Gunung Rinjani Lombok Tak Seindah yang Dibayangkan, Capek-Capek Mendaki Berujung Kekecewaan

Gunung Rinjani Lombok Menuju Menjadi Gunung Sampah MOJOK.CO

Ilustrasi - Gunung Rinjani rusak gara-gara pendaki bebal. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Gunung Rinjani di Lombok kian memprihatinkan. Banyaknya pendaki-pendaki tak tahu diri membuat Gunung Rinjani merusak gunung tertinggi nomor 3 di Indonesia tersebut. Bagaimana tidak, sampah-sampah berserakan nyaris di sepanjang jalur pendakian.

Keindahan yang Gunung Rinjani tawarkan memang tak bisa dibantah. Namun, sampah-sampah yang berserakan nyatanya cukup menganggu. Setidaknya bagi Laily (21), pendaki yang sampai nyaris menangis saat menyaksikan betapa kotornya Gunung Rinjani karena ulah pendaki.

Kondisi Gunung Rinjani mengecewakan

Hobi mendaki gunung Laily sebenarnya baru muncul sejak 2021. Sudah ada beberapa gunung yang ia daki, termasuk kemudian Gunung Rinjani, Lombok.

“Beberapa gunung lokal di Kalimantan, tiga gunung di Jawa, terus Gunung Rinjani,” tutur perempuan asal Banjarbaru, Kalimantan Selatan tersebut kepada Mojok, Jumat (7/6/2024).

Di kalangan pendaki Indonesia, memang rasa-rasanya kurang afdal jika belum mendaki Gunung Rinjani. Maka Laily pun memang memimpikan bisa ke sana.

Terlebih, dari video-video pendakian yang beredar di media sosial, pemandangan di Gunung Rinjani benar-benar memanjakan. Oleh karena itu, Lalily pun punya ekspektasi besar perihal terhadap keindahan Gunung Rinjani, Lombok. Lalu berangkat lah ia dengan seorang teman, mendaki dari jalur Sembalun.

“Eng ing eng, ekspektasiku sedikit terluka begitu menginjakkan kaki di Gunung Rinjani. Aku bahkan hampir nangis karena miris sekali,” ujar mahasiswa salah satu kampus di Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu.

Di sepanjang perjalanan menuju puncak, pandangan mata Laily tak lepas dari sampah-sampah yang berserakan. Ternyata keindahan Gunung Rinjani—di medsos-medsos—hanya utopia.

Sampah-sampah di tempat terindah

Sejak awal mendaki, sampah dari tisu basah menjadi yang paling sering Laily lihat berceceran. Ia tentu agak janggal. Bukannya selama ini tidak boleh ya membawa tisu basah di gunung?

Di sela-sela rumput lokasi camp Gunung Rinjani terdapat serpihan-serpihan sampah. (Dok. Laily)

Sampah-sampah plastik dan botel air mineral juga tak kalah sering ia lihat. Di jalan ada, di camp ada, bahkan di titik yang sebenarnya punya view indah di Gunung Rinjani pun ada.

“Bahkan Segara Anak yang katanya indah itu pun ada sampah juga. Aku sangat menyayangkan sih sama para pendaki yang buang sampah sembarangan ini. Ngaku pecinta alam, tapi nyatanya malah merusak alam,” keluh Laily.

Pendaki mancanegara berandil kotori Gunung Rinjani

Momen saat Laily mendaki tersebut adalah di masa libur semesteran (kuliah). Sehingga, tak ayal jika trek pendakian Gunung Rinjani terbilang padat. Ia juga mendapati beberapa pendaki mancanegara (bule).

Laily lantas menemukan satu fakta yang tak kalah menyakitkan baginya. Ternyata bule-bule tersebut juga turut andil dalam mengotori Gunung Rinjani, Lombok. Terutama dengan sampah tisu basah.

“Kebiasaan orang bule itu kalau buang air kan pakai tisu. Di sini mereka pakai tisu basah dan mereka buang sembarangan,” demikian keterangan yang Laily dapat dari rekan pendakiannya.

“Padahal kan sudah jelas tisu basah sulit terurai. Peraturan di basecamp kan juga menyebut kalau salah satu yang tidak boleh dibawa naik adalah tisu basah,” ujar Laily kesal.

Sampah memang jadi pemandangan lazim

Di tahun yang sama, reporter Mojok Hammam Izzuddin juga melakukan pendakian ke Gunung Rinjani bersama beberapa rekannya dari Jogja.

Alumnus UPN Veteran Yogyakarta tersebut tak memungkiri bahwa Gunung Rinjani memang begitu indah. Bahkan ia mengaku agak galau saat harus beranjak turun dari Gunung Rinjani, Lombok. Sayangnya, satu sisi ia juga merasa sangat terganggu dengan ceceran sampah-sampah.

Sampah-sampah di jalur pendakian Gunung Rinjani, Lombok. (Hammam Izzuddin/Mojok.co)

“Di sepanjang pendakian Rinjani, sampah memang pemandangan lazim terlihat di sudut-sudut jalan. Termasuk di sekitar danau (Segara Anak),” ujar Hammam.

Amat disayangkan. Tapi kelewat banyak manusia-manusia yang tidak tahu diri di sepanjang pendakian Gunung Rinjani.

Pendaki bebal

Sampah memang sudah bertahun-tahun menjadi persoalan bagi Gunung Rinjani. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Lombok, sendiri sebenarnya bukan tanpa upaya. Termasuk salah satunya adalah melakukan bersih gunung di waktu-waktu tertentu.

Namun, upaya dari BTNGR tersebut agaknya sia-sia belaka kalau pada dasarnya masih banyak pendaki bebal.

Sekalipun sudah ada seperangkat aturan yang mengikat, kalau nyatanya para pendaki tetap bebal dengan terus-menerus membuang sampah sembarangan, maka Gunung Rinjani seterusnya masih akan seperti itu. Gunung Rinjani terancam tak lagi jadi gunung indah, tapi jadi gunung sampah. Setidaknya begitulah keresahan yang diungkapkan oleh Laily perihal Gunung Rinjani, Lombok.

Seorang teman dari Surabaya, Ja’far (25) bahkan sampai memutuskan berhenti mendaki gunung setelah rangkaian pengamatan yang tak menyenangkan. Di level pulau Jawa, Ja’far sudah mendaki nyaris semua gunung-gunung populer. Termasuk top of mind gunung di Jawa: Lawu, Sindoro, Sumbing, Slamet, Merbabu, Arjuno, hingga Argopuro.

“Aku mendaki sudah sejak SMA. Dulu mendaki itu bener-bener asyik aja. Tenang, damai, indah. Tapi makin ke sini makin banyak pendaki goblok,” ujar Ja’far.

“Ke gunung bawa sound. Nyetel musik kenceng. Jancuk! Belum lagi makin banyak pendaki yang ngerusak. Termasuk buang sampah ngawur,” sambungnya.

Mendaki Gunung Rinjani pada 2019 silam ada titik puncaknya. Sampah-sampah membuat hatinya hancur. Lalu ia menyimpulkan, jalan terbaik untuk menikmati gunung adalah dengan tidak mendakinya. Karena saat mendaki, ternyata manusia justru lebih berpotensi merusak ketimbang menjaga keindahannya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Kata Orang UGM, Jogja Darurat Sampah karena Warga Jogja Sendiri Nggak Sadar-Sadar Bab Ngolah Sampah

kuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

 

 

Exit mobile version