Es Teh Ginastel, Bisnis Minuman yang Cuannya Nggak Sesederhana Booth-nya, 300 Ribu Sehari Itu Enteng!

Es Teh Ginastel, Bisnis Minuman yang Cuannya Nggak Sesederhana Booth-nya, 300 Ribu Sehari Itu Enteng!

Es Teh Ginastel, Bisnis Minuman yang Cuannya Nggak Sesederhana Booth-nya, 300 Ribu Sehari Itu Enteng! (Ega Fansuri/Mojok.co)

Di balik panasnya cuaca yang memaksa kita memakai sunscreen lebih banyak, ada satu usaha yang berpotensi meraup untung maksimal. Tak lain tak bukan, adalah es teh jumbo. Usaha minuman yang sudah booming sejak tahun lalu ini terlihat tak meredup meski cuaca masuk musim penghujan sekalipun.

Ya wong hujannya malem, siangnya panas nggak ngotak, ya sama aja.

Tak heran jika makin hari, makin banyak booth es teh jumbo bertebaran. Salah satunya yang pasti kalian lihat adalah es teh Ginastel. Makin hari, makin banyak booth berwarna merah menyala ini bertebaran di pinggir jalan. Hal tersebut bisa diartikan secara sederhana: peminatnya selalu ada.

Tapi apakah mereka beneran meraup untung? Berapa yang mereka jual per hari? Saya pun tergerak untuk mendatangi dua booth yang kebetulan sejalur dengan rumah saya di Wonogiri.

Modal 12 juta

Booth pertama yang saya datangi adalah booth di dekat rumah saya. Ketika saya memesan satu es teh, saya memperkenalkan diri dan meminta kesediaannya untuk diwawancara dan meminta izin booth-nya untuk difoto.

“Waduh, tapi aku ojo ketok ya, Mas?”

Booth Ginastel pinggir jalan (Rizky Prasetya/Mojok.co)

Saya mengiyakan, dan menanyakan beberapa pertanyaan langsung. Saya bertanya kepada Mbak Bunga (bukan nama sebenarnya), berapa modal dan biaya bikin booth es teh Ginastel ini.

“Sepaket, Mas. Biaya franchise es tehnya 12 juta. Udah tinggal pakai.”

“Pusatnya di Solo, Mbak?”

“Bukan, Sukoharjo, Mas.”

Saya kemudian bertanya, berapa cup yang bisa dijual per hari. Mbak Bunga menjawab, tidak tentu. Tapi jika cuaca panas seperti ini, bisa terjual 100 cup lebih.

“Tapi kalau hujan turun, nggak banyak, Mas. 80 cup pernah, 70 cup pernah.”

“Di bawah 70 pernah, Mbak? Itu semua es teh?”

“Belum pernah, Mas, kalau di bawah 70. Yang terjual semua, Mas, nggak cuma es teh jumbo.”

Ketika ditanya berapa pemasukan per hari, Mbak Bunga malah tertawa. Beliau tidak menyebutkan berapa tepatnya, sebab dia sendiri tak tahu secara pasti. tapi beliau mengaku bahwa dia bisa dapat lebih dari 300 ribu per hari.

Kalau kampus tutup, ya sepi

Saya lalu menuju booth kedua, di dekat STABN Raden Wijaya Wonogiri. Sembari membeli satu cup es teh lagi, saya bertanya kepada Mas Wahyu (bukan nama sebenarnya), tentang bisnisnya.

Tidak banyak yang bisa saya dapat dari Mas Wahyu, karena dia hanya penjaga, bukan owner. Tapi saya masih bisa dapat banyak informasi yang menarik.

Booth Ginastel dekat STABN Raden Wijaya (Rizky Prasetya/Mojok.co)

Penjualan di booth es teh Ginastel yang Mas Wahyu jaga tak sebanyak booth pertama yang saya kunjungi. Dia mengaku rata-rata menjual 50 cup per hari. Pemasukan yang didapat sekitar 150-200 ribu per hari. Meski cuaca panas, dia tak meraup begitu banyak pembeli.

“Sebelah situ (menunjuk jalan raya) kan ada booth Ginastel juga, Mas. Di perempatan sebelah juga ada.”

“Karena banyak pesaing yang jualan es teh Ginastel, jadi nggak bisa jual banyak? Kan panas banget gini, Mas?”

“Nggak juga sih, Mas. Marketnya beda. Tapi kalau pas kampus buka (STABN), per hari bisa lebih dari 100 cup. Panas nggak sama aja kok, Mas.”

Mas Wahyu mengaku kalau daerah di situ pada dasarnya sepi, meski dekat dengan jalan raya akses Wonogiri-Ponorogo. Pelanggannya rata-rata adalah pengunjung toko kelontong yang ada di depan booth.

Cara daftar franchise es teh Ginastel

Menjamurnya booth es teh Ginastel memang tak bisa dihindari, mengingat potensi pemasukannya memang besar. merujuk pada penghasilan booth pertama, jika penghasilannya minimal 300 ribu per hari, hanya butuh 40 hari untuk balik modal. Tapi itu penghasilan kotor, masih harus dipotong es batu dan modal lain-lain. Andai lokasinya pas, bisa meraup untung lebih besar dan balik modal lebih cepat.

Dari postingan akun Instagram Ginastel, ada 2000 mitra yang bergabung dengan mereka. Beberapa daerah yang sudah “dikuasai” Ginastel adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DIY, Jakarta, Papua, NTT, NTB, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan. Untuk mengajukan kemitraan pun mudah. Peminat cukup share loc, lalu memilih titik di mana lokasi yang mau dijadikan jualan, lalu koordinasi pengiriman paket, dan siap berjualan.

Meski mudah, harus pintar-pintar juga menentukan lokasi dan strategi jualan. Sebab untung belum tentu bisa diraih tiap booth, dan tiap booth tidak mesti konsisten.

“Nggak semua penghasilannya konsisten gede juga, Mas. Kayak booth ini ya hitungannya cukup, tapi nggak gede. Tergantung tempat juga, Mas. Kalau anak kampus pada masuk ya rame, tapi kalau nggak ya cuman bisa nutup modal harian.”

Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin

BACA JUGA Es Teh Ginastel, Es Teh Asal Solo yang Tidak Mengkhianati Namanya

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version