Gabung Paskibraka Bisa Jadi Batu Loncatan buat Kuliah Kedinasan

Ilustrasi Paskibraka berpeluang besar masuk sekolah kedinasan. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Setelah melalui proses seleksi ketat, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Sleman harus latihan secara rutin. Di sisi lain, mereka dilatih untuk disiplin, memiliki jiwa kepemimpinan, dan menyelesaikan masalah. Latihan itu bisa menjadi modal bagi mereka yang ingin lanjut ke sekolah kedinasan.

***

Di sekolah saya dulu, sebagian teman yang mengikuti Paskibraka selalu terlihat sibuk dengan aktivitas baris berbaris mereka. Bahkan di luar kegiatan latihan, saya biasa melihat mereka berjualan saat car free day guna menabung untuk persiapan lomba, atau menjalankan program kerja lain.

Anggota Paskibraka Kabupaten Sleman, Kevin Mahardika (17) tak menampik bahwa mereka dituntut disiplin. Apalagi, seleksinya terbilang ketat. Namun, banyak juga manfaat yang bisa didapat seperti kemampuan kepemimpinan, kerja sama, tanggung jawab, hingga menyelasaikan masalah. Kemampuan itu menjadi modal penting bagi dia untuk mewujudkan mimpinya masuk sekolah kedinasan.

Paskibraka: Latihan, latihan, latihan

Anggota Paskibraka Kabupaten Sleman, Kevin mengungkapkan anggota Paskibraka tidak sibuk setiap saat. Pada momen-momen tertentu, mereka memang harus latihan secara intensif.

“Sebenarnya, sibuknya itu hanya dalam satu bulan saja, khususnya bagi anggota yang baru masuk ke Paskibraka, tentunya bakalan banyak hal yang perlu dipelajari ya,” ucapnya dalam program Akar Rumput yang tayang di Youtube Mojokdotco, sebagaimana dikutip pada Jumat (13/12/2024).

Paskibraka Kabupaten Sleman Bercerita Mengenai “Tuntutan” Melepas Jilbab. MOJOK.CO
Cerita Paskibraka Sleman perihal tantangan dan untung jadi anggota Paskibraka. (YouTube/Mojokdotco)

Ketika awal masuk menjadi anggota Paskibraka di sekolah, Kevin harus latihan rutin sebanyak dua kali dalam seminggu. Namun, ketika mendekati lomba atau hari kemerdekaan, waktu latihannya akan ditambah.

“Nah, setelah dua minggu itu baru latihan full. Full itu bisa dari jam 6.00 WIB sampai jam 16.00 WIB sore,” ujarnya.

Adakalanya, latihan mereka tak berjalan dengan mulus. Misalnya, ketika anggota belum kompak atau sering melakukan kesalahan dalam tempo, jam latihan pun bisa sampai pukul 18.00 WIB.

Tak hanya ilmu baris berbaris

Menurut siswa SMAN 1 Ngaglik, Sleman, Jogja itu, Paskibraka menjadi salah satu bukti semangat anak muda untuk terus mengingat sejarah kemerdekaan Indonesia. Semangat nasionalisme itu biasanya dia rasakan saat pengibaran bendera pusaka.

Apalagi, saat dia harus menjalani karantina selama tujuh hari. Kevin mengaku mendapat banyak hal berharga yang bisa dia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, melatih diri menjadi pemimpin yang baik dan tenang saat menghadapi persoalan.

Kebetulan, dia pernah ditunjuk sebagai lurah dalam tim Paskibraka Kabupaten Sleman. Dalam Paskibraka, lurah bertugas mengoordinir anggota selainnya selama masa karantina, yakni mengatur anggotanya agar tidak terlambat berbaris, masuk kamar, makan, hingga melaporkan dan melaksanakan tugas dari kakak pembina mereka. 

Ketika generasi Z dicap lebih suka me time, Kevin mengaku lebih suka bergaul dan menggeluti aktivitas fisik dibandingkan malas-malasan di rumah. Oleh karena itu, selain melaksanakannya kewajibannya menjadi siswa dia juga aktif mengikuti organisasi seperti Paskibraka.

Anggota Paskibraka Kabupaten Sleman, Kevin (kiri) dan Sidny (kanan) di podcast Akar Rumput. Dok. Youtube Mojok.

“Kami dituntut kompak, kerja sama di dalam Paskibraka, jadinya saya tidak ada beban gitu loh, saya enjoy sih, Kak, kalau dengan masalah itu,” ujarnya. 

Tips lolos anggota Paskibraka Kabupaten Sleman

Merujuk pada laman resmi Paskibraka, calon peserta yang ingin mendaftar di tingkat kabupaten/kota harus mengikuti tujuh seleksi, yakni adiministrasi, pancasila dan wawasan kebangsaan, intelegensia umum, kesehatan, parade, peraturan baris berbaris dan kesamaptaan, serta kepribadian.

Namun, Kevin mengungkap ada aturan tidak tertulis yang membuat peserta berpeluang besar lolos, yaitu paras yang enak dipandang dan tinggi. Kevin sendiri mengaku percaya diri (pd) saat menjalani seleksi, sebab dia merasa fisiknya sudah memenuhi standar.

“Pd-nya tuh karena bukan jago peraturan baris-berbaris (PBB) atau apa, tapi karena modal fisiknya saya,” ucapnya.

Sebelum mendaftar Paskibraka Kabupaten Sleman, Kevin sudah mempersiapkan diri dengan olahraga secara rutin, seperti lari, sit up, pus up, pull up, hingga shuttle run. Terutama jenis olahraga yang dapat membentuk postur tubuhnya, karena syarat tinggi laki-laki minimal adalah 175 centimeter

“Tapi karena di Kabupaten Sleman itu tidak mencukupi rata-rata tersebut, (maka) ada penurunan (165 centimenter),” ujarnya.

Paskibraka Kabupaten Sleman adalah batu loncatan ke sekolah kedinasan

Kevin sendiri sudah mengikuti Paskibra sejak SMP. Dia mulai tertartik saat melihat anggota Paskibraka latihan di lapangan dekat rumahnya. Berkat dorongan dari orang tuanya pula dia punya keinginan menggebu-gebu. 

Pada tahun 2022, dia tak sengaja bertemu dengan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) dan langsung terkesima dengan sosok tersebut. Kevin mengaku ingin terlihat gagah seperti kakak tingkatnya itu.

“Dia kelihatan keren dan gagah, apalagi mengunakan seragam kan. Itu membuat saya, wah saya juga harus kayak dia nih kelihatan gagah!” ujarnya.

Selain itu, dia memang ingin masuk sekolah kedinasan. Bagi Kevin, masuk Paskibraka Kabupaten Sleman adalah batu loncatan untuk meraih karier di masa depan, sebab dia sudah punya bekal tanggung jawab dan disiplin secara khusus.

“Itu bisa menjadi batu loncatan atau gambaran untuk menuju tes-tes masa depan sih, entah itu Polri atau kedinasan lain,” ujarnya. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Menjadi Paskibraka: Apa Untungnya dan Apakah Good Looking Jadi Standar Utama?

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version