Kereta Api (KA) Bengawan jadi kereta paling ekonomis bagi orang yang bepergian dari Solo, Jogja, hingga Jakarta dan sebaliknya. Saking murahnya, kerap dijuluki kereta gaib.
Julukan itu, baru pernah saya dengar saat sedang ada urusan di Jakarta pada akhir Juli 2024 silam. Ketika saya mengeluhkan banyaknya duit yang keluar selama tiga hari di Jakarta selama, seorang teman berseloroh, “Baliknya naik KA Bengawan saja. Murah, tapi ya agak gaib sih.”
Bukan tanpa alasan, belakangan ini nyaris mustahil dapat tiket KA Bengawan jika memesannya kurang dari satu minggu sebelum jadwal keberangkatan. Tiketnya selalu ludes sejak jauh-jauh hari.
Pada Kamis (15/8/2024) sore ini misalnya, saya mencoba mengecek jadwal KA Bengawan dari Stasiun Lempuyangan menuju Stasiun Pasar Senen untuk 31 Agustus 2024 mendatang. Ternyata tiketnya sudah habis terjual. Padahal, masih setengah bulan lagi.
Riwayat KA Bengawan jadi andalan bepergian antara Jakarta, Solo, Jogja
Kereta ini memang jadi andalan bagi mereka yang ingin bepergian dengan kantong pas-pasan. Berangkat dari Stasiun Purwosari Solo dengan tujuan akhir Stasiun Pasar Senen Jakarta.
KA Bengawan diperkirakan mulai beroperasi sejak 1994 silam. Hingga saat ini terus menjadi kelas ekonomi termurah di rute tersebut. Meski durasi tempunya cukup jauh. Dari Solo hingga Jakarta menghabiskan waktu sekitar 9 jam 28 menit.
Perempuan asal Jakarta, Aulia (23) mengaku dulu sempat beberapa kali naik kereta ekonomi ini. Pengalaman perjalanan jauhnya dengan kereta diawali lewat KA Bengawan.
“Alasannya ya apalagi kalau bukan karena murah,” kelakarnya kepada Mojok, Kamis (15/8/2024).
Setidaknya, sekitar lima kali ia pernah menaiki kereta tersebut. Dulu, ia juga belum punya banyak pengetahuan mengenai KA lain yang menarik. Sehingga, terus memakai jenis ini.
Menurutnya, dulu membeli tiket KA Bengawan belum sesulit sekarang. Ia ingat, pada 2019, ia sering membeli tiketnya seminggu sebelum perjalanan. Masih ada kursi tersedia. Walaupun jika pergi dengan rombongan harus rela berpisah gerbong.
Baca halaman selanjutnya…
Kudu siap pegal, jangan harap nyenyak tidur saat malam, banyak tangisan
Harus rela pegal-pegal
Naik kereta seharga Rp74 ribu, Aulia maklum jika harus mendapatkan fasilitas yang serba terbatas. Kursinya tegak, jarak antar kursi juga sempit sehingga kaki tak bisa leluasa bergerak.
“Pastinya capek sih. Pegel semua badan tapi ya gimana lagi orang harganya memang murah,” ujarnya.
Belum lagi, mengingat gerbong selalu ramai, sulit untuk beristirahat dengan nyaman ketika perjalanan malam. Sepengalaman Aulia, ia kerap harus rela terbangun dari tidur singkat karena kebisingan penumpang. Karena ada bayi yang menangis misalnya.
Semua hal itu ia maklumi lantaran demi menghemat ongkos perjalanan. Apalagi, buatnya naik bus bukan pilihan yang cocok bagi dirinya.
“Nggak tahu ya, sama orang tua itu nggak boleh naik bus karena dianggap nggak aman. Akhirnya ya awal-awal naik KA Bengawan terus,” kata dia.
Sepanjang masa kuliah, hingga setahun kerja di Jogja, ia mengaku hanya satu kali naik bus dari Jakarta ke Jogja. Sisanya mengandalkan moda transportasi dari PT KAI.
Pindah ke KA lain setelah paham dan ekonomi berkembang
“Setelah pandemi aku nggak pernah lagi naik KA Bengawan,” ujarnya.
Alasannya sederhana saja, pasalnya ia sudah mulai paham berbagai jenis kereta. Ada juga kereta sesama ekonomi, yang meski sedikit agak lebih mahal tapi fasilitasnya lebih nyaman.
Terlebih, setelah bekerja ia mulai punya uang sendiri sehingga bisa keluar kocek lebih banyak untuk urusan kenyamanan transportasi. Kendati begitu, pilihannya untuk bepergian jauh memang tetap pakai kereta.
Namun, di balik itu semua KA Bengawan terus eksis menjadi salah satu andalan bagi para penumpang setia moda transportasi kereta. Menempuh jarak hingga 560 kilometer dari Purwosari hingga Pasar Senen dengan durasi lebih dari sembilan jam bukan jadi penghalang bagi mereka yang butuh hemat.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Aly Reza