Desa Malangbong menuai sorotan di media sosial, khususnya di TikTok dan Instagram. Pasalnya, desa di Bojonegoro, Jawa Timur tersebut konon 90 persen penghuninya adalah perempuan. Mojok mencoba mengulik kebenaran informasi tersebut.
***
Jika dilihat dari drone, Desa Malangbong memang seolah tidak berada di Bojonegoro. Malah terkesan seperti sebuah desa di tengah hutan Kalimantan.
Dari video pendek di Instagram, tampak sebuah desa berada di tengah-tengah hutan, Di luar lingkaran desa tersebut, hanya terlihat hamparan pohon-pohon rindang sejauh mata memandang. Tak ada desa lain di sekitarnya. Desa Malangbong benar-benar terisolasi.
Akun @fyifact, salah satu akun Instagram yang mengunggah video tersebut memberi keterangan singkat bahwa Desa Malangbong konon dihuni oleh 90 persen perempuan.
Dengan kata lain, sulit menemukan laki-laki di desa yang terletak di Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, Jawa Timur ini.
View this post on Instagram
Desa sepi dengan tikungan penuh mitos
Karena durasi video yang saya temukan di Instagram terlampau pendek, saya kemudian beralih ke YouTube.
Setelah saya ketik “Desa Malangbong”, ternyata sudah ada beberapa kanal YouTube yang mengunggah soal Desa Malangbong. Salah satu yang membuat saya tertarik adalah GALERY KAMPUNG DESA.
Si pemlilik kanal menyisir sudut demi sudut Desa Malangbong dengan mengendarai motor.
Dan memang benar, Desa Malangbong berada di tengah-tengah hutan. Jarak antar rumah cukup jauh, di mana untuk menjangkaunya harus melewati jalanan dengan ladang dan pepohonan di kanan kiri.
Meski berada di tengah hutan, tapi jalanan desa terlihat berupa cor mulus. Sepertinya akses ke desa ini tak terlalu sulit, tidak terjal sebagaimana jalanan di desa-desa pedalaman pada umumnya.
GALERY KAMPUNG DESA menyebut, untuk menuju Desa Malangbong, ada sebuah tikungan yang penuh mitos.
“Jadi ada tikungan ekstrem. Konon orang luar kalau masuk desa punya niatan buruk atau tidak positif, nanti terjadi apa-apa di tikungan itu,” ujar si pemilik kanal.
GALERY KAMPUNG DESA juga tampak beberapa kali mampir ke warung kopi di Desa Malangbong.
Uniknya, ada warung kopi yang buka di tengah area perladangan. Kata si pemilik warung (tak diketahui namanya), alasan membuka warung kopi di ladang tersebut adalah untuk jagani orang-orang yang ada di ladang jika ingin rehat sejenak atau rehat sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Orang Bojonegoro tak tahu ada Desa Malangbong
Setelah melihat dua video tersebut, di kepala saya terpintas dua nama, Udin (24) dan Candika (24). Keduanya asli Bojonegoro. Udin teman satu jurusan saya saat kuliah di Surabaya, sementara Candika adalah teman kosan saya sejak Januari-Desember 2023.
Yang mengejutkan adalah, ternyata Udin malah mengaku selama ini belum pernah sama sekali mendengar adanya nama Desa Malangbong.
“Jujur baru tahu ini, pas viral,” ungkapnya saat saya hubungi pada Sabtu, (24/2/2024). Maklum, rumah Udin terhitung masih di lingkup “kota”, tidak jauh dari Alun-alun Bojonegoro.
Kalau dengar namanya saja tak pernah, apalagi ke sana atau minimal punya kenalan dari sana. Obrolah saya dan Udin hanya mentok pada fakta bahwa Udin baru kali ini mendengar ada nama Desa Malangbong di Bojonegoro.
Tapi Udin tak sendiri. Sebab, di kolom komentar akun Instagram @fyifact pun ada beberapa orang Bojonegoro yang mengaku tak pernah mendengar nama desa tersebut. Maka, saya pun langsung beralih menguhubungi Candika.
“Pernah dengar. Tapi memang belum pernah ke sana,” tulis Candika menjawab pesan WhatsAPP (WA) saya.
“Jarak dari rumahku ke sana jauh, pucuk ke pucuk,” lanjutnya.
Fakta 90 persen penduduk Desa Malangbong adalah perempuan
Satu hal yang Candika bantah tentang Desa Malangbong yang beredar di media sosial adalah soal 90 persen penduduknya perempuan.
Kata Candika, bahwa terkesan banyak perempuannya memang iya. Tapi tidak 90 persen juga. Sebab, jumlah laki-laki yang ada di desa tersebut juga masih banyak.
“Info perempuannya sampai 90 persen itu lebay banget. Media atau content creator yang bikin terlalu berlebihan,” ujar Candika.
Berdasarkan yang Candika dengar pula dari teman-temannya di Bojonegoro, para laki-laki di Desa Malangbong memilih merantau ke luar Jawa. Utamanya ke Kalimantan.
Rata-rata jika sudah pergi merantau, jarang ada yang pulang, alias memilih menetap di luar Jawa.
“Tapi tetap ada beberapa yang pulang kata temenku, jadi ya masih ada banyak laki-laki,” terangnya. Begitu pula yang disampaikan oleh pemilik kanal YouTube GALERY KAMPUNG DESA.
Malah, dari hasil ngobrol GALERY KAMPUNG DESA, seorang warga menyebut ada juga laki-laki yang karena memutuskan merantau ke luar Jawa, istrinya pun tetap ikut. Sehingga membuat Desa Malangbong terasa makin sepi. Bukan hanya sepi laki-laki, tapi juga sepi penduduk.
Dari warga yang GALERY KAMPUNG DESA ajak ngobrol, ada beberapa faktor yang membuat orang-orang—terutama laki-laki—di Desa Malangbong memilih merantau dan tak kembali.
Pertama, lahan pertanian di Desa Malangbong kurang menjanjikan. Meski berada di tengah hutan, tapi bertani tak bisa menjadi profesi yang bisa diandalkan di sini.
Lebih-lebih faktor kedua, sumber air di Desa Malangbong katanya sangat sulit. Dalam video di GALERY KAMPUNG DESA, tampak warga desa setiap sore harus antre untuk mengambil air di sebuah sumber mata air.
“Wah kalau soal detil-detilnya, soal mitos tikungan, mata air sulit, terus pertaniannya aku kurang paham sejauh itu e, Mas,” ungkap Candika.
Agar mengetahui lebih jelas perihal kehidupan warga Desa Malangbong, Candika justru mengajak saya untuk mengagendakan menginap.
Apakah saya tertarik? Tentu. Untuk ke Desa Malangbong hanya perkara waktu.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Kampung Sengkuni Nganjuk, Warganya Baik tapi Jadi Tukang Prank Demi Puaskan Pengunjung
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News