Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Upaya Gen Z Mengatasi Bahaya Kesepian di Tengah Kemeriahan Tahun Baru

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
27 Desember 2024
A A
Upaya Gen Z Mengatasi Bahaya Kesepian di Tengah Kemeriahan Tahun Baru. MOJOK.CO

ilustrasi - Gen Z merasa kesepian di malam tahun baru. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saat sebagian orang sibuk merayakan pergantian tahun baru bersama keluarga maupun teman, perasaan kesepian bisa jadi muncul di tengah hiruk pikuk tersebut. Sebuah survei dari Amerika Serikat menyatakan kesepian banyak dialami Gen Z. Dampaknya bisa memengaruhi psikologis dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Bagi pembaca yang merasakan gejala kesepian sampai depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

***

Adril (21) merasa tidak ada yang istimewa menjelang pergantian tahun. Baginya, tahun baru hanyalah istilah dari 2024 ke 2025. Tidak ada makna khusus yang membuatnya bahagia.

Mahasiswa akhir di Universitas Airlangga (Unair) itu mengaku tetap kesepian di kosannya. Dia tidak mau membuat resolusi yang muluk-muluk. Seperti lirik lagu Cincin karya Hindia, semoga hidup kita terus begini-gini saja, katanya.

“Aku 2023 ke 2024 malah sendirian di kos waktu di Surabaya. Nah itu aku merayakannya dengan tidur dan nugas,” kata Adril kepada Mojok pada Jumat (27/12/2024).

Adril sudah hampir empat tahun merantau di Surabaya. Pemuda asal Nganjuk itu mengaku ada perasaan kosong saat sedang sendiri. Sementara dia ingin menceritakan keluh kesahnya, tapi tidak tahu kepada siapa. 

Merujuk pada jurnal Loneliness Matters: a Theoretical and Empirical Review of Consequences and Mechanisms, Louise C Hawkley dan John T Caioppo menjelaskan kesepian adalah kebutuhan emosional yang dimiliki individu. Di mana mereka menginginkan kebersamaan dan rasa terhubung dengan orang lain.

Gen Z tak punya tempat berkeluh kesah

Lagi-lagi, tidak ada yang istimewa bagi Adril untuk menyambut tahun baru. Masih sama seperti malam-malam sebelumnya, Adril mengaku sering khawatir perihal hidup. Soal masa depannya nanti, akan bekerja apa dia setalah lulus? Bagaimana caranya membantu kebutuhan keluarga, termasuk bertahan hidup?

Pikirannya sering kalut di atas jam 00.00 WIB. Kalau kata generasi Z alias gen Z seperti dirinya, itu adalah jam-jam rawan overthinking. Di saat itu juga dia merasa kesepian. Tidak ada tempat untuk bercerita. 

“Walaupun sebetulnya masih ada banyak teman yang mendengarkan kisah curhatan dan sebagainya, cuman someone to talk yang benar-benar aku maksud ini ya orang benar-benar mau mendengarkan semua keluh kesahku,” ujarnya.

Bahkan, Adril mengaku sering kali kesulitan saat ingin menceritakan masalahnya kepada teman-temannya. Dia takut dianggap lemah sebagai anak laki-laki. Sebab pandangan bahwa laki-laki tidak bercerita itu nyata di sekitarnya.

“Jadi ya, aku merasa buat apa curhat ke teman? Lebih baik dipendam sendiri saja,” ujar Adril pada akhirnya.

Kepala Sub Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wediodiningrat, Noerul Ikmar, mengatakan ada konstruksi gender di masyarakat bahwa laki-laki dianggap lemah bahkan tidak jantan ketika mengekspresikan emosinya.

Iklan

“Keadaan ini dapat menjadi bibit munculnya toxic masculinity,” kata Noerul dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RS Radjiman Wediodiningrat pada Jumat (27/12/2024).

Noerul menjelaskan kalau toxic masculinity dapat membuat laki-laki merasa takut dan berusaha menutup diri dari lingkungan sekitar, bahkan bisa menjadi trauma yang berkepanjangan. Pada akhirnya, mereka dituntut untuk tegar bagaimanapun kondisinya.

