Jalan Pura Sorowajan Jogja Saksi Tangisan Nenek Tua Ditelantarkan Anak-Anaknya yang Sukses di Jakarta, Hidup Nelangsa dengan ART

Jalan Pura Sorowajan, Jogja, Saksi Anak Sukses Telantarkan Ibu MOJOK.CO

Ilustrasi - Jalan Pura, Sorowajan, Jogja, saksi anak sukses telantarkan ibu. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Jalan Pura, Sorowajan, Jogja, menjadi saksi tangis nenek tua yang hatinya tercabik-cabik lantaran ditelantarkan oleh anak-anaknya sendiri. Tiga orang anaknya—yang memang sudah sukses—terlalu sibuk jika harus mengurus ibunya yang sudah sepuh tersebut.

***

Saya sedang hendak menuju ke Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKis), Jogja, pada Sabtu (25/05/2024) untuk keperluan mengisi materi Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) teman-teman LPM Poros Universitas Ahmad Dahlah (UAD). Karena masih pukul 08.30 WIB, saya putuskan untuk mampir di sebuah masjid tidak jauh dari lokasi acara, tepatnya di Jalan Pura, Sorowajan, Jogja, untuk sekadar buang air kecil dan mengatur nafas. Sementara jatah saya mengisi materi adalah pukul 09.30 WIB.

Saat keluar dari kamar mandi, saya dapati seorang nenek tua tengah duduk di sebuah bangku yang bersebelahan dengan tempat saya menaruh sepatu. Maka saat saya hendak mengenakan sepatu, obrolan antara kami pun tak terelakkan. Obrolan yang kemudian justru membuat air mata menggenangi pelupuk mata nenek tua itu.

Seorang ibu yang kangen anak

Namanya Titiek, saya taksir kira-kira berumur di atas 60-an tahun. Geraknya terlihat lambat. Ia juga bersangga pada sebuah tongkat.

Pada awalnya Titiek meminta bantuan saya untuk memesankan taksi online dari ponselnya. Ia mengaku tak begitu paham dengan aplikasi tersebut.

“Tadi sama ART saya. Tapi ART saya pamit sebentar mau cari peketan (kuota internet) di konter,” ujar Titiek saat saya tanya kok bisa ia duduk di bangku masjid di Jalan Pura, Sorowajan, Jogja, seorang diri?

Titek mengaku biasanya yang mengurusnya—termasuk soal pesan-memesan taksi online—adalah si ART. Tapi waktu itu ia berinisiatif mencoba memesan sendiri karena si ART terbilang keluar cukup lama, tak kunjung kembali.

Pikir Titiek, nanti sekembalinya si ART mereka bisa tinggal naik taksi online karena sebelumnya sudah Titiek pesan. Jadi tak perlu menunggu lagi.

“Ini berarti sudah ke sini mas mobilnya (taksi online)? ART saya belum datang-datang,” ujar Titiek resah.

Saya kemudian menawarkan diri untuk menemani Titek sampai si ART maupun taksi online yang ia pesan datang. Saya lantas berjaga di gerbang masjid di Jalan Pura, Sorowajan, Jogja. Tidak jauh dari tempat Titiek duduk.

Sesekali saya mengawasi jalan, sesekali pandangan saya tertuju pada Titiek. Mata Titiek tampak berkaca-kaca.

“Kamu bikin saya kangen anak saya,” ujar Titiek dengan suara agak serak. Saya hanya tersenyum. Saya menduga anak-anak Titiek sedang kuliah atau barangkali sudah kerja dan berumah tangga di luar kota. Wajar saja kalau ia kangen.

Jalan Pura Sorowajan Jogja saksi tangis ibu yang ditelantarkan anak

Tak lama kemudian, seorang perempuan kisaran umur 28 tahunan datang dengan setengah berlari. Baru saya tahu kemudian kalau perempuan tersebut adalah si ART Titiek, namanya Sarofah, asal Madura.

Setelah memastikan kondisi Titiek, Sarofah lalu mendekat ke saya yang masih berdiri di pinggiran Jalan Pura, Sorowajan, Jogja. Ia berkali-kali mengucapkan terimakasih.

“Kira-kira tiga menitan lagi mobilnya sampai,” ucap saya pada Sarofah.

Saya baru saja hendak berpamitan menuju lokasi acara di Sorowajan, Jogja. Tapi celetukan Sarofah membuat saya urung melangkah.

“Kasihan majikan saya ini (Titiek). Ditelantarkan anaknya sendiri yang sudah sukses-sukses,” ujar Sarofah setengah berbisik.

Sarofah dengan senang hati menceritakan secara singkat apa yang ia ketahui perihal Titiek, sosok yang ia sebut majikan. Kata Sarofah, Titiek punya tiga anak, dua cewek dan satu cowok. Ketiga-tiganya terbilang menjadi orang-orang sukses dengan pekerjaan mentereng di luar Jogja.

Untuk detil pekerjaannya, Sarofah tak tahu persis. Yang jelas, dua anak cewek Titiek sudah bersuami dan tinggal di Jakarta. Sementara satu anak cowoknya masih bujang dan saat ini bekerja di Kalimantan.

“Dulu Ibu (Titiek) sempat cerita kalau beliau sempat mau dimasukkan ke panti jompo sama anak-anaknya. Tapi jadinya bayar orang aja buat jadi ART, khusus buat ngurus ibu. Ya saya ini,” ungkap Sarofah.

Saya masih ingin menyimak cerita dari Sarofah tentang Titiek. Namun, taksi online yang ia pesan sudah tiba di Jalan Pura, Sorowajan, Jogja.

Baca halaman selanjutnya…

Doa dan pesan dari Jalan Pura Sorowajan Jogja 

Doa dan pesan dari Jalan Pura Sorowajan Jogja

Titiek memang tampak kesulitan berjalan. Saya lalu mencoba turut membantu Sarofah menuntun sosok sepuh tersebut untuk masuk ke dalam mobil.

Saat sudah mengambil duduk, sesaat sebelum menutup pintu, Titiek menyalami saya erat-erat.

“Semoga sukses ya, Nak. Tapi kalau sukses jangan lupa orang tua,” ujar Titek dengan mata berkaca-kaca. Saya mengucap “amin” dan menganggukkan kepala secara bersamaan.

Begitulah kemudian taksi online membawa Titiek dan Sarofah meninggalkan Jalan Pura, Sorowajan, Jogja. Saya lalu menggamit motor, memacunya menuju Yayasan LKiS, mengingat sudah hampir pukul 09.30 WIB.

Dalam perjalanan menuju lokasi acara di Jalan Pura, Sorowajan, Jogja, ucapan ibu malah ikut terngiang-ngiang.

“Sebanyak-banyaknya uangmu, seorang ibu akan lebih bahagia kalau sering ditemani anaknya. Sekadar ditemani, tak melulu harus dikasih uang.”

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Kos Argomulyo Merekam Sisi Gelap Pendatang yang Menodai Keindahan Salatiga, Tak Kalah Brutal dari Seturan Jogja

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

 

 

Exit mobile version