Alasan Anak Muda Jogja Tak Mau Pakai iPhone Meski Mampu Beli, Merasa Fitur Android Lebih Berguna dan Mudah “Dicurangi”

Alasan Anak Muda Jogja Tak Mau Pakai iPhone Meski Mampu Beli, Merasa Fitur Android Lebih Berguna dan Mudah "Dicurangi".MOJOK.CO

Ilustrasi Alasan Anak Muda Jogja Tak Mau Pakai iPhone Meski Mampu Beli, Merasa Fitur Android Lebih Berguna dan Mudah "Dicurangi" (Mojok.co)

Sejak generasi pertama dirilis oleh Apple pada 2007 lalu, kini iPhone dianggap sebagai penanda naik kelasnya seseorang, terutama Generasi Z. Spesifikasi tingkat dewa ditambah harga yang tak murah, membentuk pandangan di masyarakat kalau untuk dikatakan gaul, minimal kudu punya HP berlogo apel krowak.

Saking gilanya obsesi seseorang terhadap iPhone, nyaris segala upaya dilakukan agar ponsel pintar itu jatuh di genggaman mereka. Kalau tak bisa punya, setidaknya mereka kudu merasakan sensasi memakai “ponsel boba” tersebut.

Salah satunya, lewat jasa sewa iPhone. Melalui liputan berjudul “Rela Sewa iPhone Berhari-hari Sampai Habis Lebih dari Sejuta“, Mojok menemukan bahwa ada orang yang rela mengeluarkan uang banyak hanya dalam sehari agar dianggap punya iPhone.

Menurut beberapa pihak yang membuka jasa sewa, para penyewa datang dari berbagai kalangan. Ada anak SMA, para mahasiswa, hingga orang tua. Bagi para Gen Z, sewa iPhone biasanya dilakukan buat kebutuhan rekam video saat konser karena kameranya lebih jernih.

Lebih gila lagi, ada juga jasa screenshot iPhone. Kalau tadi yang disewa adalah barangnya, pada jasa ini pemilik iPhone hanya “menyewakan” fiturnya saja. Seperti jasa screenshot lagu di Spotify, sampai tangkapan layar wallpaper ponsel. Jangan salah, dalam jasa ini ada perputaran cuan yang lumayan.

Dua fenomena tadi menunjukkan kalau pesona iPhone memang tak sembarangan. Namun, di balik semua itu, nyatanya ada orang yang benar-benar nggak mau pakai iPhone dan memilih bertahan dengan Android.

Bukan karena tak punya uang, tapi lebih pada menganggap kalau antara iPhone dan Android itu sama saja kok. Bahkan, untuk harga yang sama, terkadang ada Android yang kualitasnya jauh lebih bagus.

Mojok sendiri berbincang dengan Andri (21), mahasiswa Universitas Mercu Buana Jogja yang memilih bertahan dengan Android-nya di tengah kepungan HP boba kawan-kawannya. Serta Gati (27), seorang IT enthusiast yang kini kerja sebagai teknisi servis laptop dan HP di Jogja. Gati sendiri pernah setahun pakai iPhone, tapi kini memilih kembali ke Android.

Kalau buat kebutuhan, nggak harus beli iPhone juga

Sebagai mahasiswa yang “dikepung” teman-teman berponsel iPhone di tongkrongan, jelas ada keinginan Andri buat menyamakan kelas. Setidaknya, buat dianggap “selevel” dengan teman-temannya, punya ponsel keluaran Apple itu adalah salah satu syaratnya.

Soal duit, Andri juga mengaku tak punya masalah. Namun, ada hal yang bikin dia belum mau beli iPhone: semua kebutuhannya masih bisa terhandle secara baik dengan Android.

“Kalau orientasinya gaya-gayaan, jelas kudu beli iPhone. Tapi ini ‘kan ngomongin soal kebutuhan. Aku rasa belum ada sesuatu hal yang mendesak,” jelasnya, saat Mojok temui di salah satu warung kopi daerah Pingit, Jogja, Minggu (19/5/2024).

Setidaknya dari yang ia perhatikan dari teman-temannya yang pakai iPhone, nyaris semua hal masih bisa dihandle oleh Android. Misalnya, dari yang selama ini digembar-gemborkan, kualitas jepretan gambar iPhone jauh lebih bagus dari Android.

Menurut Andri, dengan harga yang sama, Android pun punya kualitas jepretan yang tak beda jauh. “Kalau mau membandingkan, foto HP saya yang 4 jutaan nggak beda jauh sama iPhone yang 7 jutaan. Tinggal pinter-pinter milih saja.”

Baca halaman selanjutnya…

Kata “IT Enthusiast”, keunggulan Android adalah lebih gampang diotak-otik dan dimasukin “aplikasi terlarang”

Apalagi Andri cukup menyayangkan bagi teman-temannya yang ngebet punya iPhone, tapi jatuhnya malah beli di tempat tidak resmi maupun second. Alhasil, ada beberapa fitur yang tak bisa dipakai, dan jatuhnya malah merepotkan saja.

“Heran saja punya duit 4 juta, beli iPhone second, eh, IMEI-nya keblokir. Ujung-ujungnya andalin WiFi saja atau tethering di HP lain. Ribet,” kata Andri. “Punya uang 4 juta kalau bijak mending beli Android baru sudah dapat spek dewa.”

Android lebih multifungsi, gampang diotak-atik

Selain banyak kebutuhan yang masih bisa terhandle dengan Android, ada alasan lain mengapa anak muda Jogja tak mau pakai iPhone. Gati, yang kini kerja sebagai teknisi servis ponsel dan laptop, mengaku pernah setahun pakai iPhone. Selama itu, ia merasa kurang menikmati karena ponsel keluaran Apple itu “terlalu kaku”.

Sebagai seorang “IT enthusiast”, Gati jelas tak bisa diam dengan ponselnya. Alias, rasa ingin mengotak-atik selalu ada. Meski terkadang ilegal dan tak boleh ditiru, Gati mengaku senang “mendobrak” batasan suatu ponsel.

“Androidku selalu dalam keadaan root. Semua batasan ke-unlock. Ini yang aku suka, Mas, aku bisa ngelakuin hal-hal yang orang lain nggak bisa,” jelasnya.

Andri menyebut, melalui rooting, Androidnya bisa melampaui batasan. Seperti meng-upgrade RAM, menginstall aplikasi tak berlisensi yang ditolak sistem, dan sebagainya. Memang ada risiko dibalik rooting Android, tapi manfaat yang ia rasakan juga tak sedikit.

“Paling kecil, deh, bisa pasang aplikasi internet gratis. Bisa pasang aplikasi buat nembus password WiFi. Atau bisa bikin Android yang nggak kompatibel buat main game, jadi bisa dan lancar,” sambungnya.

Menurut Andri, hal-hal tersebut hanya mungkin dilakukan di Android. Dalam iPhone, jangankan “mendobrak batasan”, sekadar menginstall aplikasi di luar Appstore saja nyaris tak mungkin bisa.

“Jadi buat orang yang suka otak-atik ponsel kayak saya, Android masih lebih oke.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Meninggalkan iPhone dan Pindah Sepenuhnya ke Android Adalah Langkah yang Tepat karena Saya Jadi Lebih Produktif ketika Bekerja

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version