Apes Kerja Part Time Jadi Host Live Shopee, Sehari 8 Jam Kerja Tanpa Jeda Berujung Gaji Tak Dibayarkan

kerja jadi host live shopee di surabaya menyiksa.MOJOK.CO

Ilustrasi host live toko online (Mojok.co)

Sebab iseng nunggu waktu wisuda, Tara (22) mendaftarkan dirinya bekerja jadi host live Shopee di sebuah UMKM. Setidaknya, momen nganggur itu bisa diuangkan, batinnya. Tapi sial, ternyata ia malah terjerumus pengalaman kerja yang buruk.

***

Saat nganggur sementara ketika menunggu waktu wisudanya di bulan Juni 2024 ini, Tara mencari info-info loker Surabaya lewat Instagram. Kebetulan, ia nemu loker host live Shopee yang bertempat dekat dengan daerah rumahnya.

Setelah ia kontak, pihak penyedia loker menjelaskan jam kerja dan gaji yang akan ia dapat. Yakni, jam kerja 8 jam per hari dengan gaji Rp50 ribu. Sebab Tara mengambil jenis kerja part time, ia hanya perlu masuk dua kali dalam satu minggu.

Alumnus Unair itu langsung menyerobot tawaran kerja ini sebab pertimbangan tadi; daripada nganggur nunggu wisuda, toh, kerjaan dekat rumah. Selain itu, ia juga berekspektasi pastilah ada sesekali bonusan uang transport atau kiriman makan siang. Tapi, seluruh ekspektasi itu pupus ketika ia melakoni kerja.

Kerja tanpa istirahat

Tara bekerja dengan mendatangi sebuah bangunan studio milik si penyedia kerja. Di dalamnya, terdapat bilik-bilik studio untuk para host live. Satu bilik studio diisi oleh satu orang, masing-masing live di akun berbeda.

Ketika melihat ketentuan kerja 8 jam, ia berpikir pasti akan ada waktu istirahat di antaranya. Juga, pastilah ada momen bergantian live dengan pekerja lain.

Tapi ternyata tidak. Ia mesti bekerja 8 jam nonstop. Benar-benar tidak ada jeda di antaranya. Selama pukul 07.00-15.00, ia mesti stand by buat nge-live.

“Mataku rasanya letih banget karena harus mantengin depan kamera full 8 jam ditambah 2 lampu studio Godox yang bener-bener tanpa istirahat,” keluhnya. Belum lagi, ia harus terus nyerocos sepanjang live.

“Bahkan rasanya lebih capek kerja ini ya daripada pengalamanku kerja lapangan, kayak misal liputan atau jadi event organizer,” tambahnya.

Bahkan, ketika mau ke toilet atau salat, HP mesti dititipkan di studio sebelah dulu, dengan live yang tak dimatikan! Setelah selesai, Tara mengambil lagi HP-nya dan melanjutkan live. Benar-benar siaran tak boleh terputus.

Dengan pekerjaan seberat itu, menurutnya gaji Rp50 ribu benar-benar tak setimpal. Sebab, itu belum terpotong biaya bensin motornya, juga biaya makan ketika kerja. Tak ada kiriman makan siang, kecuali tumpukan minuman manis dan snack chiki-chiki di kulkas yang seringnya habis duluan diambil pekerja lain. Uang transportasi pun nihil. Bisa-bisa pendapatan bersih Tara dalam sehari hanya setengah dari gajinya, yakni Rp25 ribu.

Toko Shopee affiliate

Sebenarnya, pihak tempat Tara bekerja tidak benar-benar memiliki toko, melainkan, mereka bekerja dengan sistem affiliate. Dengan kata lain, mereka membantu menjualkan produk-produk dari brand-brand besar yang menawarkan kerja sama affiliate.

Pihak yang mempekerjakan Tara memiliki 3 akun Shopee affiliate yang memasarkan 3 jenis produk: outfit, home living, dan elektronik.  Pekerja part time –termasuk Tara– mendapat bagian memasarkan produk home living.

Di tiap-tiap jenis produk, akun Shopee itu bekerja sama dengan brand-brand besar terkenal yang menitipkan produknya untuk “dijualkan”. Keuntungan dibagi dua, dengan pembagian untung 80% ke brand, dan 20% ke akun affiliate di tiap produknya.

Dengan kata lain, recruiter Tara hanya bermodal akun Shopee dan memperkejakan host live untuk menjalankan usahanya. Mereka tidak melakukan packing produk yang terjual, sebab bahkan tak ada produk di tempat mereka kecuali beberapa yang didemokan di live.

Dengan modal minim itu, seyogyanya recruiter bisa menggaji layak pekerja-pekerjanya. Tapi yang terjadi tidak demikian, pekerja berlelah payah dengan gaji yang underpaid.

Baca halaman selanjutnya…

Tak kuat, delapan jam ngoceh tanpa istirahat jeda sekali

Sebenarnya, tidak semua host live Shopee diperlakukan begini ketika kerja. Teman Tara, misalnya, mendapatkan gaji pasti Rp1,5 juta yang diberikan tiap bulan. Temannya itu, masuk kerja 8 jam, tapi waktu yang benar-benar difokuskan untuk live hanya 4 jam.

Ia juga menemui, terdapat para host live yang digaji hingga mencapai UMR, dengan jam kerja yang jauh lebih layak. Misalnya, ada yang digaji Rp40 ribu/jam, dengan ketentuan bebas mengambil lama waktu kerja tiap harinya.

“Sebenarnya ada yang berpenghasilan gede juga, kok, bahkan sampai UMR. Cuma aku kena apesnya aja kerja di toko yang seenaknya ini,” keluh Tara.

Pilih resign karena sistem kerja buruk dan gaji tak masuk akal

Sebab sistem kerja yang buruk dan gaji yang tak layak ini, banyak pekerja memutuskan resign dan mencari pekerjaan lain yang lebih layak. Tara jadi salah satunya.

Tapi, bahkan saat resign, ia tak terlepas dari rentetan nasib apes. Gajinya selama 7 kali kerja tak dibayarkan.

“Aku sedari awal tuh nggak dikasih kontrak kerja. Salahku juga sih yang kurang paham kalau ternyata ini tetep diperlukan. Terus waktu itu karena udah muak, aku ngajuin resign di h-3. Eh, aku diolok-olok dan gajiku nggak dikasih sampai sekarang,” ceritanya kesal.

Tara dicap tak sopan dan seenaknya sendiri karena memutus kerja secara mendadak. Padahal, tak ada kesepakatan apapun soal ketentuan resign ini diawal. Karena alasan itu, ia tak mendapat hak gajinya.

“Jadi, ya, aku cuma dapet gaji yang dikasihin waktu 5 hari training itu aja. Aku udah dapet 7 kali kerja dan itu semua jadi sia-sia karena aku sama sekali ga dapet bayaran. Bener-bener nggak ada hati nurani,” tambahnya.

Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PKKM-MBKM) Unair Surabaya di Mojok periode Juli-September 2024.

Penulis: Alya Putri Agustina

Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA: Mie Yamin FIB UNAIR: Berporsi Brutal Sejak 1997 Nyaris Kehilangan Pelanggan dalam Sekejap, Selamat Berkat Mahasiswa Surabaya

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version