Saat luntang-lantung di Jogja usai puluhan lamaran kerja tak membuahkan hasil, menjadi pengamen liar akhirnya jadi solusi untuk bertahan hidup. Niat cari recehan, eh ternyata menyadari kalau profesi ini menjadi ceruk cuan yang sangat menggiurkan. Penghasilan sebagai pengamen liar di Jogja bisa ratusan ribu perhari.
***
Nekat. Akbar (23) merantau ke Jogja hanya berbekal satu kata itu.
Sejak lahir hingga umur 23 tahun, Akbar menghabiskan waktunya di Sidoarjo dan Surabaya. Selama itu pula, dia merasa mengalami kekeringan jiwa. Pasalnya, aspirasinya pada dunia seni—terutama musik—tidak tersalurkan secara maksimal di dua kota tersebut.
Oleh karena itu, jelang kelulusannya dari sebuah kampus di Surabaya, Akbar mulai mempertimbangkan untuk merantau ke luar daerah. Jogja menjadi satu nama daerah yang memiliki magnet sangat kuat baginya.
Tanpa banyak pertimbangan, Akbar pun mantap memilih Jogja sebagai jujukan perantauan. Hari Minggu Akbar wisuda, Senin esoknya dia langsung bertolak ke Jogja.
Merantau modal bawa gitar
Tak ada perhitungan matang dia mau tinggal di mana dan akan melakukan apa. Pokoknya berangkat dulu. Saat itu dia hanya membawa ransel berisi pakaian, beberapa lembar uang untuk transportasi, dan sebuah gitar.
“Pas sampai di Jogja aku ingat kalau aku punya kenalan dulu senior di kampus. Aku hubungi, dan untungnya aku ditampung di mes kafenya. Dia kan punya kafe,” ucap Akbar saat kami bertemu di sebuah kedai kopi di Ngaglik, Sleman, Sabtu (5/7/2025) malam WIB.
Untungnya, si senior tersebut tidak hanya memberi Akbar tumpangan untuk tidur. Tapi juga mempekerjakan Akbar untuk bantu-bantu di kafenya.
“Ya dibilang, upahnya semampu-mampu beliau. Aku nggak masalah lah, sudah ditampung aja terima kasih,” kata Akbar.
Nyaris putus asa usai kirim puluhan lamaran kerja
Sembari serabutan di kafe, saat itu Akbar mencoba melempar puluhan lamaran kerja ke berbagai perusahaan. Waktu itu tentu belum ada bayangan menjadi pengamen liar di Jogja.
Namun, ijazah S1-nya, kendati dari sebuah kampus ternama, ternyata tidak menarik banyak perusahaan di Jogja.
Akbar nyaris saja putus asa. Tapi dia ingat, sejak awal dia berangkat ke Jogja, niatnya memang bertaruh. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer: Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan.
“Tapi di tengah putus asa itu, kok malah ada satu lamaran kerjaku yang diterima. Itu di lembaga swasta yang bergerak di bidang cagar budaya. Alhamdulillah, langsung kerja lah aku,” tutur Akbar.
Baca halaman selanjutnya…
Baru 3 bulan kerja eh berakhir luntang-lantung, iseng ngamen eh cuannya bikin ketagihan












