Menjelang peringatan haul Abdurrahman Wahid yang ke-15, Khofifah Indar Parawansa dan Mahfud MD yang dulu tergabung dalam “tim lobi” di era pemerintahan Gus Dur, mengungkapkan upaya mereka mempertahankan citra ulama besar tersebut, agar tetap terhormat di mata dunia. Dari sosok yang mulanya dipuja hingga dijatuhkan jabatannya dari seorang presiden.
***
Kemenangan Gus Dur menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 1999 memberikan dampak besar pada eksistensi PKB, partai yang dia dirikan. Sosoknya menjadi panutan bagi para pendukungnya kala itu.
Beberapa orang kepercayaan Abdurrahman Wahid, seperti Khofifah dan Mahfud MD bercerita, sosoknya terkenal dengan ideologi bangsa yang menyatukan nilai-nilai antara Indonesia dan keagamaan. Presiden Indonesia ke-4 itu juga dinilai memiliki dedikasi tinggi terhadap penegakan hak asasi manusia (HAM) dan membela kaum minoritas.
“Kosmopolitan Islam yang menyatukan nasionalisme Indonesia dan ke Islam-an sebagai satu jalinan yang tidak boleh bertentangan,” kata Mahfud MD dikutip melalui akun Youtube Mahfud MD Official pada Senin (9/12/2024).
Namun, selama dua tahun menjabat, presiden ke-4 Indonesia itu akhirnya dilengserkan melalui sidang istemewa MPR. Abdurrahman Wahid dinilai sering membuat kebijakan yang konroversial sampai diduga korupsi.
Dalam konten Ruang Sahabat episode 3 tersebut, Mahfud bersama Khofifah menceritakan bagaimana kisah mereka melindungi Abdurrahman Wahid dan nilai-nilai yang diberikan.
Pernyataan Gus Dur sering kontroversi
Sebagai menteri pertahanan di era pemerintahan Abdurrahman Wahid, Mahfud MD mengaku sering kaget atas pernyataan langsung dari pimpinanannya itu. Dia tak menampik jika pernyataan Abdurrahman Wahid sering menimbulkan kontroversi.
“Jadi waktu itu kami sering kaget. Gus Dur tuh kalau masuk kantor jam delapan. Tiba-tiba bikin pernyataan yang bikin heboh kan,” kata Mahfud MD.
Begitu juga Khofifah. Menteri pemberdayaan perempuan di era Gus Dur itu juga sepakat bahwa pimpinanannya sering kali tidak menghitung risiko jangka pendek maupun jangka panjang atas pernyataannya.
“Maka apa yang seringkali kami lakukan, bagaimana bisa relatif menjaga Gus Dur dari kemungkinan kontradiktif yang bisa menimbulkan hal yang tidak kita harapkan,” kata Khofifah.
Skenario penjatuhan Gus Dur
Puncak kontroversi terjadi ketika tiba-tiba Abdurrahman Wahidtahu dan mempercayai informasi secara cuma-cuma tentang dirinya. Dia percaya ada anggota partai yang punya skenario menggulingkan dirinya.
“Misalnya, rencana kudeta oleh Akbar Tandjung dan Fuad Bawazier yang katanya (Gus Dur) dia mau di kudeta,” ucap Mahfud MD.
Keduanya diduga adalah dalang skenario dari isu Buloggate dan Bruneigate. Dari hasil investigasi DPR, Abdurrahman Wahid dituduh melakukan korupsi. Dia diduga menggunakan uang Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan Bulog sebesar 4 juta dollar AS.
Walaupun dipersidangan dia akhirnya terbukti tidak bersalah, tapi DPR tetap mengeluarkan momeradum II. Karena merasa geram, Abdurrahman Wahid sudah ancang-ancang akan mengeluarkan dekrit presiden yang membubarkan DPR dan MPR.
Membentuk “Tim Lobi”
Karena pernyataannya sering kontroversi, orang-orang terdekat Abdurrahman Wahid sering bertanya-tanya, siapa orang yang sering memberitahu informasi kepada Gus Dur. Sementara, informasi itu sering kali belum terkonfirmasi.
