Mahasiswa UII dan Amikom Jadi “Langganan” ke Bengkel, Gara-gara Jalan Ringin Raya Sleman Rusak Parah Menahun

Ilustrasi jalan rusak (Ega/Mojok.co)

Jalan Ringin Raya Condongcatur Sleman, sebuah jalan dengan panjang tak sampai satu kilometer di utara Universitas Amikom Jogja yang kondisinya menyulitkan pengendara. Bukan hanya Universitas Amikom, mahasiswa UII Fakultas Ekonomi dan UPN Jogja juga kerap mengeluhkan jalan ini.

Mojok berulang kali melakukan di Jalan Ringin Raya. Jalan yang cukup sempit ini diapit oleh deretan pertokoan dan bangunan kos.

Saat hujan deras, biasanya luapan air dari selokan di sekitar menggenangi Jalan Ringin Raya. Ruas jalan ini memang berada di atas gorong-gorong. Sehingga, alih-alih aspal mulus, permukaan dipenuhi drainase yang tidak rata dan membuat pengalaman berkendara tak nyaman.

Aliran air di atas jalan saat hujan deras juga kerap membahayakan. Pasalnya, terdapat banyak lubang. Bahkan, beberapa waktu lalu ada titik drainase yang amblas yang saat hujan tak terlihat sehingga harus diberi penanda khusus.

jalan ringin raya dekat upn jogja dan amikom dari sisi barat.MOJOK.CO
Arah menuju Jalan Ringin Raya dari sisi barat (Hammam/Mojok.co)

Kondisi tidak nyaman itu cukup banyak dirasakan oleh mahasiswa Universitas Amikom yang letaknya paling berdekatan. Dandi (25), mahasiswa Universitas Amikom 2017-2021 mengaku kondisi jalan itu tak berubah selama ia kuliah.

“Terakhir ke sana 2021 lalu, ya kondisinya masih sama aja kaya pas awal kuliah. Drainase-nya jelek banget,” ujar lelaki yang kini kerja di Jakarta ini kepada Mojok.

Padahal, jalan tersebut tergolong banyak dilintasi penduduk sekitar. Khususnya mahasiswa dari Universitas Amikom, Fakultas Ekonomi UII, dan UPN Jogja yang berada di selatannya.

Keluhan mahasiswa UII dan Amikom di Jalan Ringin Raya Sleman, bikin siap-siap ke bengkel

Kondisi Jalan Ringin Raya yang mengganggu salah satunya karena keberadaan drainase tidak rata di sepanjang sisi utara jalan. Bagi Herdy (25), alumnus FE UII asal Tegal yang lulus pada 2023 silam, keberadaan drainase membuat pengendara dari sisi barat kerap mengambil lajur melawan arah.

“Itu jalan yang selalu aku lewati kalau ma uke kampus. Ketika berada di sisi jalan yang rusak, mau nggak mau harus agak ke lajur kanan, melawan arah. Berbahaya, tapi kalau tidak begitu juga merusak kendaraan,” keluhnya.

“Sesekali sih nggak papa, lha kalau lewat setiap hari, shock breaker kendaraan ya kandas bunyi jedak-jedok terus,” timpalnya.

Salah satu drainase di Jalan Ringin Raya (Hammam/Mojok.co)

Menurut Herdy, sebenarnya, ada jalan pintas lain untuk menghindari Jalan Ringin Raya tapi kondisinya sama-sama tak layak. Jalan itu merupakan jalan perumahan yang terdiri dari paving tak rata. Sama-sama membuatnya tak nyaman.

“Rute itu kayak rute menuju bengkel karena merusak kendaraan,” kelakarnya.

Selain naik motor, Herdy juga sesekali melintas dengan mobil. Kondisinya tak kalah menyulitkan. Badan jalan yang sempit dengan sisi utaranya yang tidak rata dan banyak lubang memang membahayakan jika mencuri sedikit lajur kanan.

“Ya kalau mau menghindari lubang otomatis agak ambil sedikit ke lajur kanan melawan arah tapi itu berbahaya juga,” keluhnya.

Kondisinya lama tidak berubah

Seperti Dandi, selama kuliah di FE UII lima setengah tahun, Herdy mengaku kondisi Jalan Ringin Raya Condongcatur Sleman tak mengalami perubahan. Sampai lulus, sesekali lewat pun masih sama.

Sebagai informasi, area di sekitar jalan tersebut memang padat penduduk. Berada di sekitar beberapa kampus besar seperti Universitas Amikom, FE UII, dan UPN Jogja membuatnya jadi rute lalu lalang mahasiswa. Ada mahasiswa, tentunya banyak pertokoan dan deretan penjual makanan.

Belum lagi, di sisi selatan Jalan Ringin Raya juga terdapat pusat perniagaan masyarakat yakni Pasar Condongcatur. Lokasinya yang berada di antara berbagai pusat keramaian masyarakat membuat jalan tersebut volumenya padat. Namun, kondisinya memprihatinkan dan tak banyak berubah beberapa tahun belakangan.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Bagi Warga Bantul Ajakan Bukber di Sleman Adalah Bentuk Diskriminasi dan Ketidakadilan, Apa Orang Jogja Utara Memang Egois?

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version