Gen Z lebih banyak alami kesepian

Perasaan kesepian tak hanya dirasakan oleh Adril. Sebuah perusahaan penyedia layanan telemedis dan farmasi di Amerika Serikat, RedBox Rx melaporkan ada 53 persen generasi Z yang mengaku kesepian. 

Jumlah itu lebih banyak dibandingkan generasi X yang hanya 43 persen, boomers yang hanya 29 persen, dan pre-boomers yang hanya 17 persen. Laporannya terangkum dalam “2024 Mental Health Survey”. Di mana ada 2.208 orang dewasa di Amerika Serikat yang mereka wawancarai sejak 15-17 Desember 2023. 

Sementara itu, Psikolog Herdiana Muktikanti menjelaskan generasi muda yang lahir di era teknologi lebih rentan mengalami kesepian. Sebab, generasi tersebut alias Gen Z lebih aktif bermain media sosial guna mengimbangi kebutuhan sosialnya di masyarakat.

“Para generasi muda lebih banyak menghabiskan waktu screen time dibandingkan dengan people time,” ujar Herdiana seperti dikutip dalam laman resmi Informasi dan Komunikasi Direktorat Kemahasiswaan Institute Teknologi Bandung (ITB) pada Jumat (27/12/2024).

Gen Z menganggap jumlah likes, komentar, dan followers di media sosial adalah bentuk kedekatan relasi. Padahal, persepsi itu tidak tepat dan justru menyebabkan seseorang kehilangan waktu berelasi secara nyata dengan orang sekitar. Media sosial juga cenderung menunjukkan kebahagiaan mereka. Tak terkecuali pada tahun baru nanti.

Keluar dari “pandemi” kesepian

Biasanya untuk mengatasi perasaan kesepian, Adril lebih memilih tidur atau bermain game di ponsel genggamnya. Kadang-kadang, dia juga mengajak temannya ngopi di angkringan. Meskipun, solusi itu juga tidak mengatasi masalahnya.

Menurut Adril, dia masih bisa mengatasi perasaan kesepiannya. Jadi tidak perlu sampai konsultasi ke psikolog. Selain mahal, Adril merasa masih ada tempat murah yang bisa dijadikan untuk merenung.

“Toh ada yang lebih murah, seringnya ya di kursi Indomaret ketimbang layanan psikolog,” kata Adril.

Sementara itu, Herdiana mengatakan langkah awal untuk mengatasi kesepian adalah menyadari bahwa dirinya sedang kesepian. Sebab, itu menjadi “alarm” diri untuk berubah. Di mana, dirinya membutuhkan hubungan yang berkualitas bersama orang lain.

“Saat merasakan kesepian itu artinya tubuh memberikan tanda bahwa kita harus mulai membangun relasi dengan kualitas yang baik,” kata dia.

Selain itu, seseorang yang merasa kesepian harus mengubah cara pikirnya memandang dunia dan orang lain. Misalnya dengan berpikir bahwa selama ini orang lain tidak pernah menolak Anda. 

Serta, tidak terlalu berpikir berlebihan tentang bagaimana seharusnya Anda bisa diterima di lingkungan tersebut. Cobalah mulai dari hal-hal kecil seperti menyapa tetangga, bertanya kabar kepada teman dekat atau kerabat lama.

Selain itu, Herdiana mengusulkan agar masyarakat khususnya Gen Z lebih bijak menggunakan media sosial. Bangunlah kualitas hubungan yang baik dengan orang-orang yang mempunyai passion yang sama.

Terakhir, carilah pertolongan dengan bercerita ke orang-orang yang dapat kamu percaya. Atau mencari profesional saat perasaan kesepian mulai mengganggu aktivitasmu. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kisah Pilu Mahasiswa Kesepian, Menangis dalam Kesendirian dan Ditinggalkan Teman

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 25 November 2025 oleh

Tags: dampak kesepiangen z kesepiankesepian saat tahun barumengatasi kesepian
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

No Content Available
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.