Maka dari itu, sekitar pukul 02.00 WIB, Mahfud MD, Alwi Shihab, Zarkasih Nur, Baharuddin Lopa, dan orang-orang terdekat Gus Dur bertemu di rumah dinas Khofifah. Mereka bertanya-tanya, dari mana dia mendapatkan informasi tersebut?
Menurut Yeni Wahid, anak Abdurrahman Wahid, informasi itu sering didapatkan ayahnya saat jalan-jalan di pagi hari usai salat subuh. Beberapa pendukung maupun kiai memberitahunya secara pribadi, meskipun sudah dijaga oleh pasukan pengamanan presiden (Paspampres).
Akhirnya, beberapa orang-orang terdekat Gus Dur, khususnya Khofifah dan Mahfud MD berinisiatif membentuk “tim lobi”. Mereka melakukan shift tiap pagi mendampingi Gus Dur saat refleksi di pagi hari.
“Jadi kami menghalau informasi-informasi yang tiba-tiba muncul itu. Kita saring siapa yang boleh berbicara apa, kita jalan di sampingnya,” ucap Mahfud MD.
Suasana mencekam di istana presiden
Pada Minggu pagi (22/7/2001), Khofifah sebagai tim lobi bertugas menemani Gus Dur jalan pagi. Usai refleksi, dia menemani Gus Dur sarapan dengan sepotong kue dan melon. Tak lama kemudian, dua orang jenderal datang.
“Ada dua jenderal datang waktu pagi, ingin update suasana kediaman Gus Dur. Sebenarnya yang satu ini, jenderal yang sedang menjabat menteri. Saya ikut mendampingi,” ucap Khofifah.
Melihat tanda-tanda yang kurang enak itu, Khofifah menyarankan Abdurrahman Wahid agar tetap di istana presiden, tidak kemana-mana. Sebab, sebetulnya Abdurrahman Wahid sudah punya rencana hadir di pertemuan keluarga di Cipanas.
Dia pun meninggalkan Abdurrahman Wahid sebentar untuk pergi ke acara Hari Anak Nasional. Firasat Khofifah betul, seusai dari acara dia kembali ke istana dan melihat sekelompok massa sudah berada di pelantaran. Massa semakin banyak ketika hari menjelang malam.
Upaya Khofifah mempertahankan citra presiden
Tim dari istana kemudian membuat konsep renegosiasi yang di dalamnya berisi proses pembagian kekuasaan. Guna mempertahankan posisi Gus Dur, mereka sampai membuat skema soal kepala negara dan kepala pemerintahan.
Hingga pukul 22.00 WIB, tim lobi masih mencari format agar pemerintahan Gus Dur bisa bertahan sampak akhir periode masa jabatan. Namun, hingga pukul 00.00 WIB proses renegosiasi itu gagal.
Hingga akhirnya terjadilah pembacaan maklumat atau dekrit presiden dari Juru Bicara Presiden Yahya Staquf pada Senin (23/7/2021). Di hari yang sama, sore hari, MPR merespons maklumat itu dengan melakukan sidang istimewa.
Bahkan sebelum sidang dimulai, ratusan moncong panser dan tank oleh TNI sudah mengarah di depan istana. Beberapa jam sebelum sidang dimulai, kendaraan-kendaraan tempur itu sudah melakukan apel bersama.
Di sisi lain, pendukung Gus Dur yang menyebutkan diri sebagai “pasukan berani mati” juga sudah siap melawan. Sementara, Khofifah sebagai tim lobi juga punya tugas berlapis untuk melaksanakan amanah Gus Dur, yaitu tak ada jabatan yang layak dipertahankan dengan pertumpahan darah rakyat.
“Sampailah kemudian solusi kemungkinan untuk mendapatkan layanan kesehatan, karena tentu mengajak Gus Dur keluar istana itu hampir impossible,” kata Khofifah.
“Itulah sebenarnya momentum di mana Gus Dur meninggalkan istana dengan cara-cara yang kita semua mencari format bagaimana Gus dur tetap terhormat di mata dunia,” lanjutnya.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Khofifah Nekat Membakar Surat Penting Gus Dur tanpa Sepengetahuan PKB
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News