelamat Perantau Jogja-Jakarta yang Pas-pasan, Kereta “Gaib” Modal 74 Ribu yang Bikin Pegal Sepanjang Jalan

Exit mobile version